BAG 1 : SERANGAN DI SENJA

171 3 23
                                    

Pada malam itu, ketika suara hentakan kaki kuda menggema, anak panah yang melesat, pedang yang saling berbenturan, ditambah suara jeritan wanita dan anak-anak mengalahkan derasnya hujan turun di desa Mazigh, pertempuran terjadi antara Saranaid Sultanate dengan Khergit Khanate dua kerajaan yang sejak lama saling bermusuhan.

Di tengah sengitnya pertempuran terjadi, seorang anak berdiri melamun di bawah pohon ara memandang entah kemana. Dia memandang seolah mencari ayah dan ibunya yang hilang tenggelam dalam suara jeritan dan tangisan. Tidak ada yang dapat dia lakukan, hanya pasrah memandang air hujan di tanah yang mengalir bercampur dengan darah manusia, menunggu apapun yang akan terjadi, jika dia beruntung dia akan diselamatkan oleh pasukan Saranaid, namun jika nasibnya malang, pasukan Khergit akan menemukannya dan dia akan dijadikan budak oleh pasukan Khergit atau bahkan pasukan Khergit akan membunuhnya.

Dia tidak tahu bagaimana nasib keluarganya, kedua orang-tuannya dan seorang kakak lelakinya. Apakah mereka sudah tergeletak dengan luka tusukan dan tebasan pedang atau sebuah anak panah Khergit telah menancap di tubuh mereka. Dia tidak tahu, dan dalam pikirannya berharap mereka dapat bersembunyi dari pasukan Khergit, namun tidak ada tempat bersembunyi yang paling aman selain di tempatnya, di pinggiran desa di kebun pohon ara, karena api-api pasukan Khergit telah mengalahkan derasnya hujan dan membakar semua rumah dan bangunan di desa itu.

Sungguh terlihat kejam memang, tetapi ini lah perang yang terjadi, dan mau tidak mau seorang anak kecil harus menanggung penderitaan akibat perang tersebut.

Disaat ketidakberdayaannya ini tiba-tiba muncul suara yang memanggil namanya "Adnan, Adnan !!!", suara itu seakan muncul dari kegelapan dan semakin lama semakin terdengar keras mengalahkan keributan yang terjadi malam itu. Matanya mencari-cari dari mana arah suara yang terdengar oleh telinganya. Kemanapun matanya mencari, yang terlihat hanya kegelapan dan cahaya api dari arah desanya. Di dalam pikirannya mungkin ini hanya khayalannya saja, di tempat itu tidak ada orang lain selain dirinya. Namun dari arah kegelapan munculah sebuah cahaya yang mendekatinya. Cahaya itu semakin mendekat, dan ternyata berasal dari lentera yang dibawa oleh kakaknya, Shoka, dia berlari kearahnya. Pertemuan dengan kakaknya sangat mengharukan sekaligus membuatnya gembira, karena dalam pikirannya sudah tidak ada harapan lagi untuk bertemu dengan salah satu anggota keluarganya, ia akan hidup sendiri, tumbuh besar sebagai orang yang tidak mempunyai keluarga, namun pikiran ini hilang setelah kakaknya berhasil menemukannya.

 Pertemuan dengan kakaknya sangat mengharukan sekaligus membuatnya gembira, karena dalam pikirannya sudah tidak ada harapan lagi untuk bertemu dengan salah satu anggota keluarganya, ia akan hidup sendiri, tumbuh besar sebagai orang yang tidak memp...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kakak, bagaimana keadaan ayah, ibu ?"
Adnan bertanya kepada kakaknya yang mulai menghampirinya, dengan perasaan cemas dan berharap hal yang baik mengenai ayah ibunya, walaupun dia mengetahui Pasukan Khergit mulai memasuki dan membakar desanya ketika langit mulai gelap.

Saat itu ia sedang mengambil air di sumur dekat perkebunan ara, ia melihat pasukan berkuda dalam jumlah yang besar memasuki desanya. Mereka membunuh setiap orang yang mereka temui, sejak saat itulah kesunyian hari yang mulai gelap berubah menjadi tangis dan jeritan manusia. Mungkin saja salah satu tangis dan jeritan itu merupakan suara ayah dan ibunya. Dalam kegelapan dan keributan itu, dirinya mulai ikhlas dengan apapun yang terjadi kepada kedua orang tuanya, namun hati kecilnya masih tidak percaya dengan apa yang terjadi secara tiba-tiba.

THE RAISE OF SARRANAID SULTANATEWhere stories live. Discover now