22. lulus

8.3K 928 286
                                    

Manto POV

Aku berjalan masuk ke dalam kamar, menutup pintu di belakangku, meletakkan ransel di atas meja, membuka kaos dan langsung menghempaskan tubuhku ke atas ranjang.

Pegallll, seharian mulai latihan Muay Thai. Baru gerakan basic aja udah berasa remek badan ini.

Semalam aku kembali memikirkan Leni, tapi entahlah, aku sudah tidak ngotot untuk pendekatan dengannya.

Perkataan abangnya berputar-putar di kepalaku. Ck, padahal kan udah memutuskan untuk melupakan Leni, kenapa malah semakin teringat dirinya.

Suara ketukan pintu membuatku menoleh ke arah pintu.

"To..." Terdengar suara perempuan di balik pintu.

Aku mempertajam pendengaranku.

"Masuk Dit, ngapain pake ngetok-ngetok pintu segala" Jawabku lalu kembali menghempaskan wajahku ke atas bantal.

Suara pintu terbuka dan menutup tidak membuatku kembali menoleh ke arah pintu.

Hening.

Aku menopang kedua siku tanganku lalu menoleh ke arah pintu lagi.

Mataku membulat melihat sosok Leni yang berdiri membelakangi pintu.

Wajahnya terlihat sama seperti yang ku lihat kemarin pagi.

Pucat dan tirus.

Dirinya sakit?

Aku memutar tubuhku dan duduk di atas ranjang.

"Boleh masuk?" Tanyanya pelan.

"Udah masuk kan?" Aku balik bertanya.

Dirinya tersenyum canggung.

Dan kembali mematung.

Aku menghela nafas panjang dengan malas aku bergeser ke tepian ranjang.

"Mau ngapain kemari?" Tanyaku dingin.

Leni menunduk sebentar, menarik nafas lalu berjalan mendekatiku.

Dirinya mengambil duduk di sampingku. Wajahnya benar-benar terlihat pucat.

Aku berdiri berjalan ke arah pantry, bermaksud membuatkan dirinya teh manis hangat. Sepertinya Leni memerlukan asupan energi, melihatnya seperti sekarang ini, rasa-rasanya dirinya bisa saja sewaktu-waktu jatuh pingsan.

Tanpa perlu memikirkan memakai kaos, aku kembali berjalan ke arahnya lalu mengangsurkan mug ke depan wajahnya.

Leni mendongak lalu mengangguk pelan.

"Terima kasih" Ucapnya, kembali tersenyum dengan canggung.

Gak tega juga melihatnya.

Aku duduk menghadap dirinya dengan melipat sebelah kakiku dan satu kakiku lagi menggantung.

Leni menunduk setelah menyesap teh buatanku. Tangannya menangkup mug berbentuk kepala Doraemon kesayanganku.

"Kamu keliatan kurusan Len, sakit?" Tanyaku.

Leni menggeleng.

"Cuma kehilangan beberapa kilo aja, tapi gak sakit" Jawabnya dengan suara pelan, dirinya kembali menyesap teh.

Mencoba kembali tersenyum walaupun gagal, dirinya terlihat sangat rapuh di mataku.

"Teh nya enak, teh apaan ini?" Tanyanya.

"Teh tubruk, cap botol, Dita suka teh itu, aku jadi ikutan suka" Jawabku.

"Ohh, Dita suka ya" Katanya mengulang perkataanku sambil mengangguk-anggukkan kepalanya pelan.

my transformerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang