My Strong Father

6 1 0
                                    

Hari berlalu, tiap malam aku menangis merindukan Mama, kadang aku merasa Mama menemaniku tidur dan memelukku, terasa sangat hangat.

Setelah aku cuti sekolah karena dukaku yg masih kadang datang tiba-tiba. Aku tidak mau menangis di depan teman-temanku. Pagi datang

"Nak, bangun sudah waktunya sekolah"

Papa membangunkanku, aku bangun dan melihat Papa kerepotan, menyiapkan makan, baju sekolah, dan tidak mau aku membantunya.

Saat aku ingin membantu, Papa berkata "sudah sana mandi, siap siap ke sekolah".

Setelah mandi dan makan, aku di antar Papa berangkat sekolah, biasanya aku naik sepeda sendiri, tapi Papa khawatir.

Sampai sekolah teman-temanku menyapa dengan hangat, meberikan samangat, aku beruntung memiliki teman seperti mereka. Mulai hari itu aku menjadi pendiam, tidak banyak bergaul, tetapi teman-temanku mendatangi dan berkumpul bersamaku agar aku tidak merasa sendiri.

Mereka sangat hangat. Pulang sekolah sahabatku memanggil

"Lin, pulang bareng yuk, aku yang bonceng, yukk!!" dia Sahabat baikku namanya Ayu, rumahnya searah dengan rumahku, jadi kita selalu pulang bersama.

Sampai depan rumah aku turun dan bertanya pada Ayu

"main dulu yuk" ajakku,

"Aku belum pamit nih, besok aja aku pamit dulu ke orang tua" jawabnya,

"yaudah, makasih yaa, ati ati pulangnya",

"oke bye, asslammualaikum",

"Walaikumsalam",

Aku masuk rumah, ganti baju lalu bersih-bersih, setelah mandi, aku lihat banyak pakaian kotor dan piring kotor.

Kasihan Papa kalo pulang kerja harus cuci-cuci, aku mencuci semuanya, dan selesai. Aku rebahan di ruang tengah sambil menunggu Papa pulang, hatiku tetap gundah, rindu, campur aduk.

Papaku bekerja di salah satu rumah sakit ternama di Surabaya, di rumah sakit yg sama Alhmh. Mama dulu juga bekerja sebagai perawat.

Papa pulang, mengetahui semua pekerjaan rumah sudah beres. Papa langsung menegurku

"sudah Papa bilang, fokus saja dengan sekolahnya, belajar saja, semua pekerjaan rumah biar Papa yang kerjain, ngerti?", aku hanya mengangguk.

Papa terus bersikeras mengerjakannya sendiri, tapi aku tetap membantu tanpa sepengetahuan Papa. Dan begitu seterusnya, saat Papa tahu, aku selalu di tegur.

Tapi aku tidak bisa membiarkan Papa mengerjakan semuanya sendiri. Saat itu aku berfikir, aku beruntung memiliki Papa yang tangguh.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 23, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'm FineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang