Chapter 2: "Hilang"

71 5 2
                                    

Hanya lekukan di bibir
Namun beberapa menyebutnya senyuman
Hanya rangkaian gelombang audio
Namun beberapa menyebutnya suara
Semudah kata ketika menyimpulkan
Namun sebenarnya tidak pernah ada
~~~ ~ ~~~

Sudah 2 jam lebih berlalu, ke empat orang yang menunggu seseorang melewati pintu otomatis yang digerakan oleh sensor yang mendeteksi jika ada seseorang yang akan memasuki cafe tersebut. Beberapa kali juga mereka mengintip ke arah CCTV yang dipasang di atas meja resepsionis. Berharap orang itu akan segera hadir.

"Nggak biasanya ya ?" Niko memulai pembicaraan di tengah heningnya suasana. Jo tengah asik dengan gadgetnya memantau perkembangan bisnis. Laila sedang mencoret-coret buku catatan yang ia bawa. Sementara Lena masih mengunyah beberapa potong brownies yang ia pesan.

"Seingatku Guntur ini nggak pernah telat deh, apalagi soal janji yang dia bikin sendiri kan." Celoteh Lena lalu kembali mengambil potongan brownies dan mengunyahnya.

"Iya memang gak pernah deh. Ini aneh". Laila menyambung perkataan Lena sambil meletakkan salah satu ujung pulpen ke keningnya seperti ada sesuatu yang ia fikirkan.

Lalu dalam waktu yang bersamaan mereka mendapatkan notifikasi dari smartphone masing-masing. Serentak semuanya melihat ke arah layar smartphone berharap notifikasi tersebut berasal dari orang yang mereka tunggu-tunggu.

"E-mail dari guntur lagi." Jo berkata seraya membaca e-mail yang baru saja ia terima. Demikian juga dengan ke tiga rekannya. Membaca surat elektronik yang dikirimkan Guntur.

"Dih, ini orang udah ditungguin pakai acara ngirim e-mail segala. Kasih kontak atau apa gitu biar bisa kita hubungin langsung ah." Lena menggerutu. Laila yang memperhatikan Lena yang sedang gregetan menjadi ingin tertawa. Pasalnya memang sudah cukup lama mereka tidak bertemu.

. . . .

"Dimakan coklatnya. Kebanyakan ngelamun ya kamu La." Perkataan Lena menghentikan lamunan Laila yang sedari tadi hanya menggengam coklat pemberiannya.

"Oh nggak ini aku lagi dengerin musik" Jawab Laila sambil membuka bungkus coklat dan mulai menggigit pojokan batang coklat itu.

Tak lama kemudian seseorang dengan postur tubuh agak membungkuk dan lewat di depan mereka berdua.

"Guntur. Ini mau coklat nggak ?" Lena berteriak kepada orang tersebut seraya menyodorkan bungkus coklat ke arahnya.

Nama orang itu adalah Guntur salah satu mahasiswa baru di perguruan tinggi yang sama dengan mereka berdua. Tentu saja namanya langsung terlihat ketika ia lewat dihadapan Lena dan Laila yang masih menggunakan kacamata itu. Namun Guntur hanya melihat ke arah Lena dan pergi berlalu.

"Kamu kenal Na ? Tanya Laila sambil menggigit kembali batang coklat pemberian Lena.

"Yaa enggak sih cuma kan kelihatan namanya tadi di kacamata ini" Lena menjawab sambil menyentuh kacamata yang dikenakannya dengan jari telunjuk.

"Oh ya tadi sewaktu kamu dateng kok bisa ngirim notifikasi ke aku Na ?" Laila penasaran dengan cara Lena untuk mendapatkan atensinya tadi.

"Oh itu. Kan di sebelah kanan atas kacamata ada tombol kecil tuh buat waving atau dadah-dadah. Jadi kamu tinggal lihat orangnya terus pencet aja nanti juga dia dapet notifikasinya." Jawab Lena sambil menunjukan tombol yang di maksud.

GunturTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang