11. nekat ajalah

6.5K 832 129
                                    

Kak Mantooo, mawar eike yg kancingin kemejanya tinta? Eike kasih bonus elus2 dada, perut yeay deh klo mawar, cussss
#Tarik2RokKeAtasSampeNunjukinPaha #GanjenModeOn

Wkwkwkw 😂😂😂

Leni POV

Aku menggeser kursi ke arah Dita begitu dirinya kulihat baru saja duduk.

Dita menoleh ke arahku lalu tersenyum.

"Tadi itu Anto, Dit?" Tanyaku memastikan.

Dita mengangguk cepat.

"Iya, kenapa?" Tanyanya.

Aku meringis.

Seminggu tidak bertemu dirinya dan melihatnya barusan membuat ku pangling, atau itu cuma perasaanku aja ya.

Anto terlihat berbeda, ganteng, uhukkk, aku terbatuk.

Dita kembali menoleh ke arahku.

"Kenapa Len?" Tanyanya lagi.

Aku menggeleng.

"Ngga, gak kenapa-napa kok, cuma tadi..." Aku menggantung perkataanku.

"Anto kliatan beda ya, semingguan gak ketemu, terus liat dia barusan kok manglingin" Lanjutku jujur.

Dita terkekeh.

"Eh iya sebelum aku lupa nyampein, tadi Anto bilang mau jemput kamu pulang, mau gak?"

Mataku mengerjap.

Lalu menghembuskan nafas panjang.

"Duh, gimana ya Dit? Aku bingung nih" Kataku sambil menggigit bibir atasku pelan.

"Bingung minta ijin sama abangmu ya? Maaf-maaf nih Len, umur kamu berapa sih musti di antar jemput sama abang sendiri? Kamu pernah bilang, gak punya teman dekat, ya aku rasa sih karena kamunya itu nempel terus sama abangmu, apa...."

Aku melirik Dita yang tidak melanjutkan perkataannya.

"Apa abangmu itu over protective ya?" Lanjutnya kemudian.

Aku kembali meringis.

Dita menepuk lenganku.

"Udah yuk, waktunya masuk kelas, udah jamnya, kalo belum mau pulang di jemput Anto gak apa-apa Len, santai aja, mukamu itu jadi aneh meringis mulu dari tadi hehehe" Dita berdiri dan menunduk ke arahku yang masih bergeming di atas kursiku.

Aku mengangguk cepat. Mengambil keputusan.

"Bilangin Anto deh Dit, aku mau pulang di jemput dia, makasih ya Dit" Kataku lalu berdiri dan melangkah cepat meninggalkan Dita.

Harus nekat, kalau nggak, kapan aku bisa belajar terlepas dari masa laluku itu.

°°°

Untuk kesekian kalinya aku mereject telepon masuk dari abang Fajar setelah aku mengirim pesan kalau tidak usah menjemputku pulang.

Aku menghela nafas panjang.

Pasti bakalan kena omelan yang bikin kuping merah nih.

Jam menunjukkan pukul 1 siang, aku sudah berada di kursiku, sedangkan Dita masih berada di kelas sedang merapikan peralatan-peralatan yang digunakan oleh anak-anak.

Aku melirik handphone ku yang kembali bergetar, panggilan masuk dari abang Fajar.

Dengan ragu aku menggapai dan tidak sengaja jariku malah menerima panggilan teleponnya.

Akhirnya terpaksa aku menempelkan handphone ke telingaku.

"Kamu mau kemana dek? Sama siapa? Kok telepon abang baru kamu jawab sekarang? Kenapa gak tunggu abang jemput aja?"

Rentetan pertanyaan terlontar begitu handphone menempel di telingaku.

Aku memejamkan mataku perlahan.

"Bang" Panggilku pelan.

"Hmm" Jawabnya.

"Adek di anter pulang sama temannya Dita yang kemarin adek bilang itu" Kataku setelah lama terdiam.

Helaan nafas panjang terdengar di ujung sana.

"Dek"

Aku meringis bersiap-siap menerima ceramahan bang Fajar.

"Kan kemarin abang udah bilang, kalo sama dia yang ada dia ga bisa belain atau lindungin kamu dari orang-orang yang mau berbuat jahat ke kamu, gayanya aja begitu, nanti malah yang ada dia bisa jadi korban juga, ud...."

"Abang! Abang kok ngomongnya begitu sih?" Potongku kesal.

Gak menyangka omongan yang keluar dari abang yang aku segani kok seperti itu. Ucapannya sih sama seperti yang bang Fajar ucapkan kemarin, tapi kok malah aku merasa baper ya.

"Yah lagi kamu tuh kayanya pengen banget pergi sama dia, emangnya bener kamu ngerasa aman sama dia dek? Walaupun kemarin kamu bilang dia itu kaya perempuan, gerak-geriknya gak kaya pria kebanyakan, tapi tetap aja dia itu pria dek, hormon dan hasratnya ada, gimana kalo ternyata dia malah berbuat yang gak senonoh lebih parah dari yang pernah kamu alami dulu"

"Abang!!!! Abang omongannya udah kelewatan, ngapain juga abang masih ungkit-ungkit kejadian yang udah lama berlalu, udah 3 tahun bang, adek sekarang mau belajar mengatasi rasa takut adek, kapan lagi kalo gak di mulai dari sekarang? Tapi abang sama ibu kekhawatirannya melebihi dari rasa takut yang adek alami dulu, sampe kapan abang sama ibu ngejaga adek bang?" Nafasku memburu setelah berkata panjang lebar.

"Kamu itu keras kepala ya dek, pelaku yang melecehkan kamu itu saudara terdekat loh dek, kamu kenal baik sama dia, terus sekarang kamu mau bersama lelaki yang sama sekali belum kamu kenal, kamu bilang baru ketemu dua kali kan? Dan kamu ngerasa aman? Bisa jadi di balik perilakunya yang kemayu itu ternyata dia lebih jahat dari...."

Kepalaku langsung berdenyut. Aku memutuskan hubungan telepon dan melempar handphoneku ke atas meja dengan kesal.

Perkataan bang Fajar sudah benar-benar kelewatan.

Tanganku mengusap wajahku kesal. Kejadian 3 tahun lalu kembali berputar di benakku.

Handphoneku kembali bergetar. Aku menatap handphoneku nanar.

Biar aja, semakin bang Fajar melarangku semakin besar keinginan ku untuk belajar keluar dari rasa takutku berdekatan dengan pria.

Tekadku sudah bulat.

Langkah awal yang ku ambil kurasa sudah tepat, aku merasa Anto bisa membantuku.

Tbc

Ketemu lagi sama malam Minggu yakkk 😆😂

Buat kalian yg komen2 ga aku balas, maafkeunnn yak, terkadang suka gak nerima notifnya, pas aku baca ulang ceritanya baru kliatan ada komen2 masuk, trs aku jadi balesnya udah kelewat brp hari atau bisa brp minggu setelahnya.

Maafkeunnn yaaaaa
Komen2 kalian itu bagai candu buat akuuuu, menghibur sangat hihihihi 😆
Enjoy reading yaaaa 😘💋

my transformerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang