Bora-hae
The person who fills up my world
Bora-hae
The person who let me share the same dream with you
Sometimes I fear that my heart that grows for you will never reach you
I drew back in fear because I was afraid to walk behind you~
FLASHBACK ON
Sena baru saja keluar dari pintu kelas, saat tiba-tiba seorang temannya meminta tolong gadis bekulit putih itu untuk pergi ke ruang kesenian. Mengecek apakah ruangan itu sudah terkunci atau belum, setelah tadi saat jam istirahat dipakai untuk latihan band. Sekolah akan mengadakan acara pentas seni yang ditujukan untuk kegiatan amal akhir pekan ini. Dan Sena juga termasuk salah satu anggota grup band andalan sekolah, sehingga ia ikut bertanggung jawab untuk latihan beserta ruangannya.
Sena pun meng-iyakan permintaan temannya itu dan bergegas menuju ke lantai 2, letak ruang kesenian berada. Toh Jia –sahabatnya-, juga sudah pulang duluan. Dia bilang ada urusan mendadak.
Tangan kanan Sena hampir mendorong gagang pintu, sebelum matanya menangkap sosok yang berada di dalam ruangan. Seorang gadis dengan rambut hitam pendek model bob dan gelang tipis berwarna merah yang melekat di tangan kirinya. Sena sangat yakin siapa gadis itu, dia adalah Dira. Gadis cantik pemain keyboard di grup band Sena.
Dira terlihat tidak sendiri di dalam sana, kini posisinya sedang membelakangi pintu dan berhadapan dengan seorang laki-laki berpostur tinggi yang kepalanya sedikit menunduk.
Tunggu, apa mereka sedang berciuman? Oh astaga, kenapa mereka melakukannya ditempat seperti ini. Apa mereka sudah sudah lupa ini sekolah?
Sena menggumam dalam hati. Sekon berikutnya kedua matanya sontak membelalak kaget. Ciuman mereka berhenti dan saat ini Sena dapat melihat dengan jelas siapa laki-laki yang baru saja dicium Dira. Sekilas laki-laki itu tampak tersenyum manis kepada gadis dihadapannya, dan sayangnya senyum manis itu jelas adalah senyum yang selama ini diam-diam dikagumi oleh Sena.
Ia refleks membungkam mulutnya karena terkejut. Melihat sosok yang tidak ia sangka akan berdiri disana. Lelaki tampan, cukup berbakat dalam bermain saxophone dan tergolong siswa yang jenius dalam kelas. Tinggi badannya 178 cm, rambutnya berwarna coklat tua dan memiliki sorot mata yang tajam. Proporsi wajahnya sempurna, lengkap dengan senyum khas berbentuk kotak yang semakin membuatnya tampak imut sekaligus menawan dalam satu waktu. Sena semakin jatuh hati bukan hanya karena ia adalah laki-laki yang populer karena ketampanan dan kesempurnaan visual yang melekat padanya. Tetapi lebih pada kepribadiannya yang hangat dan apa adanya.
Social butterfly
Predikat yang melekat pada diri lelaki itu, ia bahkan bisa berbaur dengan siapa saja. Ibarat magnet, yang dengan mudahnya bisa menarik besi didekatnya tanpa harus bersusah payah. Siapapun yang mengenal pasti akan sangat mudah mencintai dirinya. Sena memang bukan satu-satunya gadis yang menyukai lelaki itu, tapi jika boleh jujur, perasaan gadis itu sudah terlanjur dalam dan semakin sulit diabaikan.
Kedua kaki jenjang miliknya berlari sekuat tenaga meninggalkan ruangan di lantai 2. Menuruni anak-anak tangga dengan tergesa sambil berulang kali mengusap air mata dengan kasar.
Apa terdengar suara sesuatu yang pecah lalu hancur berkeping-keping? Mungkin itu berasal dari Sena. Lebih tepat lagi hatinya. Selama ini ia hanya memendam, namun sungguh sebenarnya ia juga ingin sekali mengungkapkan perasaannya pada lelaki itu sama seperti gadis-gadis lain yang mengejarnya. Sena hanya takut jika ternyata penolakan adalah jawaban yang dia terima. Maka, keadaan tidak akan sama lagi. Dan ternyata apa yang Sena takutkan terbukti benar. Lelaki itu, sudah memiliki yang lain.
Gumpalan awan mendung bersiap menumpahkan tangisnya. Awalnya hanya setitik dua titik gerimis, namun semakin lama air hujan dari langit terjun dengan brutal seolah ikut merajam hati Sena. Entah kemana langkah kakinya membawa, hingga ia merasa tubuhnya tidak kuat lagi. Terlalu sesak rasanya bernafas diantara pergolakan dalam dirinya. Perih, dan lagipula hujan semakin tidak tahu diri. Tidak peduli sedang ada patah hati yang menggila.
Sena terduduk di trotoar jalan. Tangannya sibuk meremas seragam di dadanya, seolah ada sesuatu yang ingin ia renggut dari dalam sana. Cukup lama ia menangis tersedu dengan posisi yang sama, bahkan kini bibirnya mulai sedikit membiru karena kedinginan. Sebelum beberapa saat kemudian, terdengar derap langkah kaki seseorang yang tiba-tiba datang dan mendekap tubuh Sena, lalu membawanya pergi.
FLASHBACK OFF
Next.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Purple You
FanfictionAku sungguh egois ingin mendekapmu dan membawamu pulang. Tapi jika aku melakukannya, akankah kau tetap bersinar untukku? ©woro02 2017