Lucy melangkahkan kaki nya menuju kedalam Bis sekolah. Ia malas jika harus pulang bersama Lucky. Lelaki itu selalu mengendarai mobil nya dengan kecepatan penuh yang membuat Lucy ingin menendang kepala nya keras-keras.
Pandangan nya menyapu ke seluruh isi bis. Sudah banyak bangku yang terisi dan hanya menyisakan dua bangku di bagian belakang. Buru-buru Lucy menempati nya. Ia mengeluarkan handphone dari saku rok nya dan membuka pesan masuk yang ternyata berasal dari Lucky.
From : boy from hell
Kau dimana?
Lucy buru-buru membalas pesan nya. Ia mengatakan bahwa ia berada di bis sekolah sekarang dan Lucky tidak perlu repot-repot mencari nya. Baru saja beberapa detik pesan itu terkirim, balasan dari Lucky muncul di layar Handphone Lucy.
From : boy from hell
Sayang sekali. Padahal aku berniat mengajak mu ke tempat yang menyenangkan.
Siapa pun tahu bahwa Lucky berbohong. Bahkan Lucy sudah muak dengan embel-embel 'tempat yang menyenangkan' bagi Lucky karena tempat itu hanyalah lapangan bola tempat nya berlatih. Dan Lucy hanya akan menjadi seorang penonton yang tidak berguna.
Ia tidak berniat membalas pesan tersebut. Ia mengeluarkan headseat dari tas nya dan mulai mendengarkan lagu. Namun kegiatan nya itu terganggu saat seseorang menepuk pundak nya.
"Ya?" Ujar Lucy sambil menoleh. Ia melepaskan headseat dari telinga nya dan saat itu ia bersumpah bahwa jantung nya berdetak seratus kali lebih cepat.
"Um, apa bangku di sebelah mu kosong?"
"A-ah ya! Tentu!"
Orang itu, Harvey, tersenyum dan kemudian mendudukan dirinya diatas bangku bis. Sedangkan Lucy hanya bisa menegakan tubuh nya berharap Harvey tidak menyadari perilaku nya yang aneh. Ia merasakan tangan nya berkeringat dan hal pertama yang ia pikirkan adalah memberi tahu Lucky tentang ini.
Lucy memiringkan handphone nya ke kanan berharap Harvey tidak akan bisa melihat isi pesan yang akan ia kirimkan pada Lucky. Dengan kecepatan tinggi, jari-jari Lucy mengetikan pesan singkat pada Lucky.
To : boy from hell
Oh astaga!! Ahdgsvvjfbd tebak siapa yang duduk di sebelah ku saat ini?!?
Lucy buru-buru mengirim pesan nya dengan cepat berharap Lucky segera membalas nya. Harapan nya pun terkabul saat sebuah notifikasi muncul di layar handphone nya.
From : boy from hell
Harry styles?
jika saja sekarang ia dalam keadaan normal, mungkin ia akan memberikan sumpah serapah nya pada Lucky. Namun, saat ini ia harus menampilkan sisi baik nya karena yang di sebelah nya kali ini adalah Harvey.
"Astaga, itu benar-benar Harvey!" batin Lucy berteriak.
To : boy from hell
Tidak lucu bodoh! Kau jangan kaget, yang disebelah ku kali ini adalah
HARVEY!! ASTAGA APAKah KaU TErkEjut?!?!?Beberapa detik kemudian, balasan dari Lucky muncul di layar handphone nya.
From : boy from hell
Lalu tunggu apa lagi? Cepat cium dia!
Lucy menggerang pelan. Mengirim pesan kepada seseorang seperti Lucky seperti nya bukan pilihan tepat. Ia merasa ia ingin melemparkan benda pipih itu keluar jendala bis saat membaca balasan pesan dari Lucky.
Memang nya, apa yang bisa di harapkan dari 'seorang' Lucky?Lucy memutuskan untuk menyudahi percakapan nya dengan Lucky. Ia berniat memasang headseat nya kembali saat Harvey mengeluarkan suara.
"Boleh aku bertanya?"
Jantung Lucy berdetak dengan keras membuat Lucy salah tingkah. Ia meremas ujung rok nya berusaha meredam semua kegugupan itu.
"T-tentu. Kau mau bertanya tentang apa? Jam? Hari? Atau mau meminjam--"
"Ah, sebenarnya bukan semua itu." Jawab Harvey sambil terkekeh.
Lucy yang baru saja menyadari apa yang terjadi, buru-buru merutuki dirinya. Ia terlalu gugup sampai-sampai ia mengatakan semua hal. Ia hanya ingin membantu Harvey tapi ia malah membuat malu diri nya sendiri.
Lucy meringis. "Ah maaf. Jadi, apa yang ingin kau tanyakan?"
"Um kalau tidak salah, kau teman dekat Lucky 'kan?"
"Kami bukan teman." Jawab Lucy cepat. Harvey menatap nya bingung dan Lucy buru-buru berkata, "Maksud ku, ya! Kami berteman. Tapi orang itu terlalu menyebalkan sampai terkadang aku malas menganggap nya teman ku."
Harvey tertawa mendengar ucapan gadis di samping nya itu. Ternyata dia gadis yang menyenangkan. Itulah yang ada di pikiran Harvey saat ini.
"Ah apa aku terlalu banyak berbicara?" Lucy mengusap tengkuk nya dan lagi-lagi merutuk dirinya sendiri.
"Tidak, itu tidak masalah. Kau gadis yang unik."
Mata Lucy terbelalak. Tapi sedetik kemudian ia kembali menormalkan ekspresi nya. Ia tidak ingin Harvey menganggap nya aneh atau apapun yang membuat nya terlihat buruk. Dalam hati, Lucy bersorak karena perkataan Harvey tersebut.
"Gadis yang unik? Kurasa itu tidak terlalu buruk." Batin Lucy sambil terkekeh.
"Jadi, aku mendengar bahwa Lucky meminta ku untuk bergabung di Team sepak bola nya. Aku harus nya menghampiri dia saat pulang sekolah tadi, tapi aku benar-benar lupa." Harvey menghela napas. "Aku tidak terlalu dekat dengan nya. Apa kau punya nomor ponsel Lucky?"
Rasa nya aneh saat orang yang kau suka meminta nomor ponsel orang yang paling kau benci. Itulah yang sedang Lucy rasakan saat ini. Jengkel setengah mati. Tapi bagaimana pun, Lucy tidak bisa menolak permintaan Harvey.
"Tentu saja!" Ujar Lucy sambil memaksakan seulas senyum. Ia mencari kontak Lucky dan menunjukan nya pada Harvey.
"Boy from hell?" Tanya Harvey sambil mengetikan nomor Lucky ke ponsel nya.
"Nama yang cocok bukan?" Lucy terkekeh.
"Kalian sangat dekat, ya? Bahkan nama kalian terlihat mirip."
"Entahlah. Orang tua kami bersahabat dan mereka berdua sepakat memberi kami nama yang mirip. Beberapa orang bahkan mengira kami kembaran. Itu menyebalkan."
"Kurasa mereka berencana menjodohkan kalian berdua." Kata Harvey sambil terkekeh.
"Tidak! Tidak akan pernah. Walaupun ia setampan Harry styles, jika itu adalah Lucky, sampai kapan pun aku tidak akan mau!"
***
HEYO GAIS
Cuma mau bilang kalo gue sangat amat menghargai kalian yg udah nyempetin buat baca dan voments hehe
SO THANKYOU ILY