PROLOG

79 14 8
                                    

      "AYAAHH....... Aku bersama Ibu yah... ", raungannya kentara sekali terdengar bergetar. Bagaimana tidak, satu bom hidrogen saja mampu menyapu bersih ratusan kilometer permukaan tempat tinggalnya. Celakanya, mereka menabur tidak hanya satu, melainkan puluhan bom hidrogen beserta Rudal Basilisk melalui pesawat ulang alik super canggih andalannya.

Semua teknologi mutakhir telah dikerahkan untuk mencegah bom sialan itu. Namun, mereka lebih unggul. Bom mereka telah mendarat, menyisakan dentuman megabesar, membuat gunung tua berselimut salju sempurna meleleh. Hanya tunggu hitungan detik atau satu kejapan mata, Tsunami mahadahsyat riang menyambut kota dengan sejuta lentara itu.

"Nak, pergilah ke air terjun Sheovadha. Larilah dan tebas airnya. Jaga dirimu baik-baik nak . Kami selalu bersamamu. Disini", ungkap seorang wanita paruh baya, tangan kananya menyentuh halus dada seorang anak laki-laki yang berdiri di hadapannya.

Demi menatap sepasang mata teduhnya, anak itu berlari menembus keramaian orang - orang yang sedang menyelamatkan diri.

***

"Ayah, Ibu semoga kalian baik-baik saja. ", harapnya, sebelum sekujur tubuhnya benar- benar lenyap ditelan gemericik air terjun.

***

BRUGGH

Tubuhnya terkulai lemah di tepi jalan besar yang cukup ramai oleh lalu lalang kendaraan melintas. Namun, semak - semak belukar berhasil menyembunyikan tubuhnya dari perhatian umum.

Perjalanan lima menitnya yang terasa amat panjang. Perpaduan pegal, nyeri, ngilu yang serasa meretakkan tulangnya serta perasaan cemas yang berlebihan membuatnya tak sadarkan diri hingga waktu yang cukup lama.

•••

MasterpeaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang