Ah—betapa marahnya Jeongguk ketika mendapat kabar bahwa kekasihnya tak sengaja membuat kakinya terkilir sampai membuatnya harus beristirahat di rumah selama beberapa hari. Langsung mengepak semua keperluan yang diperlukan untuk menginap selama beberapa hari itu dan menaiki kereta meski itu hampir mendekati waktu malam. Mengapa? Karena pikiran bahwa dia memaksakan kakinya untuk berjalan ke kamar mandi ataupun apapun sendirian sangat membuatnya marah.
Sampai pegawai wanita yang biasa menawarkan makanan kecil selama perjalanan merasa sangat ragu untuk melakukan pekerjaannya berhubung aura penuh kemurkaan menguar kental dari lelaki itu ditambah tangannya menggenggam ponselnya sampai terlihat hampir pecah karena kekuatan genggamannya.
Dan kemurkaan itu tetap dibawa sampai ia menekan tombol bel apartemen si lelaki itu entah berapa kali dengan sangat kuat—hampir merusaknya. Andai tak mengingat jika tombol itu rusak kekasihnya akan marah sudah dipastikan tombol itu akan benar-benar rusak. Menunggu beberapa saat sampai suara kunci terbuka dan pintu terbuka. Konyolnya—Jeongguk tahu kekasihnya itu akan membuka pintunya sendiri tapi tetap saja pemandangan ia menopang massa tubuhnya hanya dengan satu kaki membuatnya semakin kesal.
"Tu—malam ini dingin sekali lho! Kenapa kamu cuma pakai jaket tipis seperti itu?!" kekasihnya malah salah fokus—memang jaket yang dipakai oleh Jeongguk termasuk tipis dalam keadaan musim dingin seperti ini.
Keduanya malah saling terdiam, bertukar tatapan kesal terhadap satu sama lain. Yang satu kesal karena melihat lawan bicaranya menopang massa tubuhnya dengan satu kaki sedangkan yang satu kesal karena melihat lawan bicaranya memakai pakaian tak layak pada musim dingin—pada malam terdingin pula. Keheningan itu akhirnya terpecah ketika si kekasih menghela napas pasrah lalu membalikkan tubuhnya lalu berkata agar Jeongguk masuk daripada terus berada di luar.
"Ah—tunggu-tunggu." Jeongguk langsung berkata tepat ketika kekasihnya akan melompat dengan menggunakan kaki kirinya—toh hanya itu caranya agar dia dapat berpindah tempat.
"Apaan?"
"Hyung diam disana dulu saja. Duduk saja."
Terlalu malas untuk berdebat dia pun menurunkan tubuhnya untuk duduk di atas lantai tentunya tanpa membuat kaki kanannya merasa kesakitan. Langsung terkejut ketika Jeongguk melangkah melewatinya sembari membawa kopernya tanpa berkata apapun—apa dia bermaksud meninggalkanku disini sendirian? Lah? Ini 'kan rumahku—apartemenku!?
Menunggu, masih berpikir positif bahwa Jeongguk hanya menyimpan barang-barangnya dan akan kembali sesegera mungkin ke daerah depan. Tetapi mulai merasa tak sabaran ketika mendengar suara kompor yang dinyalakan dan desisan dari minyak bertemu dengan suatu bahan makanan seperti sayur. Yak! Dia itu mencoba menjadi romantis atau apa?! Kenapa aku harus ditinggalkan disini seperti bukan pemilik apartemenku sendiri!? Dibayar pakai uangku pula!
Masih berusaha sabar sampai akhirnya mendengar suara air mendidih dari teko dan suara air dituangkan ke dalam gelas.
"JEON—!!!"
Teriakan amarahnya langsung terputus ketika melihat ke samping menangkap wajah rupawan Jeongguk disana dengan kedua tangan melakukan gestur akan menggendongnya. Tanpa berkata apapun lelaki yang lebih muda itu mengangkat kekasihnya dengan gaya bagaikan ibu mengangkat bayinya. Wajah Taehyung—kekasih Jeon Jeongguk—itu langsung merah padam karena begitu berdekatan dengan dada berbentuk kekasihnya sendiri. Terbentuk namun bukan karena kelainan atau lemak melainkan karena otot.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Hearts [vottom]
FanficHanya sebuah koleksi oneshoot/twoshoot yang panjangnya bervariasi