Hari ini matahari cukup cerah bersinar. Awal yang baik untuk memulai hari. Burung - burung berkicau mewarnai hari. Namun di hari seindah itu masih saja ada yang selalu bertengkar, namanya adalah Rafa Adi Pratama dan Dinda Fahrani.
***
Teng... Teng... Teng...
Suara bel pun berbunyi, menandakan KBM akan segera di mulai. Semua murid pun segera memasuki kelas. Namun Rafa sedikit terlambat memasuki kelas, dan ketika ia masuk ia melirik sedikit nakal ke arah bangku paling depan ujung kiri yang tak lain adalah bangku milik Dinda. Dinda yang melihat itu pun naik pitam."Heh, ngapain lo lirik - lirik gua!!" kata dinda sambil melotot tajam ke arah Rafa.
"Ih, santai dong. Lagian gr amat sih, siapa coba yang lirikin lo" kata Rafa sambil tersenyum sinis tanpa dosa.
Semakin panas
"Ih, lo ya makin hari makin... " tiba - tiba Rafa menyela.
"Makin apa? makin ganteng ya?" sambil tertawa terbahak - bahak.
"Ih najis, pd amat lo. Lo tuh makin lama makin rese Fa" kata Dinda dengan judesnya.
"Apa? kresek? banyak tuh di pasar, haha" melanjutkan tertawanya.
"Ihhh, awas aja lo" mengancam mengadukan Rafa ke wali kelas.
"Hehe, woles dong, kan cuma bercanda. Lagian yang rese kan gua, kenapa lo yang sewot? dan satulagi, jangan kebanyakan marah nanti cepet tua sama cantiknya ilang lho, haha!".
Dinda pun semakin jengkel, namun ia lebih memilih untuk menahan amarahnya dan mengabaikan Rafa.
***
Saat istirahat tiba, hampir semua siswa menuju ke arah kantin sekolah, termasuk Rafa dan juga Dinda. Pada awalnya suasana kantin masih ramai seperti biasa, namun di tengah keramaian itu, Rafa yang merasa bosan pun mencari akal. Tiba - tiba ia mendapat ide untuk kembali menjahili Dinda yang tadi pagi sempat berdebat dengannya. Rafa melempar makanan miliknya ke arah Dinda.
Siuttttt...plek...
"Woi, siapa nih yang lemparin gua! ngaku cepet! rese banget sih jadi orang!" kata Dinda marah sembari mencari.
Tiba - tiba...
Duri ikan lengkap dengan kepalanya tepat mendarat ke arah wajah Dinda.Emmm... plek...
"Woi, udah kurang ajar banget nih! Cepet ngaku, siapa sih yang dari tadi lempar - lempar!!"
Tiba - tiba ada yang berbisik dari belakang yang tak lain adalah teman Dinda.
"Din, Din, gua tadi sempet liat klo yang lemparin lo dari tadi tuh si Rafa, Din"
Hati Dinda pun mulai panas, dan hati itu berbisik.
"Lagi - lagi lo, lagi - lagi lo! kurang ajar! awas aja lo"
Dinda yang bermaksud membalas perbuatan Rafa dengan kembali melemparinya dengan makanan juga. Tetapi Rafa yang sudah menduga hal itu, dengan sigap ia menghindarinya dan mengenai murid lain di belakangnya.
"Woi, berani - beraninya lo lemparin gua makanan" kata seorang cowo di belakang bangku Rafa yang tak lain adalah ketua berandalan yang kerap di panggil Maboss.
"Eh Maboss, maaf ga sengaja, hehe" kata Dinda sambil meringis ketakutan.
"Maaf maaf, enak banget lo kalo ngomong, nih terima tulang ayam spesial dari gua" membalas perbuatan Dinda.
Namun Dinda dapat menghindarinya dan malah mengenai teman di sebelahnya. Lalu temannya yang tak terima itu membalas perbuatan itu dan malah mengenai siswa lain. Sehingga terjadilah perang makanan seru dan sengit. Hingga tiba - tiba datang seorang wanita tua yang biasa mereka panggil Bu Dewi, yang tak lain adalah guru BK tergalak sekaligus terkiller se SMA.
"Heh, kalian iki ra duwe tata krama! Mosok wes SMA kelakuan e kaya arek TK! Sopo hang ngawali iki kabeh, hah!" membentak dengan logat jawa khasnya dan dengan mata melotot bak hampir lepas.
Hening...
"Apuwo meneng kabeh! yen raono seng ngaku, sak kabeh e bakal tak lebokake nong buku BK lan bakal urusan karo kepala sekolah!" kata Bu Dewi mengancam.
Mendengar itu, suasana menjadi riuh dan semua siswa saling menuduh sana dan sini.
"Sa... sa... Saya Bu yang memulai, saya siap di bawa ke BK" tiba - tiba terucap dari seorang cowo agak sipit yang tak lain adalah Rafa. Lalu saat Rafa akan digiring menuju ruang BK, tiba - tiba...
"Bukan Rafa bu yang memulai, sebenarnya saya lah yang memulainya" entah keceplosan atau apa, Dinda tiba - tiba berkata seperti itu.
Sampai sini dulu yaa ceritanya, hehe. Mau tau kelanjutan ceritanya?? sabar dulu ya, dan jangan lupa votenya kalau menarik, dan terima kasih sudah baca^_^
KAMU SEDANG MEMBACA
Evidence
Teen FictionBagi sebagian orang, mungkin menanti kepastian itu cukup membosankan. Namun tidak dengan Rafa, yang sabar menanti walau terkadang tak di hargai. Ia sadar, cinta sejati perlu di perjuangkan, bukan untuk di sesalkan ataupun di tinggalkan. Sebuah cerit...