"Life feels like a test i didn't study for."—Kurosawa Kanara Deluna
**
Haruskah ku tolak?
Atau haruskah kuterima saja?
Aku sama sekali tidak memiliki gambaran tentang mempunyai hubungan dengan Sandrio.
Bahkan sama sekali tidak mempunyai keinginan untuk berhuhungan apapun dengan lelaki buaya itu.Keinginan terbesarku saat ini adalah untuk pergi saja dari sini, menghilang tanpa jejak.
--Ya tapi tidak dengan terjun ke rawa-rawa juga sih, aku masih ingin hidup haha.Sembari menyelipkan sebatang rokok ke celah bibirku dan membakarnya, aku memikirkan hal ini matang-matang.
Aku harus punya rencana cadangan bila dia membuat ku berada dalam posisi yang terancam apapun pilihanku, bukan?Misalnya saja aku menolaknya, tidak menutup kemungkinan bahwa dia bisa men-stalk ku bukan?
Atau bahkan membayar orang untuk menculikku atau semacamnya itu.Lalu misalnya aku menerimanya, bagaimana kalau tiba-tiba dia melakukan hal tidak baik padaku?
Tentu aku harus mencari cara untuk melarikan diri dari semua kemungkinan yang ada.Ah, sungguh memusingkan.
Sudah dua hari aku menonaktifkan HP ku. Sudah selama itu pula aku tidak berhubungan maupun bertemu dengan si buaya--
Tidak, jangan berprasangka buruk.
Aku hanya takut tiba-tiba ia akan muncul dan meminta ku menjawab permintaannya saat ini juga.Tentu tidak lucu.
"Muka lo ngapa tegang amat lun?" Sergio membuyarkan segala lamunanku
"biasa"
"Yaudahlah Lun, kalo lo takut kenapa-napa nanti gue anter aja lo balik. Hari ini gue juga gaada les."
Sergio tau tentang Sandrio, aku menceritakan semuanya. --Ya kecuali bagian ganja itu, jangan berprasangka buruk, aku hanya takut kalau terjadi sesuatu yang buruk jika aku memberi tahu tentang itu ke orang lain.
"Thanks, Ser. Lo emang dabest"
Dan aku melanjutkan lamunanku .**
Saat ini aku sedang berada di rooftop apartemenku.
Perlu kalian ketahui bahwa apartemen ini kubeli menggunakan uangku sendiri dan keluargaku sepertinya tidak mengetahui tentang hal ini, dan aku selalu pergi kesini disaat banyak hal memenuhi pikiranku.Karena hari sudah mulai malam aku memutuskan untuk mengaktifkan HP ku kembali untuk mengabari Bang Lu aku akan pulang agak malam hari ini.
*calling Bang Lu*
Setelah 3 nada sambung akhirnya diangkat juga teleponku.
"Baangg, Luna pulang telat ya lagi nongkrong, biasa. hehe."
"haha hehe aja kamu. yaudah jangan malem-malem malas nungguin pintunya. "
"iyaa bawel udah biasa juga."*call end*
Tepat setelah telepon dimatikan ada panggilan masuk ke HP ku.
*private number calling*
'hm? siapa ya?'
"Halo, Luna."
Suara yang amat familiar terdengar setelah aku mengangkat telepon itu."Mau apa telfon-telfon?"
"Aku merindukanmu."
jijik. maksimal."sudah gila anda."
"Telfon lo ga aktif, LINE gue ga dibales juga."
"Apa peduli lo? maaf ya gue sibuk"
*tit!*
Ternyata private number itu adalah nomornya si buaya. ck!
Sepertinya aku harus mengganti nomor telepon sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallen
Teen Fiction---------------------------------------------------------- Cinta bukan tentang siapa yang mengenal siapa lebih dahulu, bukan juga tentang hanya sekedar memberi perhatian terbanyak, bukan juga tentang menanti dan menunggu saja. Melainkan tentang siap...