part satu

24 4 0
                                    

Seorang perempuan berbadan ramping dan berparas cantik itu memasuki sman jakarta 2. Sekolah yang cukup besar. Itulah yang akan orang katakan saat pertama kali melihat sekolah ini. Adiana rashel. Panggil saja diana. Ia berjalan santai di sepanjang koridor karena memang ini masih sangat pagi. Ini adalah hari ke-2 ia belajar disini. Baru saja dia menyelesaikan MOS nya.

"Tumben pagi banget" ucap seseorang di sampingnya membuatnya sedikit terkejut.

"Ishh bikin kaget aja. Nih ya, kalo baru ketemu itu harusnya salam dulu. Itu adalah sebagian dari sopan santun" Diana mengucapkan itu sambil menunjuk papan aturan sekolah yang ditempel di tembok.

"Tapi kan itu di haruskan saat bertemu guru saja. Kalo sama lo ngapain harus gitu?" jawab orang itu sambil terus berjalan menuju kelas.

"Eh ri, sekarang ada pr ga?" tanya diana saat mereka sudah sampai dikelas

"Ga ada deh keknya" jawab Riana.

"Oh oke deh" Diana menaruh tasnya di kursi dan berjalan ke meja riana.

"Ri, lo pindah samping gue aja deh. Biar ga jauh-jauhan gini" pinta diana sambil mengambil tas riana.

"Emang disitu ga ada orang?" tanyanya
"Nanti gue suruh pindah" ucapnya santai.

Waktu terus berjalan, sekolah sudah semakin ramai. Namun bel masuk tak kunjung berbunyi. Apa pak bardan tidak masuk? Pak Bardan adalah OB di sekolah sekaligus mamang kantin langganan Diana dan Riana. Tak lama bel berbunyi dan semua orang mulai memasuki kelasnya masing-masing. Diana dan riana pun buru-buru masuk kelas karena sekarang jadwalnya guru killer.

"Ekhm" guru itu, pak Wandi berdeham sebentar "Ada yang ga masuk?" tanyanya dengan suara khasnya itu.

"Ngga ada!!!" ujar semua murid di kelas itu.

"Baiklah sebelum memulai pelajaran, tugas yang saya kasih kemaren kumpulkan" ucapnya sambil memulai menulis materi di papan tulis sedangkan murid-murid sedang mengantri untuk mengumpulkan buku itu di meja guru.

Beda lagi dengan Diana yang sedang cemas karena tidak mengerjakan tugas.

"Matu gue! Mati gue! Dasar temen lucknut lo. kesel kesel kesel. Gimana dong ini? Gue harus apa???" ucapnya frustasi. Sedangkan riana sudah merasa bersalah karena membohongi temannya itu.

"Gue minta maaf yaaa.." ucapnya selembut mungkin.

"Diana maju ke depan" kata pak wandi. Diana lagsung maju dengan perasaan yang campur aduk.

"Kamu kenapa ga ngerjain pr?" tanyanya dengan santai tapi menakutkan menurut cewe itu.

"Itu pak..anu.. Saya.. ehmm.. Saya di boongin pak sama riana. Kata dia ga ada pr" ucapnya. Kesempatan balas demdam, pikirnya.

"Alesan aja kamu, sudah sana kamu keluar ga usah ikut pelajaran saya hari ini." suruhnya dan diana langsung keluar kelas

"Gak sesuai ekspetasi gue" gumamnya pelan. Ia berjalan ke lantai bawah untuk makan. Karena tadi ia belum sempat sarapan. Saat sudah di tangga bawah, ia terselandung kakinya sendiri.

"Akkk.. Sakit banget.." eluhnya pelan. Ia mengusap-ngusap bokongnya. Ia masih terduduk dengan posisi suster ngesot. Tiba-tiba seseorang berhenti di hadapannya.
"Busettt ganteng banget, cowok idaman nih" ucapnya pelan, namun masih bisa terdengar orang itu.

if youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang