Jumat, 8 Desember 2017

989 123 7
                                    

Jeonghan dan Jisoo menggeleng bersamaan.

"Mainannya sudah rusak. Tidak bisa dimainkan lagi." Jawab Jeonghan.

"Sayang sekali...." Balas Seungcheol dengan nada sok dibuat sedih.

"Ayo, pulang kalau mainnya sudah selesai." Ajak Seokmin sambil mengusap pipi Jisoo sayang. Tapi, Jisoo malah menggeleng.

"Aku mau jalan-jalan sama Han." Jisoo menatap Seokmin dengan pandangan memelas.

"Boleh, ne?" Tanya Jisoo. Seokmin tersenyum.

"Pulang dulu bersihkan badanmu baru jalan-jalan. Okay?"

"Okay!"

.

Sesaat setelah di tinggal pergi oleh Jisoo, Seungcheol datang ke apartmentnya dengan membawa sekantong besar snack untuk mereka nikmati berdua.

Niat awalnya, sambil main video game tapi, entah kenapa mereka malah menghabiskan waktu di balkon sambil menghisap rokok.

"Aku penasaran, bagaimana kau bisa jadi seperti ini?" tanya Seungcheol pada Seokmin.

Seokmin hanya terkekeh mendengar pertanyaan Seungcheol.

"Wae?" Seungcheol heran pada Seokmin yang malah terkekeh.

"Sesungguhnya, aku waras." Saat mendengar Seokmin menyebut kata waras, entah kenapa, Seungcheol sedikit tersinggung dan menampakkan wajah yang benar-benar terlihat terganggu.

"Jangan tersinggung dulu, sobat." Seokmin tertawa sambil menepuk-nepuk bahu Seungcheol.

"Lalu?" ucap Seungcheol dengan nada penuh penekanan tidak nyaman.

"Aku jatuh cinta." Jawab Seokmin sambil menerawang menatap awan yang berwarna jingga.

"Jisoo?" tebak Seungcheol.

"Darah." Jawab Seokmin dengan seringai mengerikan.

"Ayahku seorang dokter bedah. Ibuku seorang dokter forensik di kepolisian Seoul. Sejak kecil aku tidak jauh dari yang namanya darah. Darah tidak hanya bagian dari tubuhku tapi juga hidupku." Seungcheol masih diam menyimak.

"Awalnya, aku hanya mengagumi pekerjaan ayah dan ibuku yang selalu melakukan pemeriksaan pada mayat. Aku selalu ikut ayah dan ibuku saat mereka sedang bekerja. Ternyata, memeriksa mayat itu menyenangkan."

"Maksudmu?"

"Kau bisa melakukan apapun pada tubuh mereka tanpa harus mendengar mereka merintih, menjerit dan lain sebagainya. Aku melihat bagaiman saat ibuku membedah perut seorang mayat dan memeriksa organ dalamnya, itu membuatku sedikit merasa senang?"

"Sedikit? Apa maksudmu sedikit?"

"Entahlah. Seperti belum ada rasa puas. " Seungcheol menyeringai.

"Lalu, suatu hari saat umurku enam belas tahun, aku ikut ibuku menuju rumah sakit kepolisian Seoul. Ada seorang korban sekarat. Aku melihatnya berteriak saat ibuku mencoba membersihkan darah yang mengalir dari kepalanya. Jantungku berpacu melihatnya. Awalnya, kukira aku takut karena ini pertama kalinya aku melihat pasien ibuku masih bernapas. Orang itu terus-terusan menggelengkan kepalanya. Darahnya terciprat sampai mana-mana dan salah satunya mengenai sudut bibirku."

"Biar kutebak, kau pasti menjilatnya." Seokmin menjentikkan jarinya ke arah Seungcheol lalu bertepuk tangan heboh.

"Benar sekali!" Seolah baru saja mendapat hadiah, Seokmin mengakuinya dengan sangat bangga.

"Lalu, besoknya, diam-diam aku menuju rumah sakit tempat ayahku bekerja dan mencari seorang yang sudah sekarat. Aku sudah menyiapkan sebuah pisau bedah kecil di sakuku. Dan, bingo! Aku menemukannya! Seorang kakek tua yang saat itu sedang menikmati makan malamnya sendirian."

"Tanpa ragu aku masuk, mengatakan hal-hal manis pada kakek itu. Menyuruhnya untuk berbaring lalu, shoot! Three point!" Seokmin mengayunkan tangannya seolah-olah sedang mencetak angka bernilai tiga point pada permainan basket.

"Aku menusuk jantungnya." Seungcheol bertepuk tangan kencang seolah-olah ia menjadi orang yang sangat membanggakan sahabatnya ini.

"Tapi, bagaimana malaikat pencabut nyawa sepertimu bisa lolos? Rumah sakit sekelas Kyunghee pasti memeliki CCTV?" tanya Seungcheol.

"Kau pikir aku melakukan itu semua tidak dengan perhitungan matang?"

"Kau memperhitungkan dengan matang dalam waktu 24 jam? Hei, kau masih enam belas!"

"Bagaimana kalau yang kumaksud matang itu adalah andil dari ayahku?"

"Bajingan!"

Lalu, hanya suara tawa menggema dari mulut Seungcheol dan Seokmin yang terdengar.

UNTITLED [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang