"Kamu yakin sama laki-laki itu nak? Kamu hati-hati kalau bergaul. Kamu itu kerja jauh dari orang tua, kamu udah kenal sama dia seberapa jauh sampai kamu yakin sama dia? Keluarganya gimana? Seluk beluknya gimana?"
"Ibu dengerin Vinny dulu deh. Insya Allah orangnya baik bu, nanti Vinny ceritain kalau Vinny pulang dua minggu lagi. Sudah ya bu, salam buat ayah"
Vinny meletakkan handphone di sampingnya dan mengakhiri percakapannya dengan sang ibu. Kejadian dua minggu lalu membuatnya terkejut sekaligus senang. Entahlah, yang jelas dia sebenarnya belum siap namun kalau dipikir lagi memang sudah saatnya ia memikirkan masa depannya. Ia teringat dengan seseorang yang baru ia kenal tidak lama ini dan mengatakan sesuatu yang membuatnya resah.
"Kakak mau nggak ta'aruf sama aku?" Pemuda itu dengan lugasnya mengucapkan kata-kata yang tidak terduga dihadapan Vinny. Membuatnya termenung beberapa saat dan hampir menjatuhkan sendok es krim yang ia pegang.
"Hah?" Kata itu yang terucap dibibir Vinny karena terkejut.
"Kaget ya? Terlalu cepat? Bukankah lebih baik jika langsung begini kak? Insya Allah aku mantap" Katanya lagi membuat Vinny semakin bingung. Pemuda yang lebih muda tiga tahun dari Vinny ini memang tipikal orang selalu membuat guyonan hingga Vinny mengira ini adalah salah satu lelucon yang pemuda itu buat untuknya. Vinny masih tak bergeming menatap pemuda dihadapannya ini hingga mulutnya masih sedikit terbuka dengan tidak elitnya.
"Aku serius loh kak."
Skakmat. Pemuda itu seperti bisa membaca pikiran Vinny yang mengganggap bahwa apa yang barusan sang pemuda katakan adalah sebuah gurauan belaka.
"Kamu yakin?" Dan kalimat kedua Vinny yang berhasil Vinny susun untuk menjawab pertanyaan atau ajakan atau apalah itu dari pemuda yang bahkan mungkin baru mengenal Vinny beberapa bulan saja.
"Ya semua terserah kakak, aku sih yakin cuma terserah kakak mau apa enggak. Kakak mau nggak sama aku yang lebih muda, sama aku yang beginilah adanya"
Sekelebat bayangan tentang percakapan dua minggu lalu membuat Vinny tersenyum sendiri. Sejujurnya ia memang belum yakin dengan sang pemuda yang belum lama ia kenal itu. Hanya saja setiap pertemuan dengan sang pemuda Vinny merasa nyaman dengan guyonannya, cara pemuda itu berinteraksi dengan teman-teman lainnya dan itu membuat sedikit kesan yang cukup epik bagi Vinny. Masalahnya ada dalam hati Vinny sendiri yang entah sampai sekarang Vinny belum menemukan kepingan pecahan hatinya hingga membuatnya masih resah. Ditambah lagi untuk menyakinkan kedua orang tuanya yang memang tidaklah mudah.
Disisi lain Ayu melempar sembarangan tas selempangnya dan merebahkan badannya di kasur tanpa melepas seragam kerja yang ia kenakan. Hari ini seluruh badannya terasa seperti dihantam batu besar. Memang bukan hari ini saja, sebagai junior yang baru bekerja ia seringkali melakukan pekerjaan yang diluar batas jam kerjanya. Awalnya ia mengira ini wajar saja namun sudah hampir setahun ia bekerja tetap tidak ada yang berubah. Selalu saja Ayu yang melakukan semuanya. Ikut festival, ikut pelatihan yang tidak melihat jam kerjanya yang super padat, bahkan saat libur ia diminta untuk masuk karena pekerja yang lebih senior dari Ayu melakukan acara piknik rumah sakit.
Saat hendak tertidur, Ayu dikagetkan dengan masuknya notifikasi chat di hpnya yang sedikit mengganggunya.
"Rame banget si" Keluhnya namun tetap memeriksa hp yang ada di dalam tas selempangnya.
Ada puluhan pesan yang masuk di line dan semuanya berasal dari grup yang sama yaitu grup teman-teman dekatnya saat kuliah. Tidak banyak. Hanya lima orang saja yang ada digrup line tersebut. Ayu mulai membuka chat line di hpnya sambil tetap berbaring di tempat tidurnya.
"Ta'aruf?" Ayu membaca pesan line di grupnya yang ternyata penuh karena topik ta'aruf salah satu teman baiknya. Ia ingat saat berkunjung ke kosan Vinny yang bekerja di Jakarta, Vinny sempat menceritakan padanya hanya sekilas karena Vinny belum terlalu yakin. Tapi nampaknya dari chat grup yang Ayu baca, Vinny sahabatnya sudah mulai mantap akan pilihannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perempuan dan Warnanya
RandomKehidupan itu penuh warna bukan? Hanya sebuah cerita tentang tiga perempuan dengan warna kehidupannya masing-masing. Oneshoot. semoga suka dan menginspirasi. Cerita gagal, maaf masih amatir.