Who?

12 4 5
                                    

Tet.. Tet.. Teet..
Ku ulurkan tanganku untuk meraih ponselku di meja yang terletak tepat disamping tempat tidurku.

"Ya ampun siapa sih kurang kerjaan nelfon aku jam segini? "
Ku sesuaikan penglihatanku dan melihat sudut atas ponselku yang menunjukan pukul 02 : 46 am.

"Unknown number? "

Kurasa aku tak punya alasan untuk mengangkat telfon salah sambung itu.

Tak berapa lama ketika aku mulai ingin terlelap tidur ponselku berdering kembali tapi anehnya kali ini ketika ku ingin mengangkat telfon itu entah mengapa telfon tersebut sudah terputus dari seberang sana yang entah siapa dengan iseng nya mengganggu jam istirahat orang lain.

Akhirnya tanpa pikir panjang kumatikan ponselku dan kembali terlelap tidur.

*
*
*

"Beca... Rebeca... Bangun
Eh bangun kok malah tidur lagi udah siang nih kamu bisa telat ke sekolah". Teriak mama sambil menarik selimutku.

Akhirnya ku paksakan mataku untuk terbuka dan menerjapkannya beberapa kali.

"Emang sekarang jam berapa ma? " tanyaku kepada mama yang sedang menggeserkan gorden kamarku yang dengan sengajanya ingin menunjukan kepadaku jika saat ini sudah siang

"Kalau tadi mama lihat sih sekitar 06 : 05 am, tapi mama sepertinya udah coba bangunin kamu sekitar 15 menitan. Jadi menurut kamu sekarang jam berapa ?" tanya mama dengan entengnya.

"Haaaaaggh.. Hampir setengah tujuh dong ma.. Aku telat.
Ma tolong bantu aku siapin buku buat hari ini aku mau mandi dulu ma" sambil berlari menuju kamar mandiku.

*

"Ca, sarapan dulu"
Mama menawarkan roti selai coklat berbentuk segiempat yang sudah dilapis dengan satu dari lainnya.

"Papa mana ma? "
Sambil mengambil roti yang ditawarkan mama dan langsung mengihimpit nya di bibirku.

"Udah nunggu di mobil. Oh ini bekalnya.. Hati-hati di jalan ya"

"Iya ma.. Dah mama"
Kupercepat jalanku menuju mobil karena ku yakin papa sudah menungguku dari tadi.

"Eh tuan Putri udah nyampe" ucap papa meledekku yang sangat dan serba tergesa-gesa hari ini karena kesiangan.

Aku hanya bisa nyengir dengan ekspersi malu.

*

"Dah papa" kulambaikan tanganku ke arah papa sambil berlari ke gerbang sekolah dan dari mobil aku mendapat balasan lambaian tangan dari papa.

"Wow. Rekor baru Aurellia Rebeca datengnya kok tepat waktu banget ya.. Hahaha" ucap seorang yg dengan sengajanya membalikan langkah kakinya untuk alasan mengejekku.

"Lho emangnya kenapa lagian aku tepat pada waktu nya gak kayak kamu yang tepat pas habis waktunya alias telat mulu" ucapku disertai wajah masam dengan bibir yang mengerucut.

"Masa bodoh lah" jawabnya sambil berjalan

"Eh kalian berdua masih pagi juga udah berantem, sudah sana masuk kelas nanti malah duluan gurunya yang nyampe kelas" sahut pak satpam dari sebelah gerbang.

"Eh heheh iyaa pak" jawabku sambil berjalan beriringan.

Oh iya satu-satunya orang paling menyebalkan di dunia ini adalah dia, ia dia yang sengaja mengejekku di pagi hari namanya Reyhanz Saputra jika dilihat dari wajahnya semua orang pasti akan berpikir dia adalah anak yang baik-baik dan gak banyak ulah. Ya, mungkin itu yang dipikirkan orang-orang tidak sama dengan pikiranku yang sudah terjajah karena semua ulah jahilnya terhadapku dari kami kecil.

"Eh kalo dipikir-pikir siapa orang yang menelfonku semalam ya? Ehm apakah mungkin Rey ya? Ah bisa jadi"

Terbesit berbagai pertanyaan dikepalaku saat ini.

"Jika memang Rey yang melakukan nya berarti keterlambatan ku dipagi ini memang salah nya kan"

Memang aku selalu terbangun pagi dengan bantuan alarm ponselku tapi tidak dengan hari ini karena aku sudah mematikan ponselku karena kesal dengan bisingnya ponsel yang terus berdering semalam.

Kring... Kring...
Ah belum sempat ku bertanya kepada Rey bel masuk kelaspun sudah berbunyi dengan secepatnya kami berlari kekelas beriringan.

Huh, syukurlah guru belum masuk kelas..

"Rebecca kok tumben-tumbennya kamu datang jam segini? " tanya Vina menghampiriku

"Heheh kesiangan Vin, habisnya ponselku semalam kumatikan jadi gak dengar alarm deh" jawabku dengan ramahnya.

"Eh, eh bu Rika datang" jerit salah seorang siswa yang berlari menuju kursi duduknya di ikuti dengan murid lainya yang langsung duduk siap untuk belajar.

*

"Eh, Rey mau nanya boleh?" tanyaku sambil menghampiri meja Rey.

"Ya udah nanya aja cepet, aku masih banyak urusan nih. Okay aku hitung sampe 5 kalo gak nanya juga aku cabut nih..
1,2,3,4,5 dah aku ke kantin dulu ya"
Dengan angkuh nya meninggalkan ku yang ingin dan harus bertanya.

"Ya, udah apa boleh buat. Eh Van mau temenin aku ke perpus gak?"

"Kayaknya gak bisa deh Ca, aku masih ribet ngerjain soal matematika nih. Kamu pergi sendiri gak papa kan? " dengan mata nya yang berbinar-binar itu..

"Ok. Ok gak papa, aku ke perpus dulu ya. Bye"

Lagi lagi aku pergi ke perpustakaan sendiri tapi kali ini terasa berbeda karena aku merasa diawasi ya saat ini kurasa aku tidak sendirian berjalan di lorong menuju perpustakaan. Aku mencoba untuk tenang dan terus berjalan tapi yang kudapati rasa takut dan penasaran ku hingga akhirnya aku membalikkan tubuhku untuk melihat ke belakang tapi hasilnya tetap nihil karena aku tidak menemukan siapapun yang mengikutiku. Kupercepat langkahku tanpa sadar aku sudah sampai di perspustakaan.

"Eh, Ibu. Selamat pagi menjelang siang bu" sapaku kepada bu Eri penjaga perpus.

Ya aku terkadang menghabiskan waktuku di perpustakaan entah mengapa aku lebih nyaman di kotempat ini mungkin karena suasana tempat nya yang tenang ya karena di perpustakaan memang tidak akan banyak kebisingan karena dapat mengganggu para pembaca buku.

"Iya, Rebecca." Bu Eri membalas sapaan ku disertai senyuman khas nya itu.

"Bu, meja tempat aku biasa baca buku masih kosong kan?"

"Hmmm, sepertinya masih kosong Rebecca. Tapi coba kamu lihat dulu."

"Baiklah bu."

Oh ya, satu-satunya tempat paling nyaman di perpustakaan sekolah ku ini adalah meja baca di sudut sana. Alasanya, karena meja di sudut sana dekat dengan jendela serta mejanya yang lumayan luas dan bisa di gunakan sekitar 4 orang. Ya, tapi aku selalu menggunakan nya berdua bersama Vina jika berkesempatan mengunjungi perpustakaan bersama. Tapi aku rasa kali ini aku akan menggunakannya sendirian lagi.

"Ehm, eh... Aku gak salah lihat kan? Kok ada orang di meja baca favorit ku?" aku bertanya-tanya pada diriku sendiri dan tanpa ku sadari aku memicingkan mataku. Tentu saja anak itu menatapku nanar sebab aku menatapnya penuh pertanyaan.

"Hmm... Eh, maaf bolehkah aku duduk di meja ini juga?" tanyaku tanpa berpikir panjang.

Dia hanya menatapku dan mengiyakan perkataan ku dengan menganggukkan kepalanya.

"Terima kasih. Ngomong-ngomong kamu murid baru ya?"
Pertanyaanku sontak saja membuat nya menatapku kembali.

"Hmm. Ya"

Tanpa ada pertanyaan lajutan aku langsung mengambil tempat untuk duduk berhadapan denganya.

"Wah bisa-bisa aku membatu di meja ini jika aku harus membaca di meja yang sama dengan anak laki-laki yang baru kali ini ku lihat." batinku dalam hati.
.
.
.
.
.
Nah lho siapa yang ngikutin si Rebecca? Belum terungkap ya hehe
Kalo masih penasaran boleh lanjut baca cerita ke next chapter ya. Dan jangan lupa untuk meninggalkan jejak vote dan comment nya ya. ^^

Thane :*

Guardian AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang