Part 2

144 6 0
                                    

Seorang pria sedang berdiri membelakangiku. Tubuhnya tidak terlalu tinggi, dan kurang proporsional. Tidak kurus, tapi juga tidak terlalu gendut. Entahlah.. aku tidak bisa mendeskripsikan lebih detail, karena tubuhnya tertutupi oleh bayangan. Walaupun, didepannya ada tembok merah dengan cahaya agak remang-remang.

Pria tersebut menggerakkan kepalanya ke arah kiri. Ia menggenggam sebuah bunga mawar di tangan kirinya, lalu mengangkatnya ke atas sejajar dengan bahu. Aku berusaha mendekatinya. Namun aku masih saja belum bisa melihatnya dengan jelas. Seluruh tubuh pria tersebut masih tertutupi oleh bayangan, bahkan bunga mawar yang ia pegang juga tertutup bayangan.

Aku ingin mengucapkan sesuatu, tetapi tenggorokan dan lidahku tidak mau berkompromi denganku. Bahkan, kaki dan tanganku tidak mau bergerak mengikuti perintah otakku. Semakin aku ingin mendekati pria tersebut, ia semakin menjauh. Bayangannya lama-lama pudar dan digantikkan dengan ruang kosong berwarna hitam. Tidak ada siapa-siapa disini, hanya aku dan kegelapan.

"Wake up, baby"

Aku membelalakkan mataku, lalu bangun dari tidurku dan merubah posisi menjadi duduk dengan tiba-tiba. Aku melihat ke sekitar ruangan. Mencari-cari sosok pria dengan mawar. Dan, aku baru sadar. Ternyata tadi cuma mimpi.

"Nightmare, huh?" Aku menolehkan kepalaku ke kiri, dan mendapati Jacob sedang tersenyum aneh.

"Kau menakutkan" ucapku lalu mengambil bantal dan melemparnya ke wajah Jacob. 

"Jawab pertanyaanku, apakah kau mengalami mimpi buruk? Apakah kau memimpikan aku botak?" ucap Jacob dengan wajah polosnya lalu menyingkirkan bantal yang kulempar kewajahnya tadi.

"Bahkan lebih buruk daripada itu" ucapku lalu menatap sinis ke arah Jacob.

"Oh.. baguslah" ucap Jacob lalu mendekat ke arahku.

"Kau tidak menanyakan mimpiku?" ucapku.

"Jangan katakan kau bermimpi tentang perpisahan kita. Karena.. karena aku telah berjanji untuk selalu bersamamu dan menjagamu. Aku belum bisa menerima kenyataan bahwa setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan" ucap Jacob lalu menyentuh bibirku dan mendekatkan wajahnya ke arahku.

"Aku tahu itu, dan aku pasti akan sangat merindukanmu, bodoh" ucapku lalu tersenyum dan memejamkan mata.

"I love you, Kacey"

Bibir Jacob menyentuh milikku dengan lembut. Tangan kanannya mendapatkan tempat di dekat tengkukku dan leherku, lalu ia memajukan kepalaku agar bisa memperdalam ciumannya. Sentuhannya selalu memabukkan. Aku tak bisa melakukan apapun selain membiarkannya menyentuhku.

Aku menaruh kedua tanganku di leher Jacob. Membalas ciumannya, lalu melepaskannya. Aku tertawa pelan dan tersenyum.

"Hey, ada apa?" ucap Jacob lalu menyelipkan rambutku di telinga.

"Aku ada kuliah hari ini" ucapku lalu membuka mataku.

"Oh iya.. aku lupa"

"Berhenti melihatku seperti itu" ucap Jacob lalu menyingkirkan tangannya.

"Why?" ucapu lalu tersenyum dan memiringkan kepalaku ke kiri.

"Apakah kau sedang bahagia?" ucap Jacob dengan wajah bingungnya.

"Yeah, kinda. Hari ini Mr. Potts akan mengajar kelasku lagi setelah liburannya di Nepal, dan ia membawa banyak esai yang harus kami kerjakan" ucapku masih tersenyum.

"Kau perlu sarapan. Aku akan menyiapkannya untukmu selagi kau mandi dan bersiap" ucap Jacob lalu beranjak dari kasur kami dan keluar kamar.

Mungkin Jacob bingung dengan tingkah anehku pagi ini, tapi sejak bangun tidur dan melihatnya disampingku.. well, entahlah. Rasanya seperti ada yang menggelitik di bawah perutku, dan hatiku terasa berdebar-debar. Perasaan bahagia, mungkin? Aku tak bisa menyembunyikannya sama sekali, apalagi saat berada di dekat Jacob. Mungkin ini karena besok, Jacob akan meninggalkanku? Terlalu banyak hal yang kupikirkan.. lebih baik aku menuruti saran Jacob, dan segera mandi.

> <>  ><  ><  <> <

".. psst, Kacey!"

"Kaceeeyy!"

Aku mendengar seseorang berbisik seperti memanggil namaku, tapi kuabaikan saja. Bisa jadi, ia memanggil orang lain, kan?

"Kacey!" bisikan terdengar lebih keras, diikuti dengan sebuah penghapus yang mendarat di kepalaku.

"Aw!" jeritku pelan lalu menolehkan kepala ke belakang.

"Apakah kau mendapatkan soal yang sama denganku?" bisik Bella.

Bella adalah sahabatku. Kami mengambil jurusan yang sama, namun kami sering mengambil kelas yang berbeda. Pertemuan pertama kami adalah di kelas Mr. Potts, kami langsung mengenal satu sama lain dan merasa cocok. Sejak saat itu, kami sering menghabiskan waktu bersama, melakukan banyak hal yang kami suka. Kupikir hanya ada beberapa hal yang membedakan kami berdua. Pertama, Bella lebih cantik dan kaya daripada aku. Kedua, Bella bukan orang yang serius menjalani hubungan dengan seorang pria. Ketiga, Bella memiliki sifat yang lebih menyebalkan daripada aku. Tapi selain itu, ia adalah orang yang baik, dan kami selalu membantu sama lain. Terutama dalam pelajaran Mr. Potts.

SO FAR AWAY  x  Martin GarrixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang