Part 1

298 4 2
                                    

Aku merasakan sebuah tangan mengelus-elus pipiku secara halus dan lembut. Pasti itu tangan Jacob.

Jacob adalah kekasihku. Kami sudah menjadi sepasang kekasih selama 10 bulan. Woohooo sebentar lagi kami akan mencapai satu tahun. Pertemuan pertama kami yaitu saat aku mengambil kerja part time pada liburan musim panas tahun lalu, daaaannn setelah itu ia mengajakku kencan.

Jacob lebih tua dariku satu tahun. Kami sama-sama berkuliah di Los Angeles, namun beda kampus. Karena kami adalah sepasang kekasih, maka Jacob mengajakku untuk tinggal bersamanya di sebuah apartemen dan membagi biaya sewa denganku.

"Bangun cey" ucap Jacob dengan lembut.

Sentuhan tangan Jacob semakin lembut, lalu tiba-tiba ...

Ia mendaratkan tangannya dipipiku yang halus nan lembut ini dengan keras, hingga terdengar suara 'Plakk'.

"AW! Stupid, sakit tau!" ucapku kesal lalu menyingkirkan selimutku dan mengejar Jacob.

"Hahah, come and get me babe" Jacob segera berlari keluar kamarku dan tertawa meremehkanku.

"Untung pacar, kalau bukan udah aku lempar pake pisau", ucapku kesal.

> <>  ><  ><  <> <

"Kacey!" ucap seseorang memanggil namaku.

"Ya?" aku membalikkan badan.

"Aku tidak bisa mengerjakan tugas kelompok kita hari ini, besok, maupun lusa. Namun, aku sudah bicara dengan Corbyn, Victoria dan Cameron. Mereka setuju untuk mengerjakan tugas kelompok kita pada hari Jum'at pukul sebelas siang. Ku harap kau tidak ada rencana lain" ucap Madison tanpa jeda. Butuh beberapa detik untuk mencerna perkataannya.

"Tapi.. mengapa harus jam sebelas siang?" ucap ku.

"Kau takut akan udara panas? Dengar ya, aku punya banyak saran untukmu. Bila kau takut kulitmu kering, kau bisa pakai sunblock untuk menjaga kulitmu tetap lembap, lip ice atau lip balm untuk menjaga bibirmu agar tidak kering, dan-"

"Bukan itu masalahnya!" ucap ku lalu menyilangkan kedua lenganku.

"Lalu apa masalahmu?" Madison berkacak pinggang.

"Aku ada kencan makan siang dengan pacarku, ini kencan makan siang terakhir kami sebelum ia pergi ke Costa Rica!" ucapku dengan bangga.

"Tapi 'kan kalian sudah sering makan siang bersama?" ucap Madison.

"Tapi yang terakhir harus berkesan!" belaku.

"Kalian bisa makan pagi dan makan malam bersama untuk terakhir kalinya sebelum pacarmu itu pergi ke Costa Rica. Mengapa harus makan siang?" ucap Madison.

"Karena kencan makan siang pertama kali sangatlah berkesan, dan ku harap kencan makan siang yang terakhir kami juga meninggalkan kesan yang sama" ucap ku lalu tersenyum.

"Oh, ya? Memang pacarmu itu akan pergi ke Costa Rica untuk berama lama? Dua tahun? Lima tahun? Atau bahkan sepuluh tahun?" ucap Madison dengan nada sedikit mengejek lalu menaruh tangan kirinya di atas meja dan menyangga badannya.

"Dua bulan. Dan ia akan pulang tepat pada hari jadi kami yang ke satu tahun. Kuberi tahu ya, pacarku itu mendapat beasiswa di salah satu universitas ternama di Costa Rica. Aku yakin pacarmu tidak mendapat beasiswa semacam itu, bahkan pacarmu saja tidak kuliah!" kuakui, aku memang sombong. Tapi, kurasa aku telah membungkam Madison.

"Dengar ya, aku tidak mau mencari musuh baru" mungkin ia sedikit tersinggung soal aku yang mengatakan bahwa pacarnya tidak kuliah.

Madison memeriksa handphone-nya, lalu tersenyum. Entahlah, mungkin pacarnya yang tampan dan bodoh itu mengirim sms.

"Bagaimana kalau jam dua siang?" ucap Madison.

"Oke" ucapku.

"Aku duluan ya" ucap Madison lalu keluar kelas.

Aku segera merapikan barangku dan keluar kelas, kurasa Jacob telah menungguku.

'I'm jealous, I'm overzealous
When I'm down I get real down
When I'm high I don't come down'

BINGO! Tepat sesuai perkiraanku, Jacob pasti telah menungguku di tempat parkir. Aku berlari keluar gedung kampusku, lalu menghampiri sepeda motor Jacob yang berwarna merap mengilap dan terlihat cukup mencolok disana. Kulihat Jacob sedang memainkan handphone-nya, dan tidak mengetahui kehadiranku disana. Kurasa ini waktu yang tepat untuk membalasnya. Mengingat bahwa tadi pagi ia menamparku. Fyi, aku masih kesal dengan hal itu.

Aku meninju bahu kanannya dengan cukup keras, dan kulihat mata Jacob langsung melotot ke arahku. Aku mundur beberapa langkah.

"OH MY GODD, KACEY!!" teriak Jacob. Beberapa orang yang berada disekitar, langsung melihat ke arah kami.

"Jangan pukul aku, jangan pukul aku, jangan pukul aku" aku memeluk Jacob dan berusaha menahan tangannya agar tidak membalasku.

"Aku kaget tadi, huft.." ucap Jacob lalu menghembuskan nafasnya.

"Aku hanya membalasmu, jangan marah.." ucapku masih memeluk Jacob.

"Ayo kita pulang" Jacob menyingkirkan badanku lalu memakai helm untuk dirinya, kemudian untukku.

> <>  ><  ><  <> <

SO FAR AWAY  x  Martin GarrixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang