Kekuatanku Hilang

54 14 9
                                    

".....Aku pikir kamu tau sumber ketegaran dan kekuatanku itu adalah kamu, lantas bagaimana menurutmu
jika kamu pergi meninggalkanku?"

***

Ayah. Salah satu manusia yang paling aku cinta namun juga banyak menggoreskan luka.

"Ayah, kenapa ayah ngebiarin ibu pergi?" Tanyaku yang sudah tak tahan ingin mengeluarkan kekesalan.

"Sudahlah kamu sebagai anak cukup diam dan belajar yang benar! Urusan orangtua jangan pernah kamu ikut campur!" Jawab ayah dengan suara lantangnya.

Aku adalah anak tunggal, keluargaku berantakan semenjak pindah ke Jakarta. Kala itu keluargaku berdomisili di Bandung, kota indah dan penuh kenangan, kenangan masa kecil yang tidak pernah bisa dilupakan. Kenangan itu sekarang hanya hidup di dalam angan, angan yang aku harap bisa terwujudkan.

"Ayah pikir aku akan belajar dengan benar jika terus mendengar teriakan kalian? Ayah pikir aku akan diam saja melihat semuanya berantakan? Aku sudah dewasa dan aku berhak untuk ikut andil dalam urusan kalian! Aku mempunyai hak sebagai anak yah!!"

Aku lega bisa mengutarakan apa yang berada di pikiran, meski pada akhirnya aku merasa bersalah, karena aku tau ayah pun tidak pernah ingin keluarganya menjadi seperti sekarang ini.

"FIKAA!!" Ayah berteriak berniat menamparku namun terhenti.

Aku tidak menyangka lelaki yang pertama aku cintai hampir mendaratkan tamparan di wajahku, aku kesal dan langsung berlari meninggalkannya, lukaku semakin dalam rasanya.

***

Erlang meninggalkanku tepat sehari setelah ibuku meninggalkan duniaku. Ibuku pergi setelah bertengkar hebat dengan ayah malam itu, mengingat akan kejadiannya, membuatku ingin tenggelam dalam gelombang dan terbawa arus hingga lupa bahwa semuanya tidak pernah baik-baik saja.

"Fika, aku tau kamu adalah wanita kuat yang sendirinya bisa berdiri dengan tegar" Ucap lelaki yang telah aku cintai selama 2 tahun ini.

Hahhh. Dadaku sesak. Mataku perih rasanya tak mampu lagi untuk mengeluarkan air mata yang mungkin telah terkuras habis menangisi ibu yang entah sudah berada dimana.

"Apakah kuatku ini menjadi alasan bagi dirimu untuk meninggalkan? Aku pikir kamu tau sumber ketegaran dan kekuatanku itu adalah kamu, lantas bagaimana menurutmu jika kamu pergi meninggalkanku?" Sesak itu semakin menikam perih tak tertahankan.

"Aku masih disini sebagai teman bedanya hanya tidak lagi sebagai seseorang yang spesial, aku pergi karena aku yakin kamu bisa tanpaku Fika, dan aku gak mau kalo nantinya bakal nyakitin kamu."

Omong kosong baru saja ia lontarkan, dari berbagai perkataan yang telah aku dengar perkataannya tadi membuatku semakin menyesal mengapa aku harus mengenal laki-laki yang begitu mudah melepaskan.

"Lalu mengapa dari sekian hari yang udah kita lewatin, kamu memilih untuk mengakhiri di hari yang sangat begitu berat buat aku ini?"

Erlang terdiam. Kita berdua terdiam. Aku mencoba mengikhlaskan meski hati berteriak ingin mempertahankan. Aku tidak ingin memaksa seseorang yang memang tidak ingin menetap, karena dari menatapnya saja aku semakin tahu bahwa ia hanya pura-pura untuk mempertahankan hubungan.

***

Kekuatanku tidak sepenuhnya hilang, masih sedikit tersisa, karena sahabat terdekatku, Ayla. Pada awalnya aku memiliki banyak teman dan dikenal sebagai sosok yang periang, namun gadis periang ini berubah menjadi pendiam setelah keluarganya berantakan. Hal itu tidak membuat teman sekelasku menjauhiku, mereka tidak tahu apa masalahku namun memilih untuk tetap menyapaku meskipun tidak sedekat dahulu.

"Fika, lo kemaren baik-baik aja kan? Duh maafin gue ya." Ucap Syifa teman sekelasku yang kemarin menanyakan perihal Erlang.

"Ee..h iya aku baik-baik aja ko, santai aja." Ucapku dan mencoba untuk tersenyum.

"Syukur deh, oh iya by the way lo udah tau ada kakak kelas baru pindahan dari Bandung?" Katanya lagi.

"Nggak." Jawabku singkat.

Aku dan Syifa memang tidak begitu dekat, tapi dia selalu mengajakku mengobrol karena mejanya tepat berada didepanku.

"Ehh ngomongin apaan sih? Serius amat." Tiba-tiba Ayla datang dan duduk disebelahku.

"Itu ada cowo ganteng baru namanya F---" Belum sempat Syifa menyelesaikan kalimatnya tiba-tiba Guru yang mengajar hari ini masuk dan semua siswa memberi salam.

Kami pun menyimak materi pelajaran yang diajarkan. Jika ditanya tentang prestasi, aku termasuk ke dalam siswa yang patut diperhitungkan. Karena namaku selalu bertengger di tiga besar peringkat kelas. Dengan keadaan dan kondisi keluargaku sekarang aku harus tetap belajar dan bertahan agar bisa mencapai impian dalam kehidupanku kelak.

***

Hari ini seharusnya adalah hari jadi hubunganku dengan Erlang yang ke 26 bulan, tapi baru saja 2 bulan berpisah Erlang telah kembali menjalani hubungan. Dalam pikiranku selalu terbesit apakah dia semudah itu melupakan hubungan yang telah terjalin selama 24 bulan? Sikapnya juga membuatku bertanya-tanya, apakah 24 bulan itu benar-benar nyata atau hanya ilusi semata? Jika memang nyata lalu mengapa dia begitu mudah melupakannya sedangkan aku tidak?

Aku disini masih tertatih berusaha untuk menghapus dirinya bahkan sampai aku ingin melupakan namanya. Mustahil. Mustahil mengingat semua memori yang telah Erlang goreskan, kebahagiaan yang ia berikan seperti candu bagiku, ketika ia berhenti memberikan, maka siksaan bagi raga dan pikiran yang aku rasakan.

-----------TBC-----------

Vote dan comment ya^^ Btw ada yang penasaran sama sosok cowo ganteng F? Dan lelaki yang ditabrak Fika? Apakah keduanya lelaki yang sama?
Stay tune terus dan apresiasi,

Salam sayang dari akuuu🌹

HATI TIDAK PERNAH PATAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang