Part IX

3.1K 261 10
                                    

Jungkook pun telah sampai di rumah Eunha. Eunha pun telah berhenti menangis. Eunha pun segera keluar dari mobil dan Ia tidak lupa berterima kasih pada Jungkook.

"Gomawo Jungkook-sshi." Ucap Eunha sambil membungkuk dan tersenyum sangat manis ke Jungkook. Pipi Jungkook pun memerah. Akhirnya Eunha yang selalu bersifat dingin padanya bisa tersenyum secantik ini kearahnya.

"Sama-sama. Jaga dirimu." Kata Jungkook yang juga tersenyum ke arah Eunha. Setelah itu, Jungkook pun melajukan mobilnya. Eunha pun langsung masuk ke rumahnya setelah memastikan Jungkook telah pergi.

Eunha POV
'Bagaimana bisa aku menangis seperti itu di dekat Jungkook?' Ucapku sambil berdecak.

Aku pun segera ke kamar dan bersiap untuk mandi. Walaupun dalam dunia medis mandi malam tidak diperbolehkan karena dapat menyebabkan suatu penyakit, aku tetap memaksakan diri. Tubuhku yang pasti sangat lekat saat ini. Bagaimana bisa tidur dengan nyenyak dengan tubuh seperti itu. Aku pun segera mandi tanpa bantuan maid rumah. Setelah mandi, aku segera tidur dan masih memikirkan perbuatanku tadi.

Pagi pun tiba... Aku selalu bangun pagi untuk mempersiapkan diri untuk pergi ke sekolah tanpa bantuan maid rumah. Eomma ku dulu yang mengajarkanku pentingnya disiplin. Jadi kebiasaan itulah yang selalu ku tiru sampai saat ini.

"Nona.... bangun... di tunggu tuan di bawah." Kata salah satu maid rumahku.

"Iya bi..." Ucapku. Aku pun segera turun dari lantai atas. Aku telah siap untuk pergi ke sekolah. Aku melihat siluet appaku di meja makan. Tumben sendirian? Aku masih bertanya-tanya. Appaku juga hanya diam saja. Lalu, aku pun bertanya pada appaku.

"Kemana perginya wanitamu?" Tanya ku yang langsung mengambil tempat duduk tepat di hadapan appaku. Sambil menyuapkan makanan yang telah di siapkan para maid rumah.

"Pergi. Ia selingkuh dengan teman appa." Kata appa masih terduduk lesu.

Eunha POV END

"Sudah lah appa. Dia memang ditakdirkan untuk pergi. Begitulah perasaan eomma saat appa meninggalkannya demi perempuan lain. Sakit bukan?" Kata Eunha yang menyuapkan makanannya ke mulutnya. Appa Eunha hanya terdiam tanpa menyentuh makanannya.

"Ehm. Sebaiknya appa makan terlebih dahulu. Jangan terus-terusan memikirkan wanita yang tak pernah memikirkan appa. Karena masih ada seorang gadis yang selalu memikirkan keadaan appa walaupun appanya selalu memikirkan wanita lain." Ucap Eunha yang telah menghabiskan makanannya. Appa Eunha pun kaget mendengar penuturan Eunha. Ia merasa amat malu menjadi seorang ayah. Mengapa Ia malah memikirkan wanita lain di bandingkan anaknya sendiri.

"Eunha berangkat terlebih dahulu appa. Oh iya appa, Eunha pulang menggunakan bus." Kata Eunha. Eunha pun mencium tangan appanya lalu beranjak pergi.

"Eunha. malam ini jam 8, ayo kita makan malam bersama di rumah." Kata Appa Eunha. Eunha pun membalikkan badan dan tersenyum lalu menganggukan kepala.

"Dadah Appa... Eunha berangkat... paman supir telah menunggu di luar." Kata Eunha segera keluar setelah appanya menganggukan kepala tanda mengiyakan. Eunha pun segera di antarkan supirnya. Sebelumnya, Eunha memberitau supirnya bahwa Ia pulang menggunakan bus. Supirnya pun mengiyakan Eunha. Karena sudah biasa Eunha memintanya untuk tidak menjemputnya.

Sampai di sekolah....
Senyuman Eunha selalu terpatri di wajahnya. Ia tidak bisa menyembunyikan betapa senangnya dirinya ketika ayahnya meluangkan waktu untuknya malam ini. Tiba-tiba Yerin datang dan merangkul Eunha.

"Wah-wah aku kangen dengan senyuman ini." Ucap Yerin sambil mencubit gemas pipi gembil Eunha.

"Ehhh kau ini Yerin. Sakit tau." Kata Eunha sambil memegang pipinya.

I Hope, I Always Meet "Happiness"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang