Merindukan malam ketika hujan tak lagi datang.
Angin telah lelah berhembus.
Menyisakan sedikit nafas.
Tak sanggup untuk menggoyangkan rerumputan.
Bermandikan embun menuju pagi.
Lupakah aku hingga ku ingin berdiri
Yang mana aku tak bisa berlari
Dan sekarang sudah waktuku
Aku pergi sendiri~~~ ~ ~~~
Di sore itu di sebuah cafe di sudut kota.
"Jo, liat deh kamu dapat juga ?". Seorang gadis mengarahkan smartphonenya ke hadapan pria dengan rambut rapi mengenakan kemeja putih sambil melihatkan email yang baru ia dapatkan. Gadis ini bernama Laila, seorang penikmat musik yang bisa diketahui karena kebiasaanya mengenakan earphone kemanapun ia pergi. Dengan aliran musik syahdu ataupun agak keras selaras dengan suasana hati. Namun kali ini earphone itu tidak terpasang di telinganya karena baru saja ia mendapatkan sesuatu yang mengusik perhatiannya.
"Iya aku juga dapat. Sepertinya kita semua dapat." Jawab Jo pria berkemeja putih itu seraya meminum kopi yang sudah setengah dingin.
Bertempat di mana biasa mereka berkumpul untuk saling bercanda ataupun sesekali membahas persoalan serius. Entah itu tentang tugas kuliah atau pun tentang wacana perjalanan mereka. Mereka sering bercengkrama di sudut cafe dengan gaya futuristik yang memang sudah zamannya. Dengan pelayan beberapa robot yang siap menghampiri dan mengantarkan pesanan pelanggan. Tipe-tipe humanoid robot yang dilengkapi dengan kecerdasan buatan. Di tahun 2027 manusia memang sudah memproduksi masal robot untuk membantu pekerjaannya. Hingga di sektor rumah tangga dan asisten pribadi sudah di dominasi oleh robot.
Tak selang berapa lama tampak seorang gadis masuk ke cafe tersebut. Dari arah pintu masuk nampak seorang gadis dengan rambut panjang bewarna hitam kecoklatan. Celana jeans hitam dan kemeja coklat. Sambil melambaikan tangan dan berjalan perlahan menghampiri Jo dan Laila di sudut cafe itu.
"Hai..La, Hai...Jo aku ada sesuatu nih. Aku barusan..." Belum selesai gadis ini menyelesaikan perkataannya jari telunjuk Laila sudah melesat kebibirnya, persis seperti ketika meminta seseorang untuk diam.
"Sshhhh, iya kita tau kok. Duduk dulu Naa" Sahut Laila sambil merangkul sahabatnya itu dan mendorong pundaknya kebawah mengajak untuk duduk. Gadis yang satu ini bernama Lena, gadis ini paling mencolok dari seluruh anggota kelompok. Karena memang dialah yang paling narsis di antara teman temannya. Lena menuruti Laila dan menarik bangku keluar dari bawah meja dan segera duduk. Lalu empat pasang mata dari gadis gadis itu mengarah ke Jo.
"Kenapa kok ngeliatin aku ?" Jo yang sadar dilihat oleh kedua gadis itu bertanya dengan senyum tipis.
"Ini janji Guntur yang pernah dia bilang ke kita kan Jo ?, Setelah sekian lama" Tanya Laila sambil menaruh jari telunjuk di dagunya.
"Mungkin. Tapi sebaiknya kita tunggu Niko dan Guntur datang dulu." jawab Jo tenang sambil menekan-nekan layar gadgetnya tanpa memperdulikan ekspresi penasaran dari kedua gadis itu.
"Dih, orang ini." Sahut Lena dengan wajah kesal dan alis terangkat. Kemudian percakapan itu terhenti saat sebuah robot pelayan menghampiri mereka. Melihat robot pelayan datang Lena mengurungkan niatnya untuk mengorek informasi lebih dalam dari Jo. Ya, setelah sekian lama mereka tidak bertemu karena sibuk dengan pekerjaan dan urusan mereka masing-masing. Mungkin sudah hampir 4 tahun sejak terakhir mereka mengadakan perjalanan setelah merayakan kelulusan mereka dari perguruan tinggi.
"Permisi saya XT-07 siap melayani anda. Silahkan inputkan pesanan anda di layar yang telah disediakan." Bunyi suara dari robot tersebut sambil menampilkan daftar menu yang tersedia. Lena pun asik melihat dan memilih-milih menu yang akan ia pesan. Tidak diragukan Lena adalah seorang yang sangat menyukai makanan dan cemilan. Apalagi yang berhubungan dengan coklat pasti akan dijadikan sasaran utama olehnya.