•D•u•a•

970 172 17
                                    

Vote please

⚠warning! Typo bertebaran.

.

.

"Ya! Bae Joohyun! Wae irae?" gadis yang dipanggil itu merenggut kesal dengan tatapan sinis pada 2 temannya.

"Im Yoona sialan, mentang-mentang dia anak pemilik sekolah dia berani melakukan ini padaku?" ucapan gadis itu membuat kedua temannya melongoh.

"Apa maksudmu? Memangnya apa yang sudah dilakukan Yoona?" tanya Seulgi, gadis yang tadi menegurnya.

"Aku hampir mendapat ciuman Sehun dan bre**s*knya si sialan itu menghentikannya." sedetik kemudian terdengar gelak tawa dari Seulgi dan Wendy. "Ya! Kalian menertawaiku?" bentak Irene mereka langsung terdiam.

"Mian." ucap keduanya bersamaan.

"Aku tidak bisa menerimanya. Awas saja kau Im Yoona."

.

.

Sehun menepuk bagian punggung jaket hitamnya yang kotor akibat aksi berkelahinya tadi. Bajunya kotor karena sempat jatuh saat lawannya menerjang dengan tiba-tiba. Untungnya dengan cepat lelaki berpakaian serba hitam dengan topi itu bangkit dan membalasnya sebelum si preman sempat menginjaknya.

Dua orang preman telah tergeletak dengan berbagai lebam diwajah mereka. Sehun melangkah menghampiri salah satu dari dua orang itu dan mengambil sebuah tas bermerek mahal yang Sehun tebak isinya pasti cukup untuk membeli beberapa mobil keluaran terbaru, itu terlihat dari merek tas yang diketahuinya hanya ada 5 didunia.

Preman itu meringis takut saat Sehun mendekatinya, ia langsung melempar tas itu jauh kedepannya tepat di kaki Sehun. Setelah mengambil tas dan memeriksa isinya lalu Sehun mengeluarkan ponselnya dan mencari nomor yang akan dihubunginya. Polisi, ya Sehun menghubungi polisi.

Sehun menjauh dari sana agar tidak ada yang memergokinya.

"Keluarlah. Sampai kapan kau akan terus disana."

Yoona kaget mendengar suara dingin khas Oh Sehun. Dan ia sangat yakin itu ditujukan pada dirinya. Oh sial tidak disangka ia ketahuan untuk kesekjan kalinya sedang menyaksikan aksi Oh Sehun. Yoona menggigit bibir bawahnya, ia masih betah berdiam dibalik pohon gelap disana tidak jauh dari posisi Oh Sehun saat ini.

"Aku tahu kau disana Im-ssi."

Ujarnya lagi sambil menaikkan lengan jaketnya sesikit untuk melihat seberapa dalam sayatan pisau yang didapatnya tadi. Yoona akhirnya keluar dari persembunyiannya dan melangkah ke arah Sehun yang sedang duduk dibawah pohon satunya lagi.

Ia berdiri melipat kedua tangannya memasang wajah angkuh. Berbanding terbalik dengan kerja jantungnya yang sangat gugup.

"Kau bisa terluka juga rupanya." Sehun hanya tersenyum sinis mendengarnya, ia masih fokus pada goresan ditangannya. Ingin sekali Yoona menggapai tangan itu dan mengobati lukanya. Hey, tidak mungkin Yoona melakukannya kan?.

"Apa kau suka berkeliaran malam-malam begini?" Tidak menghiraukan Yoona Sehun malah berujar ketus, terdengar seperti ejekan di pendengaran Yoona. Ini sudah jam 11 malam. Well, sudah berulang kali Sehun mendapati Yoona pada jam-jam seperti ini.

Terdengar helaan nafas dari gadis itu, ia keluar malam-malam begini tentu saja untuk membuntuti Sehun. Ia terlihat seperti penguntit dan Yoona tidak peduli. Yang tepenting Sehun tidak mengetahui alasannya. "Itu bukan urusanmu." uajr Yoona tak kalah ketus.

"Aku ragu kalau kau itu seorang wanita." ujar Sehun kembali dengan raut wajah yang tak bersalah melihat Yoona yang menahan kesal, malah menampilkan senyum sinisnya membuat Yoona merutuk mengapa ia bisa menyukai lelaki semacam Sehun. "Apa kau benar seorang gadis? Kau bahkan tidak tertarik dengan pria."

Don't Cry Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang