Hari pertama masuk sekolah, Ika berangkat diantar Saadi, Ayah Ika, karena memang hari pertama masuk sekolah tidak boleh bawa motor sendiri.
Jam 6.20 pagi Ika sudah sampai di SMA Nusantara. Ia mencari namanya di depan pintu-pintu kelas. Mulai kelas X IPA 1 sampai kelas X IPA 6 sudah ia lihat, ternyata tidak ada namanya. Kemudian ia melanjutkan jalannya ke kelas-kelas selanjutnya. Ternyata namanya ada di kelas 10 IPS 2.
"Alhamdulillah kelas terakhir". Katanya sambil mendengus sedikit kesal. "Udah jalan muter lewat ujung sana, eh ternyata kelasku cuma disini, huh... "
Ika masuk ke kelasnya, belum ada satupun orang di dalam kelas. Ia duduk di meja nomor 2 bagian tengah kanan. Lima menit berlalu, masih belum ada teman yang datang. Beberapa detik kemudian, ada orang yang datang. Baru sampai di depan pintu, dia berhenti dan menatap Ika dengan sedikit bingung. Ika pun juga menatapnya penuh rasa bingung.
"Keisha Hafika Kumari?" Kata orang tersebut sambil tangannya menunjuk-nunjuk Ika.
"Naditya Makaila Azza?" Sahut Ika sambil ia berdiri. Kemudian ia menghampiri orang tersebut dan memeluknya. "Azza... Aku kangen banget sama kamu Zaaa.. kamu ko ga bilang sih kalo mau sekolah di Jogja?"
"Aku juga kangen sama kamu Ikaa.. 3 tahun kita pisah, dan hari ini Allah mempertemukan kita Ka..." Jawab Azza sambil sedikit tertawa.
Azza adalah teman lama Ika. Tiga tahun yang lalu, Daris, Ayah Azza ditugaskan di Jakarta sehingga Azza dan Marwa, Ibu Azza, harus ikut pindah ke Jakarta. Dan sejak itu pula Azza pisah dengan sahabatnya, Ika.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!" Seru Bu Tutik, salah satu guru di SMA Nusantara.
"Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh!" Jawab seluruh siswa kelas X IPS 2 dengan kompak.
"Selamat pagi anak-anakku semuanya. Sebelumnya saya perkenalan dulu ya? Nama saya Tutik Hartanti, saya diberi amanat oleh kepala sekolah untuk menjadi wali kelas kalian selama satu tahun kedepan. Saya mengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia. Emm.. apa lagi yaa yang perlu saya sampaikan?... Oh iya, anak saya satu, laki-laki, satu tahun lebih muda dari kalian semuanya. Apalagi nak? Ada yang mau bertanya tentang saya?" Tutik memperkenalkan dirinya.
Aziz mengangkat tangan "Alamat rumah bu, sama nomor telepon hehehe"
Kemudian Tutik menuliskan alamat rumahnya dan nomor hpnya di papan tulis. "Sudah jelas ya nak? Baik, saya kira cukup perkenalan saya. Sekarang ganti kalian yang memperkenalkan diri! Mulai dari meja depan saya!"
****
"Boleh aku duduk disini?" Kata seorang gadis yang ingin duduk di samping Azza.
"Boleh-boleh, duduk aja gapapa." Jawab Azza dengan senyuman ramahnya.
Azza dan Ika mengajak gadis itu bersalaman dan berkenalan. Gadis itu adalah Salsa, anak kelas X IPS 3. Ketika mereka sedang asyik mengobrol, tiba-tiba ada yang mengagetkan mereka.
"Hallo Salsa!" Sapa Witan.
Mereka bertiga kaget.
"Riyan! Sini!" Witan melambaikan tangan memanggil Riyan. "Sa gue gabung duduk disini ya? Iya Tan duduk aja. Oke!" Witan bertanya dan ia jawab sendiri.
"Eh lo beneran mau duduk disini Tan? Kenapa ga dibelakang aja sih Tan? Masih kosong tuh!" Kata Riyan sambil menunjuk kursi bagian belakang yang masih kosong. "Kalo duduk disini gabisa gojek Tan!"
"Udah sih gausah berisik, kalo mau ya tinggal duduk, kalo engga ya terserah lo!" Jawab Witan singkat.
"Heh ini udah mau dimulai lho acaranya. Kalo mau duduk disini tu gek duduk Riyan!" Salsa sedikit membentak.
"Iya udah sih, gausah bentak-bentak gitu juga kali Sa!" Riyan dan Gara pun ikut duduk bersama Witan. "Eh Sal, kenalin dong temen-temenmu yang cantik ini. Hahaa..."
"Ah Riyan! Kalo sama cewek cantik aja, ga sabaran!" Dengan sedikit kesal, Salsa memperkenalkan kedua teman barunya kepada Riyan.
"Wah Gar! Enak ya lo, sekelas sama cewek-cewek cantik. Haha..." Celutuk Riyan.
"Yaela, sa ae deh Yan" Jawab Gara datar.
Mereka saling bertukar nomor wa. Dan sejak hari itu mereka sering bersama-sama.
****
Pukul 14.20, hampir seluruh siswa kelas X sudah pulang, Ika masih duduk di depan lobi, menunggu ayahnya menjemput. Tiba-tiba ada motor yang menghampirinya. Ternyata adalah Riyan.
"Halloo cantik. Hahaha..." Sapa Riyan
"Ah lo ngagetin gue aja sih. Kok lo bawa motor sendiri Yan?"
"Cowok ganteng mah bebas. Toh gaada yang tau kalau gue murid baru disini. Haha..." Jawab Riyan sambil cengengesan.
"Saksenengmu Yan. Ga ngaruh juga buat gue."
"Lo nunggu jemputan? Bonceng gue aja yok!"
"Gausah, gue nunggu aja." Jawab Ika santai.
"Idiih, gausah jaim deh lo, yok ah keburu sore nih! Jarang-jarang loh cewek yang ditawarin bonceng sama cowok ganteng kek gue."
"Yaudah bentar gue tanya Ayah dulu, udah OTW apa belom." Belum sempat Ika chat ayahnya, ternyata sudah ada chat yang masuk.
Ternyata Ayah Ika tidak bisa menjemputnya. Dan Ika mau tidak mau harus menerima tawaran Riyan, karena ia tidak punya alasan untuk menolaknya.
"Bagusss..." Riyan mengacungkan jempol.
Ika segera naik ke jok belakang motor Riyan. Rumah mereka jaraknya cukup dekat, jadi ya bukan masalah kalau mereka harus pulang bareng.
Selama perjalanan, Riyan menceritakan tentang dirinya. Ika hanya mendengarkan, sesekali meng-iya-kan perkataan Riyan.
20 menit kemudian, mereka sudah sampai di depan rumah Ika.
"Lo mau masuk dulu apa langsung pulang Yan? Tapi dirumah lagi ga ada orang. Langsung pulang aja deh Yan." Kata Ika sambil tertawa.
"Gausah nawarin kalo gitu mah, dasar! Yaudin, gue juga udah laper, langsung pulang ya gue. Lo ati-ati dirumah sendirian, kalo ada hantu jangan lari, tapi ajakin kenalan aja hahaha..."
"Mana ada hantu nongol siang-siang gini, haha... Lo juga ati-ati, gausah ngebut."
****
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
About Friendship
Teen FictionKebarsamaan, kasih sayang, cinta. Persahabatan tidak mungkin muncul tanpa ada kebersamaan. Dimana ada persahabatan, tidak mungkin tanpa kasih sayang. Apalagi persahabatan antara laki-laki dan perempuan sangat tidak menutup kemungkinan ada rasa cint...