1.Murid baru

13 2 0
                                    

6:15
Senin pagi

Langit malam telah berganti dengan terbitnya matahari pagi, dengan sedikit tumpukan embun yang tersisa akibat guyuran hujan.
Dibalik tirai sebuah kamar apartemen, terlihat gadis cantik dengan balutan selimut putih bersih, dengan mata terpejam, serta mulut yang agak terbuka mengakibatkan dengkuran kecil keluar.
Entah mimpi apa yang sedang  bergelayut dikepalanya. Posisinya yang tengkurap, dengan tangan kanan dan kiri terbentang.

"Aaahhuuuhhhh." Dia merubah posisi badannya, dengan mulut terbuka tanda sedang menguap. Sang gadis cantik dengan kulit putih bersih, bulu mata yang panjang, hidung yang mancung, bibir yang mungil,serta bentuk wajahnya yang oval menambah kesan imutnya,

Gloria Gabriela Putri. Sang wanita yang hampir mendekati kata sempurna menurut wajahnya. Tapi menurut kapasitas otaknya
Dia bukan gadis yang pintar, dia jauh malah dari kata pintar. Tapi dia tidak perna menyerah dengan apa yang sudah ia cita-citakan. Dia ini anakya baperan, Kecintaannya pada hal-hal yang berbau romantis.

Hari ini adalah hari pertamanya memasuki sekolah baru. Sejak ayahnya menikah kembali di Prancis, dia memilih untuk tinggal di tanah kelahirannya, Indonesia. Papanya menyetujuinya untuk melanjutkan study di jakarta, dia diberi kepercayaan untuk menggunakan fasilitas yang diberikan papanya. Apartemen, kartu kredit , mobil, serta kepercayaan untuk menjaga diri. Ia memiliki satu saudara tiri dari ayahnya. Mamanya yang tak perna ada kabar semenjak pergi meninggalkannya bersama ayahnya membuatnya tak harus mendapatkan izin darinya, toh glori juga tak mengetaui keberadaan mamanya saat ini.

Glori mengucek-ngucek kedua matanya, mencoba untuk menstabilkan penglihatanya yang agak kabur. Setelahnya, dia berjalan dengan santai kearah kamar mandi untuk melakukan ritual mandinya.
Mandi ala cewek jadi lama gitu.

Setelah 30 menit berlalu, dia keluar dengan handuk melingkar ditubuhnya. Rambutnya yang basah segera ia keringkan menggunakan pengering rambut. Tak butuh waktu lama untuk mengeringkan rambutnya yang pendek sebahu. Glori berjalan kearah lemari besar berwarna coklat yang berada dekat dengan tempat tidurnya, ia mengambil seragamnya yang tergantung rapi dalam lemari.
Lalu berjalan disisi tempat tidur untuk mengenakan seragam sekolahnya.

"Roknya kok pendek amat sih?" Tanyanya pada dirinya sendiri.

Meski seragam yang ia kenakan terbilang cukup ketat, tapi tak ia perdulikan. Toh ini bukan salahnya, dia meminta baju ukuran apa namun gurunya memberinya baju ukuran apa. Setelah baju selesai ia kenakan, glori kembali berjalan kearah meja riasnya. Dia meraih sebuah pelembab bibir berwarna pink muda, sedikit demi sedikit bibir mungilnya tertutupi oleh pelembab bibir yang ia gunakan. Setelahnya ia merapikan sedikit rambutnya yang agak berantakan,dia memilih untuk menguraikan rambutnya. Glori berjalan kearah rak khusus untuk menaruh koleksi jam tanganya, dia mengambil jam tangan kecil berwarna putih lalu ia kenakan ditangan kirinya. Setelahnya ia mengambil tas sekolah dan mengenakan sepatu Allstar yang terletak di belakang pintu apartemennya.

Glori berjalan di koridor meninggalkan kamar apartemenya menuju loby.
Mobilnya terparkir tak jauh dari loby gedung besar itu. Glori berlari kecil menuju mobil berwarna putih dengan sedikit corak hitam.

Mobil glori melaju dengan kecepatan sedang, dia belum begitu hafal dengan kondisi kendaraan menuju sekolahnya. Maka dari itu ia menggunakan jps untuk penunjuk arah.

20 menit kemudian mobil glori memasuki gerbang sekolah yang tertulis nasional high school.
Papanya sengaja menyekolahkannya ditempat yang elit, karna kakak tirinya juga penah bersekolah ditempat itu.

Sekolah

Ketika glori turun dari mobilnya, dengan tas pundak berwarna biru gelap semua pandangan yang berada di parkiran tertuju padanya.
Dia yang tak menyadari akan hal itu,hanya berjalan santai kearah koridor sekolah.

GloriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang