Enam

566 67 27
                                    

"Jawab aku Yo."

"Hah, apa?"

Wayo melihat ke wajah Alex lalu ke wajah seseorang disana, terbaca oleh mata Yo, ada kekecewaan terpaut, terlukis jelas di wajah tampan itu.

"Tunggu Pi."

"Yo, kenapa kau tidak fokus, apa yang kau pikirkan?"

"Wayo?" Alex menghentikan jarinya didepan Wayo. Tubuhnya disini tetapi pikirannya ditempat lain, begitu kira kira situasi Yo sekarang.

Lalu Yo gelagapan, mata nya kembali melihat ke arah Alex,

"Bagaimana?"

Yo masih mencoba mencuri pandang, dia melirik ke arah jendela, hujan sudah menjadi gerimis,

Seseorang itu mungkin sudah menunggu cukup lama, pakaiannya tampak basah, dan lepek. Dia memutar tubuhnya, mau melangkah pergi,

Mungkin juga dia sudah lelah menunggu, atau bosan,

"Yo jawab aku." ucap Alex.

"Ti-tidak tunggi aku Pi, aku harus menyelesaikan masalahku yang ini."

Lalu Yo beranjak pergi, keluar dari Cafe, menghajar gerimis, berlari kecil dengan telapak tangan hendak sedikit menutupi kepalanya,

Dia menghampiri punggung milik seseorang didepannya,

Yo dan seseorang itu berada di persimpangan jalan, dimana Yo ada diatas kaki tangga, dan seseorang itu sudah berada sekitar 10 anak tangga dibawah,

"Hulk!" teriak Yo dengan kedua tangan menekuk menutupi mulutnya,

Seseorang itu terdiam, "Apa kau menungguku? Apa yang kau lakukan di luar sana, kau kehujanan."

"Geer! Aku tidak menunggumu!" dia membalik tubuhnya, mendongak keatas, notabennya Yo sedang berada diatas kaki tangga dengan gerimis yang menghujam kepala mereka, kedua pria itu saling berhadapan.

"Lalu apa yang kau lakukan disana jika bukan karena kau menungguku?"

"Aku hanya lewat saja ingin membeli kopi."

"Kenapa tidak jadi?"

"Aku tiba-tiba hilang mood!" Phana menunduk.

"Kenapa?"

"Kalian berdua merusak pemandanganku!"

"Kau cemburu?" tanya Yo tersenyum meledek, Yo lalu terdiam membaca mimik wajah Pha yang memang seperti terlihat orang yang sedang . .

"Cemburu hanya untuk orang yang tidak percaya diri!" mata manik milik Phana membulat, dahinya berkerut,

Wayo tahu, Hulk ini pintar mengelak, jelas jelas semuanya sudah sangat jelas, dan itu tidak disadari Yo sebelumnya,

"Lalu?" tanya Yo,

Phana menunduk, dia memainkan sepatu diatas tumpukan bebatuan kecil, dimana anak tangga itu rusak sedikit,

"Ya, aku sedang tidak percaya diri."

Wayo tersenyum, Hulk yang sombong, angkuh, mempunyai harga diri sangat tinggi, dibalik topeng itu semua, dia hanya anak manis yang pencemburu, bukan begitu?

"Kenapa kau suka Kopi?" Yo maju satu langkah, kakinya turun anak tangga.

"Karena dia pahit, dan rasanya enak."

"Aku suka cokelat." Yo turun anak satu tangga lagi.

"Ke-kenapa?" tanya Pha basa basi.

"Karena cokelat itu manis."

Cokelat Dan kopi [Ulat bulu gue!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang