ON GOING DI CABACA
"Mbak mau ditolong nggak?"
"Kalau ditolong mau, tapi kalau diculik saya nggak mau."
"Kalau saya halalin mau nggak?"
"Saya janda loh."
Bagi Boram yang menyandang status janda muda, omongan melantur cowok SMA yang sedang membantunya...
"Kenakalan masih ampuh menjadi sebuah bentuk pelarian"
- Samudra Arkana Sakti -
Please comment & vote
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Samudra."
Boram mengerjapkan mata dan bertanya dengan tampang cengok, "Hah?!! Apa?"
Boram yang semula memperhatikan mata hitam itu lekat perlahan menurunkan pandangan ke sudut bibir yang tertarik membentuk senyuman manis membuatnya salah fokus bergeser beberapa inci ke bibir tipis yang bergerak mengucapkan sebuah nama yang sejak tadi dia ulang.
"Nama gue Samudra Mbak."
"Oh." Masih dalam dekapan cowok itu Boram mengangguk. Entah dia keenakan dipeluk atau lupa dengan posisi mereka. Boram memeluk tasnya di depan dada dengan telapak tangan kanannya yang menyetuh dada cowok itu tepat di area jantung. Rasa-rasanya, Boram seperti bisa merasakan dentuman bertalu-talu dari dalam sana. Apa ada yang lagi konser, detak jantungnya kencang banget.
"Bibir gue jangan dilihatin terus seperti itu Mbak. Bahaya."
Boram kelabakan. Ketahuan banget memperhatikan bibir itu lebih lama. Wajar dong karena tepat berada di depan wajahnya. Boram tersadar dan langsung melepaskan diri dengan salah tingkah.
"Sori," ucapnya pelan.
Cowok itu terkekeh pelan, menyisir rambutnya ke belakang dengan jari bersandar nyaman di dinding bata memperhatikan setiap gerakan Boram yang merapikan blousenya dan juga rambutnya. Boram menangkap tatapan itu dan tersenyum tulus, "Makasih banyak ya Dek."
Samudra mendelik. Boram cengengesan.
Posturnya berubah tegak menjulang nampak tidak terima dengan panggilan itu "Samudra Mbak. Bukan Dek."
"Bagiku kamu kayak adekku. Walaupun rada ngegemesin sedikit."
Samudra menggeleng cepat, "Nggak!! Gue nggak terima di anggap adek. Gila aja, macho gini masa dikira dedek gemes. Ogah!!!"
Boram bengong. Samudra kemudian merunduk sedikit mengambil alih sepatu heels di tangannya seraya bergumam, "Jadi Mbak, gue nggak suka dipanggil begitu. Nama gue Samudra Arkana. Titik. Tapi kalau Mbak punya panggilan sayang yang lain, nggak apa-apa sih asal jangan dek," Ucapnya arogan kembali menegakkan punggung menatap intens Boram yang hanya bisa terdiam.
Samudra mendekat sejengkal. Menyeringai tengil. Tanpa melepaskan tatapan mereka, Samudra perlahan turun membuat Boram otomatis ikut menurunkan pandangan sampai dia berjongkok di depan kakinya, mengambil telapak tangan Boram dan meletakkannya di pundaknya. Boram mengerjapkan mata. Samudra tersenyum.
Boram memperhatikan Samudra yang menundukkan kepala mulai membuka ikatan kedua sepatu miliknya dan melepasnya perlahan hingga Boram harus berpegangan pada pundak itu mencoba menyeimbangkan diri sampai kedua sepatu heels hitamnya terpasang sempurna di kakinya tanpa bersentuhan dengan tanah sedikitpun.