Awan [Umji-Suga]

808 90 7
                                    

Aku ingin sekali menggapai awan. Tapi aku tahu kenyataannya, aku tidak akan pernah bisa menggapai awan. Awan, hanya bisa aku lihat.

- - - - -

Hoam...

Aku sudah menguap untuk kesekian kalinya. Rasanya mengantuk sekali. Entahlah. Biasanya aku tidak pernah bosan memperhatikan awan saat dalam keadaan stress, tapi hari ini aku benar-benar bosan dan mengantuk. Apa sebaiknya aku kembali saja ke kantor dan melanjutkan pekerjaanku? Hmm,,, sepertinya aku tidak ada pilihan lain.

Sia-sia saja aku ke sini, tidak mempan untuk mengobati stressku. Aku memang sengaja kabur dari pekerjaan kantor yang bertumpuk-tumpuk. Belum lagi ocehan bosku yang sebenarnya tidak jelas. Ya, bos selalu benar

Aku berdiri dan memulai perjalanan kembali ke kantor. Terkadang aku heran, kenapa kantorku berada di dekat wilayah pertokoan?

Sepanjang perjalanan banyak sekali toko aksesoris. Aku jadi tergoda ingin mampir untuk sekedar melihat-lihat atau bahkan membeli satu aksesoris. Tapi kalau aku mampir, aku tidak akan pernah sampai ke kantor. Sekali mampir aku akan mampir ke toko yang lain dan menghambat perjalanan menuju kantor. Bisa-bisa saat sampai kantor, jam kantor sudah berakhir dan besok bos cerewet itu akan memarahiku habis-habisan.

Aku memutuskan untuk menunudukkan kepalaku. Mungkin dengan cara ini aku bisa menghindari godaan dari berbagai toko aksesoris.

Bugh..

Aduh kepalaku.

Aku merasa kepalaku menabrak seseorang dan membuatku sedikit termundur. Aku mendongak untuk melihat siapa yang aku tabrak.

Dan.. orang yang aku tabrak adalah orang pernah hadir di hidupku. Min Yoongi. Tidak. Dia bukan mantan pacarku, berpacaran saja tidak pernah.

"Maaf," aku membungkukkan badan dan meminta maaf dengan formal. Setelahnya aku berdiri tegak lagi.

"Mmm... Kau... Kim Yewon adiknya Jongin, kan?" tanya Yoongi membuatku sedikit kaget.

Dia mengingatku! Aku bingung harus senang atau apa. Dia mengingatku sebagai adik dari junior masa kuliahnya. Memang kakakku, Kim Jongin, berteman dengan Yoongi saat kuliah. Karena itulah aku bilang, Yoongi pernah hadir di hidupku. Kuakui, aku pernah menyukai pria ini, mungkin sekarang masih.

"I-iya, masih ingat?" tanyaku sekedar basa-basi.

"Hehe... tentu saja ingat."

Astaga! Dia tersenyum! Tampan sekali! Aku rasa kebahagianku sudah kembali. Mungkin senyumnya memiliki efek seperti awan bagiku.

"Mau kemana?" tanya Yoongi tiba-tiba.

"Ke kantor," jawabku pelan.

"Sayang sekali, padahal aku ingin mengajakmu makan siang sebagai permintaan maaf karena sudah membuat kepalamu sakit."

"Oh, tidak apa. Lagipula aku yang menabrakmu. Lain waktu, aku akan mentraktirmu."

"Kalau begitu, aku akan menemanimu sampai kantormu."

"Tidak perlu, aku bisa sendiri."

"Biarkan aku menemanimu. Pasti tidak enak berjalan sedirian." Ia bersikap ramah. Benar-benar berbeda dengan Yoongi yang ku kenal dulu.

"Hm.. baiklah."

Jadilah, aku melanjutkan perjalanan ke kantor dengan ditemani Yoongi di sampingku.

Astaga, jantungku!

- - - - -

Beruntunglah aku mendapat jatah pulang lebih cepat hari ini. Aku bisa beristirahat di taman kota. Angin musim gugur mulai berhembus dan membuat gerakan awan lebih cepat. Rasanya tenang sekali.

Mungkin orang-orang yang melihatku menganggapku aneh. Aku duduk di bangku taman saat musim gugur sambil mendongakkan kepala.

Aku bertahan dalam posisiku sampai leherku terasa pegal. Aku melihat-lihat sekitar untuk mencari makanan. Tiba-tiba aku merasa lapar.

Saat sedang mencari, mataku menangkap seorang pria yang sedang berjalan ke arahku.

Yoongi? Kenapa dia di sini?

"Hai?" sapa pria itu dan duduk di sampingku.

"Oh? Hai?" sapaku balik.

"Sedang apa?"

"Hanya menikmati angi musim gugur di sore hari."

"Kau tidak kedinginan?"

"Sedikit. Ah iya, aku akan membeli sedikit makanan sebagai cemilan. Ingin menepati janjiku tadi siang. Jadi, kau tunggu di sini, ya?"

Aku berdiri tanpa menunggu jawabannya dan langsung membeli beberapa makanan. Ada kue ikan dan juga odeng.

Kami, eh, maksudnya aku dan Yoongi menghabiskan makanan sambil mengobrol. Terkadang Yoongi memberikan tebak-tebakan. Jika aku kebingungan dan tidak bisa menjawab, Yoongi tertawa puas.

"Wajahmu lucu kalau kebingungan. Haha.." begitu katanya. Aku tersenyum melihat dia tertawa puas begitu.

Tawanya, membuatku senang. Seperti awan yang selalu membuatku bahagia.

Aku merasa haus. Salahku sendiri tadi tidak membeli minum.

Aku pamit dengan Yoongi untuk membeli minum di minimarket dan meminta Yoongi untuk tetap di tempat.

Seperti tadi, aku tidak menunggu jawabannya dan langsung menuju minimarket. Aku memilih beberapa minuman yang mungkin Yoongi suka. Aku masih ingat, dulu aku pernah mencari tahu minuman kesukaannya dari kakakku.

Saat menunggu antrian kasir, dapat aku lihat Yoongi sedang berbicara dengan telepon di sana.

Aku membayar minuman dan kenbali ke taman, ternyata Yoongi sudah selesai dengan kegiatannya tadi.

"Terima kasih, Yewon. Terima kasih untuk hari ini," ucap Yoongi tiba-tiba.

"Tidak apa," sahutku singkat.

"Aku harus pergi sekarang. Aku harus menjemput tunanganku di bandara."

Oh? Tunangan... Eh! Tunggu! Apa dia bilang?! Tunangan?!

"Aku pamit dulu. Sekali lagi terima kasih," pamit Yoongi dan berdiri. "Sampai jumpa," lanjutnya dan mulai berjalan menjauh.

Aku hanya bisa tersenyum miris melihat punggungnya yang mulai menjauh.

Yah, dia benar-benar seperti awan. Hanya bisa dilihat dan dikagumi, tidak akan pernah bisa digapai.

= = =

Halo, setelah baca ulang book ini aku jadi tertarik buat publish ulang. Semoga ada yang suka yaa

Just One Word [Umji FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang