Part I : Teman dalam Kepedihan

207 3 0
                                    


Ketika langitpun mengetahui apa yang sedang aku rasakan saat ini. Gemuruh hujan menyemangati diriku untuk terus menangisi kisah cinta yang telah berakhir ini. Tuhan biarkan aku menangis sekencang dan sepuas yang aku mau, lalu biarkan air mata itu habis sampai akhirnya aku tak bisa menangis lagi. Aku hanya berharap air mata ini adalah air mata terakhir untuk meratapi kisah kasih yang pedih ini.

"Ta, ayo masuk kedalem. Disini dingin, hujannya makin gede." Ucap Rindi.

Rindi Putri Maharani adalah gadis berambut ikal panjang dengan warna agak pirang. Teman sebangku. teman, sahabat, dan saudara.

"Tolong biarin gue kaya gini Rin, gue janji ini tangisan terakhir gue buat Dewa." Pintaku pada Rindi.

"Nangis sepuas lo! Gue harap setelah ini gada yang namanya air mata buat Dewa lagi." Ucap Rindi seraya meninggalkan diriku dan bergegas masuk kedalam rumahnya.

Ya! saat ini aku sedang berada dirumah Rindi. Tidak usah heran aku memang sering kesini untuk menenangkan fikiran ku yang terkadang kacau. Mama ku pun mengerti dan tidak khawatir jika aku sudah berada dirumah Rindi, karena memang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumahku.

Dipelataran rumah Rindi aku berdiri menikmati hujan yang memang berhasil membuatku tenang, entah mengapa, namun yang jelas sangat amat tenang berada dibawah hujan. Birkan sejenak aku berdamai dengan kepedihan ku ini.

***

Flasback On...

"Dewa, jawab aku! Apa sebenernya alesan kamu begini?" Tanyaku pada Reza Dewa Mahendra. Laki-laki yang selama 6 bulan terakhir selalu ada disampingku. Laki-laki yang mampu membuatku kembali jatuh pada rasa cinta dan mampu membuatku jatuh lebih dalam pada rasa sakit didalam hati.

"..." Dewa sama sekali tidak menjawab, hanya saja air mata sudah terlihat jelas dipelupuk matanya.

"Dewa, kamu sebenernya kenapa. Jangan kaya gini, jelasin!" Ucapku sedikit berteriak, seraya melihat kearah kanan dan kiri melihat keadaan. Hanya memastikan tidak ada tembok yang bisa berbicara dipojok sekolah ini, tepatnya dilantai teratas dan posisi terpojok sekolah.

"Aku gatau Ta, aku gabisa ngomong apa-apa." Jawab Dewa dengan suara bergetar.

"Kamu kalo ada masalah atau apapun bilang Dewa, aku gasuka keadaan kita yang kaya gini." Suaraku pun tak kalah bergetar.

"Aku gatau Ta apa yang aku rasain."

"Kayanya aku mulai paham, suara kamu yang bergetar dan mata kamu yang udah hilang arah kayanya kamu mau berakhir sama aku."

"Aku bingung." Tanpa diduga Dewa meneteskan air matanya.

"Baiklah, udah jelas semuanya Dew, kita emang harus berakhir. Kita gabisa tetep berjalan kalo hati kamu udah bukan buat aku lagi. Aku paham."

"Tapi aku sayang sama kamu Ta." Jawab Dewa seraya membawa tangannya ke pipi sebelah kananku.

Ku gapai tangan Dewa dan menggenggam tangannya, dan mungkin ini adalah genggaman tanganku yang terakhir karena setelah ini kita tidak pernah tau apa yang sebenarnya terjadi. Kalimat terakhir sekaligus pengakhir segalanya akhirnya aku ucapkan.

"Dewa, aku percaya kamu sayang sama aku dan aku pun sangat mengerti perasaan kamu. Tapi saat ini aku tau hati ini udah gak sepenuhnya buat aku. Aku tau ada perempuan lagi yang berhasil masuk kedalam hatimu dan menggeser posisiku. Aku tidak marah, hanya saja aku ingin kamu lebih mejaga hati kamu ketika kamu sudah mulai komitmen dengan orang lain. Aku merelakan kamu bukan karena aku tidak sayang kamu. Justru karena aku sangat amat mencintaimu lah aku memutuskan pergi dan membiarkan hatimu memilih perempuan itu. Kamu itu baik, perempuan manapun pasti merasa beruntung bisa bersama kamu. Walaupun hanya dalam waktu 6 bulan kita menjalin hubungan tapi kamu harus inget, kita memutuskan untuk saling dekat dan mengenal sama lain adalah satu tahun, dan aku rasa itu adalah waktu yang cukup untuk aku mengenal kamu. Kita memang seharusnya berakhir, karena sebenernya aku tau perasaan kamu ke dia udah sangat lama sebelum kamu sama aku. Jadi tetap jadi orang baik dan kuat ya. Jangan pernah keluarin air mata kaya gini lagi, kamu itu laki-laki, kamu itu calon Polisi. Polisi masa nangis hehe..." Genggaman tanganku pun perlahan terlepas dan aku berlari kearah tangga tanpa menoleh sedikitpun kearah Dewa. Ku gigit bibirku sekeras mungkin agar tangisanku tidak jatuh. Namun gagal, aku kalah. Air mataku tetap jatuh, biarlah kamar mandi sekolah ini menjadi saksi tangisanku.

***

Flasback Off...

Ya Allah kuatkanlah hambaMu yang sangat rapuh ini, hapuslah kepedihan ini, hapuslah perasaan ku padanya, bantulah hambaMu merelakan Dewa dengan orang yang memang sebenarnya dia sayang. Aku berjanji ini adalah air mata terakhirku untuknya. Reza Dewa Mahendra.

***

masih amatir, semoga suka.

Kisah Sendu di Putih AbuWhere stories live. Discover now