3. COMPLICATED

526 25 3
                                    

"Sometimes i get you
sometimes i don't understand"
_Rihana_

Hening. Situasinya benar-benar kaku. Di UKS hanya kami berdua. Aku hanya duduk dengan perasaan aneh. Sedari tadi, pikiranku rasanya terus berdebat, dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan dan juga asumsi abstrak. Bagaimana tidak? Aku benar-benar kehabisan kata untuk menggambarkan situasi ini. Awalnya dia hanya acuh, dingin bahkan menganggapku tidak ada dan tiba-tiba saja, dia memegang tanganku. Hanya saja, seperti bongkahan es yang tiba-tiba mencair hangat hanya dalam hitungan detik. Ada apa dengannya? Aku benar-benar tidak mengerti.

Aku hanya melihat bahunya yang lebar dengan badan kurus menjulang yang sedari tadi mengotak-atik lemari obat.

"Ini UKS atau apa? Betadine aja gak ada" Gumamnya terdengar sampai ke telingaku.

Dia beralih dari lemari obat ke meja sebelah kanan pojok untuk mencari kotak obat. Tanpa sadar, aku tersenyum kecil melihat tingkahnya yang seolah-olah sangat kebingungan dan mungkin sedikit khawatir. Entah, mengkhawatirkan aku atau perempuan yang bernama Tera itu. Aku sebaiknya bertahan pada kemungkinan kedua. Iya, Atla. Dia harus buru-buru untuk memastikan Tera baik-baik saja.
"Kalo enggak ada, gapapa kok" Ucapku tak tahan meihatnya. Dia berbalik melihatku, detik berikutnya melirik lututku yang agak lecet.
"Lagian lo lemah banget sih, ketabrak dikit langsung luka" Ucapnya, membuat otakku mencernanya sebagai ejekan dan pembelaan diri darinya.
" Lo ikhlas gak sih?" Tanyaku,kesal. Tidak ada respon. Beberapa detik kemudian
"Lo bisa obatin sendiri kan?" Ia menyodorkan kotak obat tepat di depan wajahku. Akupun langsung mengambilnya tanpa basa-basi. Setelah itu, kaki jangkungnya melangkah meninggalkan ruang UKS. Ya, manusia kutub itu akan meinggalkanku sendirian.
"Oh iya," Ucapnya seraya menghentikan langkah kakinya. "Jangan salah paham, gue anterin lo ke UKS karena gue cuma merasa bersalah" Lanjutnya, kemudian beralalu begitu saja.

Seharusnya, mendengar hal itu membuatku puas. Dia mengakui kesalahannya lalu apa lagi yang aku harapkan? Hanya saja, hatiku tak bisa menerima hal itu, berkata seperti itu membuatku sama saja menjadi seseorang yang biasa. Selama aku masih mempercayai kemungkinan itu, selama itu juga aku akan menerima orang yang baru saja membuangku.

OooO

Aku menghela nafas panjang seraya merebahkan diri di kasur. Menatap langit-langit kamarku yang berwarna biru cerah. Mencoba menghilangkan penat dan rasa lelah yang sedari tadi membelenggu.

"Askara Samudera..."

Lirihku tak henti-hentinya memanggil nama itu. Nyatanya, pikiranku tidak bisa lepas darinya, menyadari bahwa otak dan hati saling menentang. Setiap orang mungkin memiliki replika di dunia ini, tapi seulas senyum yang sama tak akan pernah dimiliiki oleh dua orang yang berbeda. Senyum itu, senyum yang berbekas sempurna di memori ini. Tapi apa orang menyebalkan itu benar-benar dia? Terkutuk sekali, senyuman selalu berhasil membuatku jatuh cinta. Benar, kalau kalian belum mengenalku, akulah penikmat senyum manis itu.

"ATLA!!!"

Tiba-tiba lamunanku buyar. Sosok manusia aneh kini berada di depan pintu kamarku dengan senyumaan bahagia tanpa derita. Dialah kakakku yang keren, dulunya. Sekarang berubah menjadi orang yang... entahlah, membicarakannya agak membuatku ngantuk.

"At, keluar yuk!" Serunya bersemangat seraya menghampiriku.

"Kebiasaan deh kak Ezy kalo masuk ke kamarku gak ketuk pintu dulu!"

"Emang udah biasa kan" Katanya tanpa rasa bersalah.

"Aku udah kelas 2 SMA kak... bukan anak kecil lagi" Ujarku sinis.

ATLASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang