Yura POV
Aku Yura, anak yang baru memasuki masa SMA tahun pertama. Masa pubertas yang namanya jatuh cinta akhirnya hinggap di kehidupan putih abu-abuku tapi pada orang yang salah.
"Yura, udah dapat kelompok?" Seseorang bertanya padaku
Dia Ren, teman sekelas yang aku sukai. Tapi dia sudah punya pacar, pacarnya sejak SMP dulu.
"Belum, tapi gatau mau sama siapa"
"Sama kelompokku aja sini, kurang nih lagi 2 orang. Kamu sama Tika masuk sini"
"Oke Ren, makasi ya"
Bagaimana rasanya satu kelompok dengan orang yang kau sukai?. Aku benar-benar nervous, membayangkan aku harus bertemu lebih intensif saja sudah membuat jantungku marathon -_-"
"Besok kita kerkom ya, biar cepet kelarnya. Di rumah Yura aja ya" ujar Ren
"Rumahku? Kalian kan ga tau rumahku"
"Not a big deal. Send loc aja tar juga nemu" Ini kata Andi, teman satu kelompokku yang notabenenya gampang banget nemu rumah orang cuma dengan send loc.
"Oke. See you guys"
Hari ini aku ada kerkom. Hari minggu ku yang cerah terusik dengan tugas praktek yang aku bahkan tidak mengerti. Mereka akan datang satu jam lagi, dan sekarang aku bahkan masih tak sanggup membuka mataku. Aku sedang malas.
"Yura cepat mandi lalu sarapan, katamu teman-teman akan datang, tapi kamu bangun aja belum. Anak gadis SMA kok malas!". Itu suara Mama benar-benar mengusik tidurku. Aku cuma menggeliat dan menyeret kakiku untuk masuk kamar mandi.
Aku duduk dengan manis di depan meja makan untuk sarapan. Akhirnya aku selesai melakukan ritual mandiku dengan pengumpulan niat yang benar-benar ekstra. Dan sekarang aku sudah bersih dengan sendok dan garpu bertengger manis di tanganku
"Sebelum makan berdoa dulu ya"
Kami menikmati sarapan nasi goreng yang sudah disiapkan oleh Mama dalam diam dan tenang. Ketika sarapan sudah selesai, baru Mama memulai percakapan
"Yura, hari ini Mama sama Papa mau pulang ke desa ya. Kamu baik-baik jaga rumah. Kalo teman-temanmu haus, di kulkas ada minum. Kalo waktu makan siang, ajak teman-temanmu makan. Jangan lupa ya"
"Lah kok Mama baru bilang sekarang sih?"
"Ya tadi mendadak ditelepon sama pamanmu, katanya nenekmu sakit. Lagian kan cuma pergi 2 hari aja"
Aku hanya menghela nafas mendengarkan penjelasan Mama
Setelah sebelumnya sempat menyiapkan dan mengangkut barang-barang yang ingin dibawa, sekarang Mama sama Papa sudah siap didalam mobil dan Mama mengingatkan kembali akan tugasku sebelum benar-benar pergi.
Aku masuk kembali ke rumah. Aku menunggu teman-teman ku sambil menyiapkan makanan dan minuman sebagai camilan saat mengerjakan tugas nanti. Setelah semuanya siap aku duduk diatas sofa ruang tamu. Pikiranku melayang. Aku menyukai seseorang yang sudah punya pacar. Ketika pertama kali aku tahu Ren sudah punya pacar, saat itu adalah pertama kalinya aku merasa hancur dan merasa tak punya harapan lagi. Terhitung sejak hari itu aku belajar untuk melupakannya. Sangat sulit memang, dilihat dari intensitas ku bertemu dengan Ren yang hampir setiap hari. Tapi aku tetap berusaha.
Ting tong
Ah mereka sudah tiba , pikirku
"Aih mereka merusak lamunanku saja"
Aku berjalan untuk membuka pintu dan meyambut mereka dengan senyum manis.
Saat pertama aku membuka pintu, wajah mereka tampak tegang, begitu terlihat wajahku dengan jelas wajah mereka berubah menjadi lega dan tersenyum.
"Hai Yura" sapa Ren sambil tersenyum
Oh tidak! Bentengku dihancurkan hanya dengan satu senyuman. Tidak
"H..hai. Ayo silakan masuk"
Ketika mereka masuk dan duduk dengan tenang. Aku menyipakan minum untuk mereka. Ketika aku kembali mereka mulai bercerita
"Kita kira ini bukan rumah lo. Honestly gue kurang percaya sama Andi" ujar Dino dengan wajah konyolnya yang dibalas dengan kepalan tangan oleh Andi.
Semuanya tergelak karena tingkah konyol mereka, kecuali Andi tentunya
"Bukan gitu. Mulanya gue udah ngerti sama location lo Ra. Tapi begitu sampai di gang ini, kita bingung, jadinya kita menerka-nerka. Tapi pada akhirnya bener kan ini rumah lo" Andi berujar
"Ya iya bener kan gue yang nebak tadi. Untung bener" Ren membalas sambil tersenyum
Tidak! Tolong jangan tersenyum bisa? Tidak baik buat jantung dan tekadku. Ya ampun
"Yura, lo ngelamunin apa?" Tika menyadarkan aku dari lamunan dan saat sadar aku melihat teman-teman ku sedang memandang heran padaku.
"Ahga apa-apa kok" aku canggung
"Kalo gitu ayo diminum dulu, kalian pasti haus deh tu gara-gara tadi tegang nyariin rumah ku. Hehe" aku menawarkan minuman yang memang sudah kusiapkan sejak tadi
"Wahh makasi, Ra. Emang lo teman yang sangat pengertian" Andi berterimakasih lalu meneguk habis airnya
"Woi, Ndi malu. Rumah orang kelakuan udah kayak di rumah sendiri aja" Dino memukul pelan kepala Andi
"Yee suka-suka dong, lagian Yura juga udah ngasi tadi. Sirik ae lu" Andi membalas memukul kepala Dino
"Udah gapapa kok, minum aja" aku melerai mereka
"Sorry ya, Ra. Kelakuan mereka emang begitu. Malu-maluin" ujar Ren padaku
"Iya gapapa kok Ren. Aku maklum, lumayan kok hiburan hehe"
"Sok jaim lu Ren depan cewe cakep, padahal mah kelakuan lu ga jauh-jauh beda sama sama kita, ya gak, Ndi?" ujar Dino
Andi sedang asyik dengan makanan yang aku sediakan. Dia tidak mempedulikan teman-temannya. Dia sedang asyik dengan dunianya sendiri. Dino yang merasa tidak ada sahutan pembelaan kemudian menoleh dan memukul kepala Andi lagi
"Woi upil badak, gue lagi ngomong ini. Butuh pembelaan dari lo. Lo asik banget sama makanan, gue kan terpojok jadinya"
"Lo bisa ga sih ngasi gue bahagia gitu, tenang menikmati makanan gue. Ganggu mulu lo. Kapan tenangnya coba gue punya temen begini" Andi membela dirinya dari Dino
Dino memukul Andi lagi karena tidak terima dikatakan sebagai pengusik hidup Andi
"Woi Din stop mukulin kepala gue kenapa. Yang bikin gue bego tu yang begini nih. Dipukulin terus pala gue dikiranya pala gue bedug" ujar Andi yang kesal karena kepalanya dipukul
"Begayaan bahasa lo udah kayak pinter aja lo. Disuruh jawab matik aja udah kayak disuruh ngitungin duit di dompet lo. Berasa isi bawang, perih bawaannya pengen nangis" sindir Dino
"Brengsek lo upil cabe-cabean"
"Woi kalian bisa tenang ga sih. Ga di sekolah, di rumah orang sama aja demen amat berantem. Heran gue" Tika melerai dengan uring-uringan.
Aku hanya tertawa saja melihat kelakuan mereka yang masih seperti anak kecil. Untuk sesaat aku melupakan bahwa Ren, orang yang kini duduk di sebelahku adalah orang yang aku sukai dan berusaha untuk kulupakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happily (n)Ever After
Подростковая литератураMenyukai seseorang diam-diam itu benar-benar menguras hati, 'kan? - Yura Taurusyena Disclaimer: Based on true story