part tiga

8 1 0
                                    

Pagi-pagi sekali Diana sudah terbangun dari tidurnya. Ia sangat kesal. Aktivitas tidurnya terganggu oleh kakaknya. Dasar kakak laknat😣.

Flashback on

Diana sedang tertidur dengan lelapnya. Sekarang jam menunjukan jam 3 subuh. Keadaan yang hening membuat tidurnya lebih nyenyak. Tapi tiba-tiba..

'Prangg brukkk crek krecek

"Itu apaan sihhh ganggu aja, ck" diana melanjutkan tidurnya saat suara itu sudah hilang.

'Ngekkk.. Suara pintu terbuka. Tapi Diana tidak terlalu mendengarnya.

'Srekkk srekk  tiba-tiba Diana merasa merinding. Hawa di sekitarnya menjadi dingin. Sebuah tangan memegang kakinya membuat dia kaget dan berteriak.

'Aaakkkkk

Dilihatnya Rion yang sedang menggunakan selimut untuk menutupi badannya. Diana yang melihat itu langsung kesal. Ada-ada saja kelakuan kakaknya ini.

"Ihh lo ngapain sih? Ini tuh masih malem. Gue masih ngantuk. Jangan ganggu gue napa. Ngeselin" Diana bersiap mengangkat tangannya untuk memukul kakaknya itu. Namun dengan cepat ia kabur berlari ke kamar nya.

"Dasar kakak anehhh" diana berteriak dengan kesal. Pasalnya, jika ia sudah terbangun, ia takkan tidur lagi. Alhasil ia terjaga sampai pagi.

Flashback off

Begitulah ceritanya teman-teman.

Diana melahap makanannya dengan kesal. Ia memasukkan semua makanan langsung ke dalam mulutnya. Kakaknya yang melihat itu takut sendiri.

"Pelan-pelann ka–" belum selesai ngomong, Diana sudah menyelanya

"Ga usah watados" katanya judes. Rion merasa takut. Adiknya ini sangat seram jika sedang marah.

"Ayo berang–"
"Gue berangkat sama temen" Diana menyela ucapan kakaknya lagi.

"Yaudah deh gue minta maaf yaaa" Akhirnya Rion berhasil meminta maaf juga. Diana tidak memberi respon apapun. Ia berdiri lalu meninggalkan rumah saat didengarnya suara motor di depan rumahnya.

"Ayo kak jalan" diana menepuk bahu Vino saat sudah menaiki motor.

"Nih pake dulu" Vino menyerahkan helm yang baru ia beli kemarin.

Diana memakainya dan Vino langsung melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Ini masih pagi sekali. Jadi jalanan belum macet oleh kendaraan.

"Lo kenapa?" tanya Vino karena Diana sedaritadi terlihat cemberut di kaca spionnya. Diana hanya menggeleng. Akhirnya mereka sampai juga di sekolah.

"Makasih kak" katanya dengan lesu, lalu meninggalkan parkiran menuju sekolah.

Diana mendapat tatapan tidak enak dari orang-orang. Apa yang salah dengannya? Ahh pasti gara-gara gue berangkat bareng kak Vino tadi, batinnya. Ada juga yang menertawakannya.

Vino menghampiri Diana yang sudah berjalan duluan. Diana melihat orang di sampingnya.

"Kak Vino ngapain disini? Jangan deket-deket. Liat tuh mata mereka kayak ga suka gitu. Udah tau kakak banyak yang suka, hushh hushh sana" katanya pelan.

"Tau ga kenapa mereka begitu?" tanya Vino sambil tersennyum jahil. Diana menghentikan langkahnya. Lalu menatap Vino dengan tatapan bertanya. Vino mengerahkan tangannya ke arah kepala Diana. Lalu melepas helmnya. Diana terkejut. Dia merasa sangat malu.

"Sumpah gue malu bangett gimana ini? Kok lo ga ngasih tau gue sih?" Diana menunduk malu. Bagaimana ia bisa lupa melepaskan helm nya? Ini karena ia terlalu larut dengan marahnya pada Rion. Diana mencoba menetralkan perasaanya lalu berjalan kembali menuju kelas bersama Vino di sampingnya.

"Dah sana masuk. Jangan bengong lagi, belajar yang bener" Vino mencubit gemas pipi Diana.

"Ihh sakit" diana melepaskan tangan Vino dari wajahnya.

"Ciaaa Vino bisa aja modusnya. Huu terus embat vin" sorakan teman-temannya sungguh menganggu. Dan membuat Diana tersipu malu.

"Manis banget si dek" kata salah satu temannya.

"Udah sana masuk, jangan dengerin mereka" diana masuk ke kelasnya. Lalu Vino bersiap menjitak kepala teman-temannya.

"Lariiii" terjadilah aksi kejar-kejaran di sepanjang koridor sekolah. Mereka menjadi pusat perhatian sekarang. Mungkin orang yang melihat merasa aneh. Mereka sudah dewasa tapi kelakuannya seperti anak kecil saja. Setelah capek mereka menghentikannya, dan masuk ke kelas masing-masing.

                               *****
"Dianaaa sayangkuhhh" Kalian pasti tau siapa dia. Siapa lagi kalo bukan Riana. Diana hanya meliriknya sebentar lalu duduk ke kursinya.

"Di, tadi lo berangkat sama Ka Vino? Kok lo bisa kenal?" tepat seperti perkiraan Diana. Pasti temannya itu akan menanyakan tentang hal ini.

"Lo udah tua ri? Kan kemaren gue berantem sama dia di kantin. Masa ga ingat?" Riana tampak berpikir sebentar.

"Oh iya. Tapi kan kemaren kalian berantem, sekarang kok kalian akrab? atau jangan-jangan kalian pacaran ya?" Riana berbicara dengan setengah berbisik dan berhasil mendapat pelototan dari Diana yang seram.

"Ya ngga lah. Jadi kemaren ituu" Diana menceritakan semuanya. Mulai ia pulang diantar dan ditraktir oleh kak Vino.

"GUE IRI SAMA LOOO" tanpa sadar Riana berteriak dan teman-temannya langsung melihat ke arahnya.
"Apa lo liat-liat?" katanya judes.

"Lanjut, Di"
"Yaaa udah itu doang kok. Tapi gue sebel sama kakak gue. Ihhh ngeselin pokoknya" riana memaklumkan hal itu. Kak Rion memang jahil. Dulu juga saat Riana menginap di rumah Diana, ia sempat dijahili.

"Ya udah lah ya sabar aja punya kakak kayak gitu"

"Assalamualaikum anak-anak" guru merekapun datang dan memulai pembelajaran.

*istirahat di kantin

"Di, ada yang liatin lo tuh" riana menunjuk seseorang yang berada di belakang Diana. Diana menoleh, dan benar ternyata cowok itu sedang memperhatikannya.

"Biarin aja. Nge fans kali sama gue" katanya dengan gaya cool. Riana hanya memutar bola matanya malas. Kepedean nya tingkat tinggi, batin riana.

"Gimana hubungan lo sama doi?" tiba-tiba Diana menanyakan kabar hubungan Riana dan gebetannya itu.

"Hufftt... Belum ada kemajuan sih. Kita masih chat an biasa aja. Keliatannya sih kayak orang pacaran, tapi ngga. Digantungin gue" keluh riana.

Riana menyukai Dino saat mereka sedang MOS. Riana memang pemberani. Ia tidak malu sedikitpun memulai pdkt pada cowo. Diana salut dengan sahabatnya itu.

"Di," Diana menoleh ke sumber suara. Dilihatnya kak Vino yang membawa minuman.
"Ini buat gantiin yang kemaren gue minum"

"ga usah kali. Lagian kan emang gue yang salah udah numpahin minuman lo. Tapi gapapa deh gue minum aja" katanya sambil mengambik minuman dari tangan Vino.

"Dasar labil. Ya udah gue duluan ya ke kelas" Diana menganggukan kepalanya.

"Makasih minumannya" katanya sambil tersenyum. Vino pun melenggang pergi dari kantin.

"Ekhemm" riana berdeham
"Apaan sih?"

                             *******
"Udah ada kemajuan nih?" tanya Dino ssetelah Vino berhasil mengasih minuman itu ke Diana tadi.

"Kemajuan apaan? Niat gw baik kali, cuma mau gantiin minumannya dia waktu itu. Gw ngerasa ga enak aja" katanya sambil duduk di kursi yang berada di ruang osis itu.

"Yakin?" tanya Dika

"Iya lah. Diana tuh masih kecil, sikapnya aja kek anak kecil gitu" ucapnya sambil membolak-balik majalah yang ada di depannya.

Teman-teman nya yang mendengar itu hanya mengangguk saja.

Kasih vote dan comment nya dong. Kalo kalian suka kalian bisa comment dan kalo mau nanya2 ala gitu bisa komen aja. VOTE YAAAA

if youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang