3

20 7 2
                                    


Lucy melempar tas nya ke sembarang arah. Ia kemudian menganti seragam nya dengan cepat. Bahkan ia tidak sempat merapihkan rambut nya dan membiarkan nya tergerai begitu saja. Setelah dirasa pas, ia mengintip lewat jendela kamar nya dan melihat mobil Lucky masih terparkit rapih di halaman depan rumah nya.

Ia melewati setiap anak tangga dengan kaki yang melangkah cepat. Ia terlalu bersemangat untuk menceritakan segala hal yang terjadi di bis kepada Lucky. Karena terlalu ceroboh, Lucy terjatuh dengan keras pada anak tangga terakhir. "

"Oh, astaga!" Ringis Lucy. Ia mencoba bangkit tapi kaki nya terlalu sakit untuk itu. "Mom help!" Lucy sedikit berteriak.

Beberapa detik kemudian, saat tidak ada satupun sautan, akhirnya ia tersadar bahwa ia hanya seorang diri di rumah ini. Lucy baru ingat orang tua nya mengunjungi rumah kerabat mereka di kota sebelah.

Lucy hanya meringis dan mencoba merangkak untuk mencapai sofa yang berada di ruang tengah. Ia merasa tulang kaki nya tergeser dan tidak bisa di gerakan. Ia terus merangkak sampai akhirnya mendengar suara pintu terbuka.

"MOM, IS THAT YOU?" Ujar nya berteriak berharap orang yang membuka pintu itu mendengar nya.

Derap kaki melangkah terdengar semakin mendekat. Tapi saat orang itu menampakan dirinya, itu sama sekali bukan orang yang ia harapkan.

"Astaga, lihat dirimu." Lucky berdecak melihat Lucy yang sedang merangkak. "Kau bukan seorang bayi lagi. Cepat berdiri dan temani aku latihan. Kau terlihat bodoh, kau tahu?"

"Aku tidak bisa!" Ucap Lucy kesal karena dirinya dikatai bodoh oleh Lucky.

"Aku jamin kau tidak akan menyesal ikut dengan ku. Harvey akan ada disana karena dia sekarang bagian dari team ku."

"Bukan itu maksud ku! Aku ingin menemani mu latihan tapi aku tidak bisa!"

"Kenapa?" Kali ini Lucky berjongkok mensejajarkan tinggi nya dengan Lucy. Lagi-lagi Lucy terlihat menahan tangis yang membuat Lucky tidak tega untuk mengatai nya.

"Kaki ku terkilir. Aku tidak bisa berdiri."

"Astaga, kau selalu saja ceroboh seperti ini." Lucky membalikan tubuh nya. "Cepat naik ke punggung ku."

Lucy mengangguk samar dan dengan ragu-ragu ia merangkak menuju punggung Lucky.

"Kau berat. Seperti babi."

"Shut up, Lucky. Setidak nya babi berwarna merah muda dan menggemaskan."

Lucky tergelak. "Sejak kapan babi berwarna merah muda? Mereka berwarna coklat atau setidak nya hitam. Kau terlalu banyak menonton kartun."

Lucy mendengus sambil menarik rambut Lucky. Lucky meringis pelan dan menurunkan Lucy di sofa.

"Diam sebentar. Aku akan ambil es batu untuk mengompres kaki mu."

"Bagaimana dengan latihan mu?"

"Aku akan pergi setelah ini."

"Aku ingin ikut."

Lucky terdiam sebentar sampai akhir nya berkata, "Baiklah. Lagipula aku tidak mungkin membiarkan mu sendiri dengan keadaan kaki seperti itu."

***

Semua bersorak saat Lucky keluar dari mobil sambil menggendong Lucy dengan wajah sembab nya. Saat di dalam mobil, Lucy tidak bisa berhenti terisak sambil berkata bahwa kaki nya sangat sakit. Bahkan Lucky sampai bosan mendengar semua celotehan Lucy. Ia hanya menjawab "Ya, aku tahu." Atau "Diamlah, kau membuat telinga ku sakit." Itu sempat membuat Lucy bungkam, namun hanya sesaat. Karena selanjut nya, ia akan terus merengek pada Lucky sampai akhirnya mereka benar-benar sampai di tempat latihan.

ALEXITHYMIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang