E N A M

851 157 11
                                    

Tzuyu baru saja menyelesaikan shift kerjanya di Screaming Beans sore itu. Gadis berambut panjang dengan kelir cokelat itu telah mengemasi barang-barangnya dan bersiap untuk pulang. Akan tetapi, langkahnya terhenti, saat ia mendapati sosok Sehun yang sedang berlari tergopoh-gopoh di seberang jalan. Kerutan muncul di dahinya seketika. 'Apa yang terjadi padanya?'

Beberapa detik kemudian, Sehun sudah tiba di Screaming Beans, berdiri tepat berhadapan dengan Tzuyu. "Hei—hosh, hosh." Napas Sehun terdengar tak beraturan.

Tzuyu berusaha menahan tawanya saat melihat sisi lain dari Sehun saat ini. "Kau dikejar hantu?" tanyanya dengan nada bergurau.

Sehun masih berusaha mengatur napasnya, sementara kepalanya menggeleng pelan. "Aku—hosh, aku hanya ingin membayar janjiku padamu," terangnya dengan sedikit lebih tenang.

Tzuyu mengernyit. 'Janji apa?' batinnya penuh tanya. Sedetik kemudian, ia baru teringat dengan perjanjian mereka tadi pagi bahwa Sehun bersedia melakukan apa saja selama Tzuyu bersedia menjaga Sohee untuk dirinya. "Ah, itu... Astaga, kau tidak perlu lari-lari seperti ini."

Wajah Sehun berubah masam seketika—dan jujur saja, ekspresi tersebut membuat sang adam terlihat menggemaskan di mata Tzuyu. "Kalau aku tidak lari, kau mungkin sudah pulang dengan naik taksi."

"Aku tidak naik taksi. Aku naik bus," protes Tzuyu.

Sehun memutar bola matanya jengah setelah mendengar protes Tzuyu. "Oke. Kalau aku tidak lari, kau mungkin sudah pulang dengan naik bus." Sehun menarik napas dalam-dalam, kemudian mengembuskannya dengan keras. "Ayolah. Aku hanya tidak ingin merasa memiliki hutang budi padamu."

Tzuyu terkekeh pelan. "Jadi, bagaimana kau akan membayar hutangmu padaku?"

Sehun memiringkan kepalanya. "Bukankah aku berjanji akan menuruti apapun keinginanmu?"

Tzuyu terdiam. Ia tidak mungkin meminta hal konyol seperti berlian atau rumah mewah di pusat kota. Itu terlalu tidak realistis, bukan? Tzuyu pun melirik lawan bicaranya yang terlihat kelelahan itu. Ia yakin, pria itu baru saja menyelesaikan rapatnya, kemudian berlari dari kantornya menuju Screaming Beans. "Kau lapar atau tidak?"

Sehun mengerang. "Tentu saja, aku lapar!" serunya kesal. "Klienku benar-benar tidak memberikan kesempatan padaku untuk makan siang. Mereka pikir, aku ini apa? Ro—hei, apa yang kaulakukan?" Sehun menatap Tzuyu kebingungan.

Tentu saja. Karena gadis itu sudah menarik lengan Sehun dan mengajak pria itu pergi meninggalkan Screaming Beans. "Kau lapar, bukan? Kalau begitu, ayo makan bersama!"

  —  

"Apa Sohee merepotkanmu tadi?" Sehun memecah keheningan sesaat setelah pelayan restoran mencatat pesanan mereka.

Tzuyu menatap Sehun dengan senyuman di bibir, kemudian menggeleng kecil. "Sama sekali tidak. Keponakanmu itu menyenangkan."

Sehun menatap Tzuyu, seolah tidak percaya. "Sungguh?"

Tzuyu mengangguk. "Memangnya, kenapa?"

Sehun tersenyum. "Sohee pasti sangat menyukaimu, huh? Dia sebenarnya tidak semudah itu akrab dengan orang lain. Dia bahkan menolak ditemani oleh rekan kerjaku tadi." Sehun mendengus, jika ia teringat kejadian tadi pagi di mana ia harus mengajak Sohee ke kantor dan membujuknya agar bersedia ditemani oleh rekan kerjanya.

Tzuyu menyeringai lebar. "Tentu saja. Kau tidak dengar bagaimana dia memanggilku tadi?" Tzuyu berbicara dengan antusias. "Kakak cantik. Dia menyebutku cantik, Sehun."

Sehun tertawa. "Apanya yang cantik? Kau tidak cantik."

"Cih." Tzuyu berdecak kesal. "Itu karena kau lebih tertarik pada wanita bertubuh seksi dengan riasan tebal di wajahnya, 'kan? Mengaku saja."

Screaming BeansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang