Untitled

109 12 9
                                    

Play >> Untitled - Maliq D'Essentials

"Selamat datang di Kafe Arumi!"

Senyuman tak niat serta nada semangat yang dibuat-buat adalah hal yang selalu ku dapat saat memasuki kafe ini. Aku hanya menanggapinya dengan memberikan senyum tipis pada pegawai yang berjaga di depan pintu itu. Biasanya, pegawai itu membalasnya dengan senyum kecut seolah menyampaikan kepenatannya padaku. Namun, kali ini bukanlah senyum kecut yang kuterima melainkan helaan napas serta anggukan samar tanpa senyuman sama sekali.

Hari yang berat, pikirku. Aku hanya berlalu ke sudut kafe menuju tempat duduk favoritku. Setelah meletakkan tasku di atas meja, aku menopang daguku dan melihat ke sepenjuru ruangan. Yah, inilah alasan mengapa sudut kafe ini menjadi favoritku. Di sini aku dapat melihat seluruh pergerakan yang terjadi di kafe ini.

Aku mengedarkan pandanganku untuk mencari seseorang yang menjadi alasan mengapa pagi ini aku datang ke sini. Atau bisa dibilang, alasan mengapa aku menjadi pelanggan kafe ini.

Itu dia!

"Mas!" Aku mengangkat tangan kananku, memanggil seorang pelayan yang tengah membawa lap serta pembersih meja.

Dia tersenyum ramah. "Iya, Mbak. Mau pesan apa?"

Aku menahan napas sejenak, seketika kehilangan kemampuan untuk berpikir dan berbicara. "Hng, itu..."

Aku memejamkan mata. Helaan napas pelan keluar dari mulutku. "Saya pesan roti bakar cokelat keju sama kopi hitam satu."

Dia menulis pesananku dengan tenang. "Baik, saya ulangi. Roti bakar cokelat keju satu dan kopi hitam satu. Ada lagi?"

Aku menggeleng pelan.

Dia tersenyum manis. "Baik. Mohon ditunggu, ya, Mbak."

Pelayan itu berlalu seiring dengan aku yang membiarkan kepalaku terkulai lemas di meja. Aku kembali memejamkan mata berusaha menetralisir degupan jantungku yang tak beraturan.

Pelayan itu, Reno namanya. Dialah yang menjadi alasanku selalu datang ke sini. Dia juga yang berhasil membuatku jatuh hati.

Ingatanku jatuh pada dua bulan yang lalu. Ketika itu, hujan turun dengan derasnya saat aku pulang sekolah. Dan saat itulah kali pertama aku melihat Reno. Di depan kafe tempatnya bekerja, ia memberikan payungnya serta dua plastik berisi makanan kepada seorang anak kecil. Setelahnya, ia mengacak rambut anak itu pelan dan berlari menerobos hujan menuju halte tempatku berteduh. Dia menoleh padaku yang sudah menatapnya. Dia nyengir kecil.

"Hujannya deras, ya."

Aku mengerjap-ngerjapkan mataku. Wajahku terasa panas. Aku langsung membuang muka dan mengusap tengkukku salah tingkah.

Ketika aku menoleh padanya lagi untuk merespon perkataannya, dia sudah sibuk dengan ponsel di genggamannya. Aku hanya bisa menunduk dan berdeham pelan.

Saat itu aku tahu. Ada ruang di hatiku yang tersentuh.

"Ini pesanannya. Satu roti bakar cokelat keju dan satu kopi hitam."

Aku tersadar dari lamunanku dan menatap Reno, pelayan itu, menaruh pesananku di meja. "Makasih."

Dia menatapku lalu tersenyum. "Terima kasih kembali. Semoga harinya menyenangkan, ya."

Dia pun meninggalkanku yang merona akibat ucapannya. Aku menutup wajahku dan mengerang pelan.

Setelah merasa tenang, aku mengangkat segelas kopi hitamku dan menghirup baunya. Baru ketika aku ingin meminumnya, sebuah suara lantang terdengar.

"Renoooo!"

Aku menghentikan gerakanku untuk meminum kopi itu dan segera menatap seorang perempuan yang tengah tersenyum lebar di depan Reno.

Reno tersenyum geli. Dia mengacak-acak rambut perempuan di hadapannya. "Jangan teriak-teriak, Sayang."

Dan seketika aku tersadar. Untuk kesekian kalinya. Bahwa bukan aku orangnya. Bukan aku yang dia inginkan.

Aku menatap kosong secangkir kopi hitamku. Berbagai pertanyaan berkecamuk di pikiranku. Tentang aku dan dia. Pernahkah dia memikirkanku seperti aku memikirkannya? Pernahkah dia merindukanku seperti aku merindukannya?

Aku tersenyum miris. Aku bahkan sangsi dia mengenalku.

Aku meminum kopi hitamku. Membiarkan cairan kafein mengalir di kerongkonganku. Rasa pahit yang menjalar di mulutku, aku biarkan. Berharap itu dapat membuatku kembali ke realita.

Namun, di antara tegukan demi tegukan. Aku tak dapat menghilangkan harapan yang bersemayam di hatiku. Harapan yang berubah menjadi pertanyaan.

Adakah aku di hatimu?

[.]

Hai, semua!

Maaf atas kelamaan apdet ini. Aku juga minta maap sama malleyviccent atas lamanya apdetan ini, heheh.

Tugas sma emang suka bikin pen jedotin pala ke tembok sih. dan aku juga mengalami penghambatan imajinasi. mohon maaf sangat kalo ceritanya tida sesuai dengan harapan dan tidak sejalan dengan lagunya.

hm apalagi ya. cerita lainnya yang udh di request bakal di apdet nanti. mohon maaf ya karna kelamaan.

aku juga belom menentukan ya kapan aja apdetnya. hng, nanti aku kasih tau. untuk saat ini aku mencoba untuk produktif karna liburan. tapi liburan ini aku masih aja ada tugas huhuh jadi aku tidak bisa menentukan.

udah itu aja. makasih udah baca cerita ini!

selamat liburan untuk kalian semua dan besok tahun baru, yaaa. semoga resolusi-resolusi kalian di tahun 2018 terjalankan!

see you in another part! mata ne

30/12/2017

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 30, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PlaylistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang