Prolog: Adik

170 2 0
                                    



Cerita ini terinspirasi dari salah satu kenalan author yang author kenal selama di Jepang. Kurang lebih cerita nya sama namun author juga menambahkan beberapa bagian agar jalan cerita semakin menarik namun tetap dilandasi oleh pengalaman kenalan author tsb. Dimohon kebijaksanaannya dalam menikmati cerita ini.



***

Malam itu sudah terlalu larut. cerah walau sedikit ada sedikit awan yang menghalangi cahaya bulan. di depan sebuah motel tua.

"Rie-chan~ Aku senang hari ini kamu luang. Kamu itu cantik, tapi beberapa bulan ini kamu bahkan tidak menerima panggilan" Seorang laki-laki berambut merah terang meletakkan tangannya di pinggang Rie. Ia memakai kemeja panjang yang tidak dikancing, dengan dalaman tanpa lengan berwarna hitam dan memakai celana jeans robek. Terlihat beberapa tindikan di telinganya.

"Benarkah? Maaf aku sangat sibuk beberapa bulan kemarin, tapi akhirnya aku bisa meluangkan waktu untukmu" Ucap Rie, sambil tersenyum manis kepada lelaki itu.

Lelaki itu tertegun, jemarinya yang panjang itu meraih dagu Rie dan membawanya lebih dekat ke wajahnya "Senyummu sangat manis. Tapi, aku akan membayarmu dua kali lipat kalau kau menunjukkan wajah menantangmy padaku" Ucap lelaki itu sambil tersenyum.

"Begitukah? Kalau begitu pegang janjimu" Ucap Rie, yang segera melepaskan wajahnya dari genggaman lelaki itu. Dan saat itu Rie melihat sesuatu di gang kecil tepat di belakang mereka.

"Eiji, tunggu sebentar" Rie segera melepaskan tangan Eiji dari pinggangnya, dan berjalan cepat mendekati gang itu. Rie yakin ia melihat sesuatu di gang itu, dan hal itu bukan hanya dugaan saja setelah Rie melihat sosok yang ia kenali.

Wajah Rie berubah menjadi ekspresi datar.

"Naoki...."

Perlahan Rie berhenti dan tertegun

"aku tahu itu kau" Ucap Rie.

Dan sesaat setelah Rie mengatakannya, lelaki yang yang disebut Naoki itu berjalan mendekati Rie, keberadaannya yang awalnya tertutup bayangan segera terlihat jelas oleh lampu jalanan.

"Rie-chan, ada apa??" ucap Eiji kebingungan dan mengejar Rie

Eiji berhenti tepat di sebelah gadis itu.

Yang ia temukan adalah seorang lelaki yang jauh lebih tinggi darinya, tubuhnya kurus tapi tegap, kulitnya sangat putih dan terlihat mulus. Dan yang paling penting, wajahnya sangat imut untuk ukuran seorang lelaki. Bahkan Eiji terkejut melihat lelaki baby face ini.

"Eiji?" Rie baru menyadari Eiji mengikutinya. "Bukan apa-apa. Aku hanya merasa diikuti tadi" Ucap Rie.

Alis Eiji terangkat sedikit "Hah? Jadi dia mengikutimu?" Ia segera menggulung lengan bajunya, bersiap memukul Naoki.

"Eh? Jangan Eiji!" Rie segera menggenggam lengan Eiji, mencegahnya bergerak. "Dia ini adikku" Ucap Rie

"Sepertinya dia khawatir denganku karena belum pulang. Eiji, maaf tapi aku ingin bicara berdua dengannya sebentar" Rie menatap Eiji, berharap Eiji akan menyetujuinya.

Eiji tak bisa melawan keinginan gadis manis di depannya. "Baiklah, hanya 5 menit. Dan kau!" Eiji menunjuk pada Naoki "Tak perlu khawatir dengan kakakmu, bocah" Dan setelah itu Eiji berjalan menjauh. Cukup jauh sampai ia tak bisa mendengar apa yang dibicarakan Rie dan Naoki, namun cukup dekat untuk mengawasi mereka berdua.

Setelah Eiji berjalan cukup jauh, Rie menghela napasnya.

"Kau ini... apa yang kau lakukan disini?" Tanya Rie.

Naoki memiringkan kepalanya, tak tersenyum, tak bingung. Ia tak menunjukkan eskpresi apapun.

"Aku ini adik Rie-san?" Tanyanya dengan nada yang sedikit mengejek.

"Dia akan pergi kalau aku tidak bilang begitu" Ucap Rie "Dan kamu belum menjawab pertanyaanku"

"Apa dia sebegitu pentingnya sampai Rie-san bilang begitu?" Tanya Naoki lagi.

"Kau tahu seberapa pentingnya uang kan? Sekarang pulanglah. Ibumu pasti khawatir" Ucap Rie lagi.

"Hmm? Ibu ya? Ya, dia pasti khawatir" Naoki tersenyum kali ini. Namun bukan senyum senang atau bahagia. Senyum penuh keraguan.

"Ya, kalau begitu pulanglah" Ucap Rie lagi yang berniat untuk menyudahi pembicaraan ini ketika Naoki kembali memanggilnya.

"Rie-san" Panggilnya. "Mungkin umurku jauh di bawah Rie-san, tapi aku hanya ingin menjadi lelaki yang pantas untuk Rie-san" Katanya dengan wajah serius.

Rie bukan orang yang mudah luluh, tapi tatapan kesungguhan dari lelaki yang lebih muda di depannya ini sedikit menggoyahkan hatinya. Rie segera menatap ke arah bawah untuk menghindarinya.

Tapi tiba-tiba ia merasakan kehangatan menyelimuti seluruh tubuhnya.

"Hei, apa yang kamu laku-"

"Tetaplah seperti ini. Setelah ini elus kepalaku, atau tidak orang yang sangat penting itu tidak akan percaya aku ini adikmu" Naoki berbisik pelan di telinga Rie.

Rie terdiam sebentar, sebelum akhirnya menuruti kata lelaki ini. "Baiklah" Ucapnya pelan lalu membalas pelukan lelaki itu. Sedetik kemudian Rie melepaskannya, dan mengelus kepalanya pelan.

Naoki tersenyum. Walaupun ia sendiri yang menyuruhnya, ia senang bisa merasakan sentuhan gadis ini lagi.

"Kalau begitu, hati-hati di jalan adikku" Ucap Rie menekankan kata 'adikku' sebelum pergi menjauh dari tempat itu. Rie berjalan menuju Eiji yang sedari tadi memperhatikan mereka berdua sambil merokok di sebelah vending machine.

"Apa yang dia katakan? Apa dia marah padaku?" Tanya Eiji, dengan nada yang sedikit iseng. Ia membuang puntung rokoknya yang masih panjang.

"Ya.. sepertinya begitu" Jawab Rie.

"Adik yang protektif ya" Ucap Eiji pelan, tanpa maksud untuk membicarakannya dengan Rie.

Mendengar itu Rie hanya menatap tanah, memikirkan tentang Naoki lagi.

"Ya, dia sangat protektif"

Sampai disini, pasti kalian bingung siapa Naoki dan apa hubungannya denganku.

Karena itu, kita harus kembali ke 3 bulan yang lalu.

Filthy Roses (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang