Aku berfikir, bagaimana kabar orang itu? Apakah dia menungguku di sana? Dan apakah yang dia lakukan hari ini?
Hari ini lumayan cerah, setelah beberapa hari ini hujan turun, baik di siang hari maupun malam. Pohon yang tertiup angin menyapa hari ini.
Jika aku ingin menemuinya, aku butuh sedikit keberuntungan. Karena dia hanya datang pada saat-saat tertentu. Pada hari yang hujan deras, atau pada saat-saat sepi. Setiap kali aku menemuinya, wajahnya selalu menampakan ekspresi yang berbeda. Cara berbicaranya juga selalu (sedikit) berbeda, tapi tidak pernah bercerita tentang dirinya sendiri.
Bahkan sampai sekarang aku tidak tahu nomor teleponnya. Obrolan kami cukup membosankan, seperti "Bagaimana hari ini?" "Ada kejadian (isi apa saja) kemarin". Tapi kita tidak pernah berbicara tentang diri kita sendiri. Karena setiap kali aku bertanya, dia pasti mengalihkan pembicaraan.
Orang ini selalu sendiri, jika ada orang ikut duduk, dia menjawabnya dengan baik, tapi wajahnya menunjukan rasa "ketidaknyamanan". Kurasa dia melakukannya juga saat aku pertama kali duduk disana.
"Kau tahu mengapa aku melakukannya?"
"Karena orang seperti mu, hanya menjadi seorang penonton saja."
Aku pun terkejut.
"Bagaimana kau bisa tahu pikiranku?"
"Terlihat jelas di wajahmu. Atau di gesture mu. Kau tahu, kamu seperti buku yang terbuka. Mudah sekali di baca, walaupun harus aku pelajari bahasamu. Wajahmu selalu datar, tetapi selalu melihatku dengan tatapan seorang pemburu."
"Kau tahu, aku tidak membenci mu, tetapi aku memang seperti itu."
"Setidaknya kau tidak terjebak oleh ilusimu sendiri.."
YOU ARE READING
Evening Rain
RomanceDikala hujan turun, air yang terus menerus menetes ke permukaan tanah, semua terlihat basah, angin yang menghembus. Kutemukan dirimu sedang berteduh disana.