Di sore hari yang begitu cerah, seorang bayi kucing laki-laki unyul dengan kacamata bulat dan tas hijaunya berdiri di depan gedung sekolah. Sesekali bayi itu melirik jam tangan hijau yang melingkari pergelangan tangan yang kecil mirip tusuk gigi, lalu bibirnya yang terselip lollipop batangan mengerucut, lalu kakinya menghentak kesal.
Yup, bayi kucing itu adalah si sulung Papa dan Mama Jeon, ia sedang menunggu jemputan.
Kalau tahu begini, lebih baik ia merengek sejadi-jadinya pada sahabatnya yang dari China itu untuk minta diantar pulang dengan sepeda. Atau kalau tidak, ia bisa menumpang di motor si Hamster. Yaa meskipun ada si Mungil tapi tak apalah, semotor bertiga kan tidak melanggar hak asasi manusia.
Jeon Wonwoo si bayi meratapi nasibnya yang tak kunjung dijemput meski jam pulang sekolah sudah berakhir sejak duapuluh menit yang lalu. Ia membuka mulut kesal saat membayangkan pasti tiga sahabatnya sudah bergelung nyaman di pelukan sang Mama, sementara dirinya masih berada di area sekolah.
Wonwoo tidak bisa lagi mencekoki mulut Bohyuk dengan pudding mangga sebagai tindak penyuapan agar adiknya itu mau meminjamkan motor skuter kesayangannya karena Mamanya sudah bertitah tegas untuk menjauhkan Wonwoo dari motor skuter. Mengingat motor itu pernah benyok parah akibat kelakuan anak sulungnya.
Jadi disinilah ia sekarang, berdiri sendiri seperti anak kucing hilang menunggu Gyunie menjemput. Dan Wonwoo bersumpah akan menggigit lengan kekar pacarnya itu karena lagi-lagi telat menjemput.
Saat matanya menangkap mobil yang sudah tidak asing lagi mendekat ke arahnya, Wonwoo langsung membuang lollipop dan menggertakkan gigi sebagai persiapan.
"Sayangku, maaf ya telat."
Tapi nyatanya persiapan itu musnah saat Gyunieㅡmaksudnya Mingyu mendekapnya lalu melilitkan syal biru ke lehernya. Malahan yang terjadi adalah Wonwoo meleleh seperti margarine di atas wajan dengan pipi merah.
Pada akhirnya Wonwoo tidak bisa apa-apa selain menurut seperti kucing peliharaan saat Mingyu menuntunnya masuk ke dalam mobil dan memasangkan seatbeltㅡmengingat bayi itu tidak bisa melakukannya dengan benar.
Dan sekarang mobil hitam milik Mingyu dengan banyak benda Pororo di dalamnya, seperti boneka, car seat, bantal kepala dan lain-lainㅡjangan tanya benda itu milik siapa karena mustahil seorang Kim-jantan-gagah-perkasa-Mingyu memiliki benda unyul seperti ituㅡmelaju membelah jalanan menuju kediaman keluarga Jeon.
"Besok jadi ke toko buku?"
Wonwoo yang sedang memeluk bantal Pororo sambil mengunyah keripik kentangㅡpersediaan cemilan yang selalu Mingyu simpan di mobil agar pacarnya itu tidak bosanㅡmenoleh dengan pipi bulat seperti hamster. "Iya, jemput Onu jam delapan siang ya."
Delapan siang?
Sepertinya ada yang salah disini. Setahuku jam delapan itu kalau tidak pagi pasti malam. Oh, semerdeka Jeon-bayi-Onu sajalah, kalau diprotes nanti yang ada dia malah menangis atau parahnya menggigit.
"Aku tidak bisa Sayang, aku harus mengerjakan tugas kelompok bersama teman-temanku."
Wonwoo yang sedang minum air mineral di botol tersedak, ia melotot ke arah Mingyu yang fokus ke jalanan lalu menggigit lengannya.
"Aw shh sakit Nu."
Wonwoo tidak peduli, ia memasukkan keripik kentang sebanyak-banyaknya ke mulut membuat pipinya mengembung parah. Wonwoo mengembungkan pipinya yang sudah mengembung akibat keripik kentang, memejamkan mata erat dan mempout bibir.
Lihatlah, jurus merajuknya keluar.
Merasa ini akan menjadi hal yang berat, Mingyu menepikan mobilnya ke pinggir jalan dan mematikan mesinnya. Sekarang yang harus ia lakukan adalah merayu bayinya agar berhenti merajuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Onu
KurzgeschichtenWonwoo itu makhluk Tuhan paling menggemaskan. Tidak percaya? Mari kita buktikan. Tapi sebelum itu kuperingatkan untuk menyediakan bantal, jika gemas maka kalian bisa menggigit bantal itu sebagai pelampiasan. Dan ingat! Jangan menganggap Wonwoo adala...