Prolog

83 15 17
                                    

Matanya terpaku hanya pada satu titik. Titik yang menjadi kelemahannya. Tapi titik itu juga menjadi sumber kebahagiaannya. Hanya jika titik itu juga melihat padanya. Tetapi jika tidak maka titik itu akan menjadi penghancurnya.

Titik itu tepat di depan matanya. Titik itu adalah dia. Narendra Librasena. 

Matanya tetap terpaku pada laki-laki yang kini tengah sibuk mengobrol dengan teman-temannya, sementara bibirnya menyembulkan senyum tipis yang tidak akan disadari oleh orang lain. Hanya dengan melihat saja dia merasakan kebahagiaan.

"Yura!"

Matanya kini teralih pada suara yang memanggil. Senyumnya mengembang menyambut seseorang yang menghampirinya.

"Ra, gue suka sama dia" ujar seseorang itu dengan matanya yang menatap pada satu objek

Matanya yang awalnya menatap seseorang itu, kini beralih untuk menatap objek yang dilihat oleh seseorang itu.

Detik berikutnya senyum manisnya menghilang. Jantungnya berdebar. Dan pikirannya mendadak kacau.

Untuk satu detik pernyataan itu, hatinya seperti dihancurkan tanpa perasaan dan tanpa sisa.

Tanpa disadarinya, laki-laki yang tadinya sibuk mengobrol itu menoleh dan tersenyum manis tetapi tatapan matanya tidak dapat diartikan. Tertuju pada satu titik. Tatapan itu entah tatapan

Bahagia

Atau

Terluka



----------

Entah cerita ini mau dibawa kemanaaa.-.

Happily (n)Ever AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang