L I M A

896 158 1
                                    

Sejak peristiwa di mana Sehun memintanya untuk menemani mengobrol sekaligus mentraktirnya, Tzuyu akhirnya mulai akrab dengan pria tersebut.

Sehun terkadang berkunjung di pagi hari, tetapi menghabiskan lebih banyak waktunya untuk berbincang dengan Tzuyu di Screaming Beans saat siang hari. Minuman yang dipesan Sehun pun sama sekali tidak berubah sejak pesanannya yang pertama kali. Tzuyu menduga bahwa espresso adalah minuman favorit Sehun.

Suatu hari, di tengah perbincangan ringan mereka, Tzuyu pernah bertanya kepada Sehun tentang alasannya menyukai espresso.

Dan jawaban yang diberikan Sehun adalah, "Espresso memang pahit. Aku meminumnya hanya untuk memastikan bahwa hidup yang kujalani tidaklah sepahit espresso yang kuminum. Jika lidahku masih bisa merasakan pahitnya espresso, maka seberat apapun beban hidupku, aku pasti masih bisa melaluinya."

Tzuyu hanya tertawa saat mendengar penjelasan yang diberikan Sehun. Ia sama sekali tidak menduga bahwa sang adam memiliki pemikiran semacam itu.

Terlepas dari itu semua, Tzuyu sangat menikmati momen yang ia lalui saat bersama Sehun. Meskipun keduanya hanya membicarakan hal-hal yang ringan, tetapi Tzuyu merasakan kesenangan tersendiri.

"Aku ingin ikut Paman!"

Tzuyu refleks mendongakkan kepalanya saat mendengar suara yang cukup keras tersebut. Ia melihat sosok Sehun yang tengah menggendong seorang anak perempuan memasuki Screaming Beans. Siapa dia?

"Sayang, Paman harus rapat. Ayahmu akan memarahi Paman jika Paman tidak ikut rapat." Sehun berbicara dengan nada membujuk.

Tzuyu hanya memperhatikan dengan penuh tanya hingga Sehun mencapai meja kasir. "Ada yang bisa kubantu?" Tzuyu memberikan senyuman andalannya seperti biasa.

"Ah, hei." Sehun tersenyum kikuk saat bertatapan dengan Tzuyu.

"Paman, Kakak ini siapa?" Anak perempuan dalam gendongan Sehun menunjuk Tzuyu. Sorot matanya menunjukkan ketertarikan pada gadis yang berdiri di balik meja kasir tersebut.

"Dia teman Paman." Sehun menjelaskan.

"Apa teman Paman juga temanku?" Anak itu kembali bertanya.

"Ya, hanya jika dia mau berteman denganmu."

Tzuyu menahan tawa saat mendengar jawaban yang diberikan Sehun pada gadis yang senantiasa memanggilnya Paman tersebut.

"Tentu saja, dia mau!" Anak itu berseru penuh semangat, tetapi juga terlihat sedikit kesal. "Kakak mau berteman denganku, 'kan?" Anak itu menoleh ke arah Tzuyu.

Tzuyu—yang merasa tidak siap—diserang rasa gugup seketika. "Uh, t-tentu saja, aku mau."

"Yeay!" Anak perempuan tersebut bergerak dengan penuh semangat dalam gendongan Sehun. "Paman lihat sendiri, 'kan? Kakak cantik ini mau menjadi temanku."

Tzuyu tersipu malu saat disebut sebagai kakak cantik.

"Bukankah jika kalian berteman, kalian harus bermain atau berbincang?" tanya Sehun.

Anak perempuan itu mengangguk.

"Bagaimana jika kau bermain dulu dengan kakak cantik ini? Kau bisa berkenalan dengannya." Sehun menyarankan.

"Aku mau, aku mau!"

Sehun tampak mendesah lega seketika.

Sementara Tzuyu terlihat semakin bingung dengan situasi yang sedang ia hadapi saat ini.

"Paman, apa aku boleh membeli kue di sini? Untukku dan kakak cantik!" Anak perempuan itu kembali bertanya pada Sehun seraya menunjuk ke arah etalase yang memajang kue-kue.

Screaming BeansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang