Prolog

84 10 4
                                    

     Di jaman now gak ada yang ketinggalan yang namanya sosmed. Termasuk Shinta, seorang gadis berumur 17 tahun yang merupakan anak bangsawan.

Ia memiliki bentuk tubuh yang sempurna sebagai anak gadis. Wajah bulat imut jadi pajangannya. Ia memiliki sikap yang baik, serta tidak pernah menyombongkan diri. Tak ada satupun cowok yang tak tersepona olehnya.

Namun ia tak tinggal bersama kedua orang tuanya. Karena ia ingin belajar mandiri.

Bahkan teman-temannya tak tau kalau Shinta termasuk anak bangsawan. Yang mereka tau bahwa Shinta seorang gadis dari desa yang menuntut ilmu di kota. Karena Shinta menyembunyikan identitasnya.

Ia seorang mahasiswa di salah satu kuliah ternama di universitas Indo. Ia mengambil multimedia sebagai kejuruannya.

Tempat yang ditinggali oleh Shinta ini adalah Negeri Indora. Sebuah negeri yang dipimpin oleh raja secara turun temurun.

Tangan lentik yang sedang beraktivitas menulis catatan berangsur mulai terhenti, tak kala waktu sudah berkata pulang.

"baiklah, anak-anak. Pelajaran hari ini selesai. Sampai jumpa besok. Selamat siang"ucap dosen.

"siang, pak" seru para mahasiswa.

Semua para mahasiswa berhamburan keluar kelas.

"Shinta, ayo kita ke mall! "ajak Lina, gadis berambut coklat pendek.

"ayolah Shinta! "rengek Ningsih.

"kita shopping!"ucap Sasa dengan girangnya.

Mereka bertiga adalah sahabat dekat Shinta. Namun hingga saat ini mereka tak pernah tau indentitas Shinta yang sebenarnya.

"aku gak punya duwit, guys!"ungkap Shinta.

Ada rasa kecewa di hati para sahabatnya. Namun mereka berpikir bahwa Shinta seorang yang tidak mau membuang-buang uang seenak jidatnya.

Shinta memasukkan buku dan bolpoin di tas miliknya.

"aku pulang dulu ya, guys"ucap Shinta dengan memakai tasnya.

"iya, baiklah. Hati-hati ya! "ucap Ningsih.

"hemm"ucap Shinta dengan senyuman menghiasi wajahnya.

Kakinya mulai melangkah keluar kelas. Diluar banyak pasang mata yang memperhatikan setiap langkahnya. Ya, kenapa tidak. Ia seorang gadis yang tak hanya cantik namun juga pandai.

Shinta berjalan menuju tempat parkir. Ia selalu membawa sepeda pancalnya untuk pergi ke kampus. Ia tak mau menerima mobil yang dibelikan ayahnya untuknya. Shinta ingin hidup mandiri dan sederhana.

Kakinya mulai menggayuh, pelan tapi pasti. Keindahan kota selalu jadi pemandangan yang cukup indah dan wajib di dokumentasi.

Shinta langsung mengeluarkan kamera LSR miliknya. Kamera yang dibeli dengan uang tabungannya.

Cekrek... Cekrek

Suara kamera terus berirama. Paduan antara alam dan cahaya yang saling seimbang. Membuat foto yang menakjubkan.

Klunting.... Klunting

Suara hp menelusup telinganya. Tangan mungil Shinta terulur untuk mengambil hp dari dalam tas miliknya.

"Pangeran"ucap Shinta tersenyum mendapat pesan dari seorang pria yang ia sebut pangeran.


  ~Potretan Pertemuan~


Shinta pov**

Mengedarkan pandangan untuk kesekian kalinya. Dapat kujumpai objek yang jadi sasaranku. Rumput, yah rumput. Tanaman liar dan tamanan yang tidak berdosa yang selalu diinjak-injak makhluk lainnya. Makhluk yang diciptakan dengan kelebihan yang besar namun masih buta manusia menyadari itu semua. Bagaimana tidak, mereka dengan semena- mena terhadap makhluk lainnya.

Rumput yang senantiasa singgah dan tak pernah berlari dari injakan makhluk lainya. Rumput yang senantiasa kecil tak ingin menyaingi pepohonan yang tinggi.

Ku mulai dengan menghidupkan kamera kesayanganku. Memulai dengan posisi tubuhku yang tengkurap tentunya diatas tanah. Untuk hasil yang baik,apapun harus dilakukan walaupun itu terlihat aneh sekalipun. Walau baju harus terelakan untuk hal itu,walau seperti memalukan diri sendiri,aku tak peduli asal hasil memuaskan.

Jemariku mulai mengrayapi kamera. Netraku yang mulai menutup mata sebelah bagai orang yang sedang mengintip. Ku mulai memfokuskan serta mengatur isonya. Dan...

Cekrek...

Cekrek...

Cekrek...

Alunan nada kamera yang terus berlanjut. Yah, begitulah seorang fotografer. Terkadang jepretan tak terduga itu luar biasa.

Sampai alunan nada kamera berakhir. Aku langsung berdiri dan melihat hasil jepretanku.

Klik...klik...klik...

Berkali-kali aku meneliti setiap gambar yang aku ambil. Yes,kata yang keluar dari mulutku ini. Hasilnya tentu saja W-O-W, menurut ku.

"eh...putra mahkota , sekolah disini" ucap cewek berambut pirang yang berjalan beriringan dengan komplotanya.

"benarkah?"tanya cewek berambut pendek tak percaya.

"iya!mungkin sekarang dia sudah sampai. Ayo kita ke depan kampus,jangan sampai kelewatan momen langka ini"

"oke-oke" ucap cewek itu lalu berlari.

"apa-apaan mereka itu. Kemericek kayak anak ayam aja" ungkapku blak-blakan.

Aku mulai melakukan tradisi memotret lagi. Namun kali ini aku akan mengambil pemandang sebagai objek. Jadi tak usah tengkurap,jongkok, terlentang, apalagi manjat pohon.

Brak...

Sesuatu menabrakku. Membuat kameraku terlempar liar. OMG, aku terjatuh dengan pantat dan punggung yang mencium tanah dengan hebatnya. Benda berat yang menindihku. Kurasakan benda empuk menyentuh bibirku,membuat aku reflek membulatkan mataku.


hai rehai...

berjumpa lagi dengan Aika... with cerita baru.

Aika harap cerita ini sedikit menarik.

Disini Aika sedikit pakai bahasa yang baku sambil belajar.

Cerita ini terispirasi dari film Thailand "princess hours", kalau kalian pernah nonton. Tapi disini ceritanya aku ubah. Yah,namanya juga terinspirasi.

dan juga terinspirasi akan kejuruanku saat ini. Pasti kalian tau lah.

ini hanya cerita fiksi lho guys. Jaman modern yang masih mengandung unsur kerajaan dalam cerita.

"INDORA" nama negeri yang Aika selipkan pada cerita, kependekan dari kata INDOnesia meRdekA. Huahahaha...

Aika tunggu apresiasi dari kalian,yak.


SALAM HANGAT DARI AIKA
CHA...


My Life and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang