Masa SMA katanya masa paling indah. Masa sih? aku rasa tidak juga. Malah aku merasa SMA itu garis keras, dimana bully dimana-mana, kata-kata kasar keluar dimana-mana, gengsi dimana-mana, dan kaya seperti menjadi keharusan di masa SMA. Mungkin kalian berfikir aku gila atau bagaimana, tapi ini memang benar. SMA ITU GARIS KERAS.
Masa indah di SMA ku tidak lama, hanya bertahan satu tahun. Indah yang aku rasakan hanya sebentar, karena memang setelahnya semuanya kacau dan menyakitkan. Tapi ada satu yang membuatku selalu merasa senang dan seperti tidak ada beban. MARCHING BAND. Ya... itu adalah kegiatan ekstrakulikuler yang aku ambil. Awalnya hanya iseng tapi ternyata sangat menyenangkan dan akhirnya aku putuskan untuk menyerahkan seluruh tenagaku dan waktuku hanya untuk Marching Band.
Nama aku itu Arletta Sassy Amelia biasa dipanggil "TATA" kelas XII jurusan IPA. Keren ya? Sebenernya si biasa aja. Aku murid yang sama sekali tidak hits, dan tidak cantik juga. Muka biasa aja, rambut sebahu, badan agak gemuk, kulitnya gak putih tapi gak hitam juga, dan aku agak lebih pendek dari teman-teman dikelasku. Penampilan pun sangat amat biasa baju sekolah kegedean kaya dapet pinjem, rok kedombrangan, dan berkacamata. Fisiku sama sekali tidak menarik lah pokonya.
Nah, dihidup aku itu ada 2 temen yang emang selalu ada. Rindi Maharani dan Tere Dwi Anggini Putri. Tere adalah temen sebangku aku dan Rindi duduk didepan aku dan Tere. Aku dan Tere selalu bareng. Eskul bareng, les bareng, duduk bareng, bahkan sakit pun pernah barengan. Freak si, tapi emang begitu kenyataannya.
"Ta, lo baik-baik aja ni? Mata lo masih bengkak tuh." Ucap Rindi.
"Gue gapapa Rin, anggep aja ini kenang-kenangan. Wkwk" Jawabku seraya tertawa.
"Bisa-bisanya lo ketawa gini ye, padahal kemaren nangis seharian."
"Nangisnya kan kemaren, hari ini tinggal ketawanya shayyy."
Tere datang sambil berlari pelan menuju kearah dimana aku dan Rindi duduk.
"Huh cape. Eh gimana lo Ta? Baik-baik aja lo?" Tanya Tere dengan nada ngos-ngosan setelah berlari tadi.
"Bahkan lo liat gue kan Re? Gue baik-baik aja." Jawabku santai.
"Sialan lo! Kemaren Rindi bilang lo nangis seharian dibawah ujan. Galau lo sok ngartis. nyesel gue lari-lari dari bawah keatas gara-gara khawatir ama keaadan lo! Taunye orangnya disini ketawa-ketawa. Tapi mata lo bengkak bener yeee."
"Mata gue bengkak bawaan dari lahir dan kayanya."
"Kampretttt!!!!"" Ucap Rindi dan Tere bersamaan.
***
Cobaan apalagi ini Ya Allah disaat aku sedang menghindar, Engkau malah mempertemukan aku dengannya. Dikelaspun aku berusaha sekuat tenaga untuk tidak bebrbicara dengannya. Sekelas dengan "Mantan Pacar" itu sangat tidak enak. Sakit hati dan susah move on pastinya. Suasana kantin yang sangat ramai namun terasa sepi untukku. Bagaimana tidak, ditempat ramai ini aku dipertemukan dengannya yang sedang aku hindari itu. Dunia seperti mendadak berhenti ketika aku berpapasan dengannya, rasanya ingin menghilang detik itu juga. Tapi usahaku menghindarinya sangat amat gagal.
"Tata, tunggu." terdengar suara berat dari arah belakang dan suara itu sangat familiar sekali tentunya.
"Ada apa?" jawabku dengan perasaan tertahan. Aku sangat ingin menangis saat ini.
"Ada yang mau aku omongin sama kamu." Ucap Dewa
"Yaudah ngomong aja Dew."
"Aku sebenernya bingung sama perasaan aku sekarang, dan aku juga gatau harus ngelakuin apa sekarang ini." Aku bisa merasakan getaran suara Dewa, matanyapun terlihat merah dan berkaca.
YOU ARE READING
Kisah Sendu di Putih Abu
Non-FictionSMA itu adalah Garis Keras, jika kamu lemah kamu akan kalah. Begitu juga hati, jika kamu memutuskan untuk jatuh cinta makan kamu harus siap pula jatuh kedalam jurang kesakitan atas perasaanmu sendiri. Aku bodoh, harusnya aku tua jika dari awal kau t...