Terduduk pria kumal diatas kursi panjang, dengan tatapan kosong pria itu memandang ke arah ingar-bingar kendaraan. Akhirnya sang Pria pun bosan, dan meninggalkan kursi yang sedaritadi tak menjawab kebingungan hatinya. Entah beban apa yang selalu Pria itu pikirkan, dia hanya terus menunduk setiap berjalan. "Apa begitu berat melebarkan pandangan disekitar?" satu pertanyaan si Pria yang terus terpikirkan. Setiap dia berjalan, orang-orang selalu melihat ke arahnya. Sehingga, si Pria menjadi tidak percaya akan dirinya, dia merasa bahwa dirinya tak pantas di dunia ini. Karena apa? Karena orang-orang yang selalu memandangnya rendah.
Seketika Pria pun tersenyum , melihat gadis pujaan di depannya. Beberapa detik kemudian, si Pria menurunkan senyumnya, melihat si gadis yang bergandengan dengan pemuda juara dihatinya saat ini. Si Pria berandai , suatu saat nanti dialah yang menggantikan posisi Si pemuda. Si Pria ingin sekali menjadi nomor satu di hati si gadis, ingin rasanya saat berbalas ketikan, membahas apapun sampai panjang lebar. Ingin rasanya ketika bergandengan, memandang wajahnya sampai buta. Ingin rasanya ketika hilang, dicari dan ditanyakan si gadis.
Si pria mengacak-ngacak rambutnya yang bergelombang itu menjadi tak tahu akan arah. Menghapus semua angan yang ia impikan, putus asa kembali menerkam si Pria.
Dengan raut wajah yang kusam, tubuh yang lemah. Si pria pulang kerumah yang dia rindukan suasananya. Dan kembali, hatinya ditusuk ribuan pisau, tubuhnya bergetar hebat seakan-akan merasakan akhir zaman, melihat wanita yang membesarkannya di tepak sangat keras oleh kulit kasar sang ayah. Si pria tidak tinggal diam, dia langsung menahan hantaman kedua si ayah, dan mendorongnya hingga terpental ke meja di belakang si ayah. Si pria menatap tajam pada si ayah, dan si ibu hanya menangis sembari menahan rasa sakit di pipinya.
"Apa yang kau mau?" si pria bertanya diwarnai kemarahan yang mulai menguasai dirinya.
"Hmm." si ayah hanya tersenyum meremehkan sembari meninggalkan keluarga kecilnya di tengah rumah, dulu tempat ini menjadi tempat berkumpul yang diwarnai kebahagiaan. Namun sekarang malah ditemui pertumpahan beda pendapat.
Tempat pulang yang pria rindukan, menjadi tempat pulang yang ingin dipindahkan. Si Pria tidak mau berdiam di tempat orang menangis karena kecewa, marah, sedih, dia tidak mau suasana seperti itu. Dia rindu bahagia yang menghangatkan ketika dingin, mendinginkan ketika panas.
+++
"Kemana aja Lu bro!!?" seorang lelaki dengan kumis tebal, menyapa pria kumal yang mampir ke kedai milik Kumis tebal.
"Baik ko!" jawab si pria sambil memeluk sobat masa kecilnya itu.
Datang dari arah belakang pria kumal, seorang lelaki gondrong menjitak kepala pria kumal. Membuat pria kumal meringis dan mengusap kepalanya sembari tersenyum dan menjabat tangan secara jantan padanya.
"Gila lu, libur sekolah baru seminggu.. Udah gondrong aja tuh rambut!" sapa pria kumal dengan senyumnya.
"Iyh nih .. Gua pake sampo kuda, jadi gampang panjang kaya gini," Pria gondrong mengusap rambutnya secara halus , menunjukan bahwa betapa kerennya dia.
"Sok banget!!" hardik kumis tebal sembari menunjuk pria gondrong.
Pria kumal terbahak mengangkat semua beban di pundaknya, dengan riang sekali. Pria kumal langsung pamit dikarenakan dia ingat pada ibu, di sela-sela bahagianya. Dan temannya menyayangkan pria kumal itu pergi dengan beban yang dia pungut kembali di pundaknya.
Saat pria kumal kembali, matanya berkaca melihat sang ibu terus menangis dan memeluk poto keluarga yang terus tersenyum karena mungkin saat itulah kebahagiaan punah. Ibu rindu, begitu juga pria kumal. Dia rindu segalanya, dia tidak mau ada kata salah menyalah. Orangtuanya hanya belum ikhlas menerima keadaan.
"Ayah? Ibu? Masih ada aku Disini, jangan mengharapkan kembali orang yang telah tiada. Rawatlah aku sampai kelak besar nanti, aku menjadi orang yang membuat kalian menangis bahagia" kata pria kumal bergumam di hatinya, dan air dimatanya merespon ikut terjatuh bersama raganya.
---
Leave your vote and comment! 🙌
Thanks!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindu Tempat Pulang
Teen FictionDalam hidup, kebanyakan orang tidak akan mengerti apa yang dikatakan si hati.