part 1

71 8 2
                                    

Arakan awan gelap bergerak cepat pagi ini. Menutup mentari di angkasa yang akan keluar dari tempat persembunyiannya, dan menumpahkan isinya beberapa saat setelah itu.

Diiringi angin kencang yang berputar di atas sana, membuat apa yang ada di depannya bergoyang tak beraturan.

Aku tersenyum kecut ketika melihat udara diluar.

Hujan.....

Hujan dipagi hari ini membuatku kesal setengah mati. Bagaimana tidak jam sudah menunjukan 06:30 tetapi aku masih setia duduk dekat toko yang belum buka sembari menunggu angkutan umum.

Sebenarnya aku sangat suka dengan hujan. Akan tetapi hujan kali ini datang tidak tepat pada waktunya.

Aku memeluk tubuhku sendiri yang kedinginan. Sesekali menggosokan kedua telapak tanganku dan meniupnya, berharap rasa dinginnya sedikit berkurang.

Hujan semakin deras. Seragam sekolahku sudah lembab karena tempias air hujan.

Badanku sudah mulai menggigil namun apa yang aku nantikan belum jua datang. Aku sudah mulai harap harap cemas. Entah sampai kapan pula aku menungguinya datang. Masih bisakah aku pergi kesekolah atau tidak. Aku berharap angkotnya cepat datang supaya aku bisa bernafas dengan lega.

Selang beberapa menit kemudian apa yang kunantikan sejak tadi akhirnya datang juga. Aku bisau bernafas lega setidaknya aku tidak jadi untuk bolos sekolah.

Dengan langkah cepat akupun masuk ke dalam angkot.

Cukup lama aku berada didalam angkot. Karena jarak rumahku ke sekolah bisa dibilang jauh ditambah laju angkotnya yang pelan akibat hari hujan.

Setengah jam kemudian barulah sampai disekolah. Segera aku turun dan membayar ongkosnya.
Aku mengangkat rok ku sedikit keatas dan mulai berlari menuju ke gerbang sekolah dan berhenti di pos satpam.

Aku tersenyum hambar melihat jalanan yang ada didepanku. Masih cukup panjang agar aku bisa sampai dikoridor dikelas.

Bahuku sudah basah terkena air hujan dan bibirku mulai bergetar karena kedinginan.

Aku suka hujan tetapi aku juga membencinya, terlebih lagi dipagi hari seperti sekarang. Sedikit merutuki keteledoranku yang memang lupa membawa payung dari rumah. Sebenarnya sih aku itu memang malas membawa payung, karena menurutku sangat merepotkan. Kalau aku tau jadinya begini mendingan aku bawa saja payung tadi. Memang penyesalan datangnya belakangan.

Aku menghembuskan nafas di kedua telapak tanganku agar terasa lebih hangat.

"Nggak bawa payung"

Kugelengkan kepalaku reflek sebelum aku sadar ternyata ada orang lain yang juga ikut berteduh disampingku.

"Hahh"kataku yang masih terkejut akan kehadirannya yang tiba tiba.

Seorang laki laki yang berparas putih bersih. Tidak terlalu tampan, tapi bisa dikatakan cukup manis bila diamati dalam dalam.

Lelaki itu mengeluarkan sesuatu dalam tasnya. Payung..

"Mau bareng samu aku" tawarnya kepadaku sambil menunjuk payung yang kini sudah terbuka.

Aku hanya mengangguk ragu. Pasalnya payung itu tidak terlalu lebar untuk diisi dua orang.

Tunggu dulu kok rasanya ada yang aneh? Padahal dia kan punya payung mengapa ia harus ikut berteduh dulu disini.

"Ayo!!" Ajaknya sambil menggenggam tanganku dan mengikuti langkahnya yang sengaja dibuat pelan pelan.

Jantungku rasanya tidak karuan ketika ia menggenggam tanganku. Ada perasaan hangat yang disalurkannya lewat tangan ini. Entah siapa dia aku tidak mengenalnya. Yang jelas, Ia adalah orang baik yang pernah aku temui dan mau mengulurkan tangan ketika aku sedang membutuhkan.

Ketika sampai dikoridor dia menunjukan senyuman manisnya. Senyuman yang menurutku amat menenangkan.
Sebelum melambaikan tangan dan pergi begitu saja.

Meninggalkan aku yang masih dikoridor sambil menatap kepergiannya tanpa berkedip.

Happy reading

Gimana guys ceritaku?

Janganlupa vootmannya

Aku Kamu Dia dan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang