CHAPTER 8

21 2 2
                                    

ADUHHHHH

Maafin gue yakkk..

Janjinya update 2 kali sehari, tapi ini malah banyak ngaretnya dari pada updatenya. Biasalahh sibukk genggss..

Eeh tapi jangan lupa untuk selalu meninggalkan jejak setelah membaca, karna daku juga manusia butuh dukungan dan juga komentar okeehhh

Sipplahh pokokkknya!!!!

Selamat menikmati yoooo

*****

Safie memandang kearah luar jendela café tempat dia menghabiskan hari minggunya. Hari minggu ini langit kota Frankfurt sangat indah. Cuacanya yang tidak terlalu panas dan juga tidak begitu dingin membuat semua orang keluar dari hunian mereka mengadakan piknik kecil diakhir pekan dengan beberapa sanak keluarga mereka. Safie memandang sedih kearah keluarga – keluarga kecil itu. Bayangan hitam seolah – olah menghantuinya tanpa henti. Dan ketika air mata dari sudut matanya mulai terjatuh, tepukan pelan dibahunya membuat seluruh bayangan hitam o=itu memudar entah kemana.

Dan Safie tidak menyangka bertemu dengan sosok itu di siang hari dengan suasana senggang seperti ini.

"Boleh bergabung?" sosok itu mengangkat nampannya. Seolah menunjukan bahwa dia membawa beberapa jenis makanan yang disedakan prasmanan oleh café itu.

"Ohh tentu pak Ed – ehh, Edwin" Safie menunjuk kursi didepannya yang memang tidak berpenghuni dari setengah jam yang lalu. Fikiran Safie melayang ketika makan malam bersama Edwin sekeluarga beberapa hari yang lalu.

Flashback

Suasana restoran keluarga itu sangat ramai. Tetapi dengan koneksi yang didapatkan oleh Luke serta Edwin membuat mereka tidak begitu susah memncari sebuah meja kosong. Pelayan dengan apron hitam yang berada dipingganya menghampiri meja mereka.

Safie melihat kedaftar menu. Tinggal didaerah yang minoritas muslim tidaklah terlalu mudah. Apalagi dalam soal makanan. Beberapa makanan yang mengandung zat-zat yang haram, membuat Safie hanya bisa memesa makanan yang bertuliskan kata vegan. Karna hanya makanan orang yang vegetarian lah yang mudah untuk dia dapatkan. Dan Safie harus berpuas diri dengan memakan makanan yang sepenuhnya terbuat dari si 'ijo' itu.

"Baked mashroom with been sauce" Safie menyebutkan makanan setelah melhat seluruh isi dari daftar menu.

"Baik mohon ditunggu pesanannya" sang pelayan dengan apron itu pergi menuju sebuah pintu yang bertuliskan kata küchen.

Lalu meja mereka dipenuhi dengan obralan seru dari berbagai pihak. Mulai dari Sofie yang bercerita tentang keadaan sekolahnya sampai kearah Edwin yang bertanya tanya soal pekerjaan Safie. Safie yang baru pertama kali merasakan bagaimana makan malam dengan keluarga membua hatinya tersentuh.

Pesanan datang membawa makanan – makanan yang tadi mereka pesan. Dan Edwin tidak bisa lagi menahan bibirnya untuk tidak bertanya kepada Safie mengapa makanannya sayuran semua.

 Dan Edwin tidak bisa lagi menahan bibirnya untuk tidak bertanya kepada Safie mengapa makanannya sayuran semua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang