Sabtu, 2 Desember 2017

3K 188 16
                                    

Sebuah ponsel berdering di atas sebuah tempat tidur yang sangat berantakan. Di atas tempat tidur itu tidak terdapat apa-apa selain sprai putih dan seonggok tubuh yang masih mengeluarkan banyak darah dari tiap-tiap bagian tubuh yang terpencar di atas tempat tidur.

Seorang laki-laki terlihat berdiri di ujung ruangan dengan salah satu kakinya yang menyandar di tembok. Mata laki-laki itu menatapㅡmengolokㅡtubuh yang sudah tak berdaya di atas tempat tidur itu.

"Cih. Dasar lemah." Setelah mengatakan kalimat penuh nada kebencian itu, laki-laki itu berjalan keluar dari kamar itu.

Kakinya melangkah menuju sebuah jerigen yang berisi bensin. Tangan kekarnya meraih jerigen itu dan menuangkan isinya di seluruh rumah yang terlihat sedikit tidak terawatㅡlaki-laki itu menuangkan sangat banyak di tubuh sang mayat dan ponsel yang masih terus berdering.

"Berisik!" Dengan langkah lebar-lebar laki-laki itu berjalan keluar kamar dan menyalakan sebuah rokok lalu menghisapnya.

"Siapapun yang bermain-main dengan milikku, akan berakhir tragis!"

Menghembuskan asap rokok dengan dramatis lalu melemparkan rokok itu ke atas jerigen yang terdapat di depan pintu kamar lalu keluar dari rumah yang berada di ujung bukit tanpa adanya sanak tetangga di kanan-kiri rumah kecil tersebut, meninggalkan rumah kecil itu terbakar bersama api sampai hangus tak tersisa.

.

"Hai, Seokminssi!" Seorang gadis berkuncir kuda duduk di depan Seokmin yang sedang mengerjakan tugas kuliahnya di perpustakan umum.

"Jeonghan sunbae, annyeong!" Jeonghan terkikik melihat tingkah Seokmin yang cukup manis.

"Sendiri?" Tanya mereka bersamaan lalu tertawa tertahan atas ketidaksengajaan itu.

"Aku bersama Jisoo." Jawab Jeonghan dengan senyuman manis. Seokmin mengangguk kalem.

"Aku sendiri. Mana Jisoo sunbae?" Tanya Seokmin saat tidak mendapati gadis blasteran Korea-Amerika lainnya disekitar Jeonghan.

"Dia masih mencari buku. Aku boleh menumpang disini 'kan bersama Jisoo? Kurasa meja ini terlalu besar untuk kau gunakan seorang diri." Jeonghan tersenyum.

"Eum. Tentu! Lagipula, di meja ini tersedia 1 meja besar dan 4 kursi, sunbae." Balas Seokmin masih dengan senyum ramah.

"Arrayo. Terima kasih. Lanjutkan saja menggambarmu?" Jeonghan melirik pekerjaan Seokmin.

"Ah, mendesain rumah minimalis skala 10:15 lengkap dengan kolam ikan dan garasi mobil." Seokmin meringis. Jeonghanpun ikut meringis. Susah juga, ya, menjadi mahasiswa arsitektur.

"Ngomong-ngomong, ya , sunbae, kemarin aku bertemu Seungcheol sunbae bersama seseorang." Lirih Seokmin sambil menggambar salah satu kamar untuk rumah itu.

"Iya, dia target baru Seungcheol. Aku kasihan padanya karena harus berurusan dengan Seungcheol. Padahal, sudah kuberitahu agar tidak dekat-dekat denganku." Jeonghan menghembuskan napasnya tapi tidak ada rasa bersalah atau penyesalan sedikitpun dari nada bicaranya.

"Hahaha. Aku juga akan seperti itu kalau ada yang mendekati milikku." Seokmin masih berkutat dengan gambarannya.

"Sekalipun kembaranmu sendiri?" Tanya Jeonghan dengan nada lugu.

"Ya, sekalipun kembaranku sendiri. Kalau sudah cinta, mau bagaimana lagi?" Seokmin menatap Jeonghan dan Jeonghan mengangguk.

"Oh, jadi Seungcheol cinta padaku dan rela melakukan apapun demi aku? Padahal aku dan Seungcheol kembar." Jeonghan mengatupkan bibirnya sambil berpikir.

"Incest itu tidak dosa kok, sunbae." Seokmin tersenyum samar.

"Hm. Ya, sudah kalau begitu."

"Jadi, sudah rela 'kan kalau Donghossi menghilang untuk selamanya bersama kobaran api neraka?" Tanya Seokmin dengan nada licik.

"Ya. Lagipula, dia sangat agresif. Bukan tipeku."

"Tentu saja. Tipe sunbae 'kan seperti Seungcheol sunbae."

"Berhenti memanggil sunbae, Seokmin! Itu menjijikan! Jangan sok formal!" Dan Seokmin hanya tertawa mendengar keluhan Jeonghan.

UNTITLED [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang