Aca

93 10 2
                                    

Penyesalan selalu datang
diakhir, agar kita bisa belajar menghargai suatu hal
-Dini

🏥🏥🏥

"Lo yang tenang yah din, gw yakin Aca itu kuat" ujar diva menenangkan

"Gimana gw mau tenang div? Dokter sampai sekarang belum keluar, dan ini udah 5Jam div, 5 jam" isak dini

"Din, lo jangan kayak gini lo juga harus perhatiin kesehatan lo" nasehat diat

"Permisi, apa disini ada keluarga dari saudara Fasha?" ujar seorang dokter yang baru saja keluar dari UGD

"Kami semua sahabatnya dok" ujar mungga mewakilkan

Sang dokter menghela nafas sejenak, "Saudara Fasha terkena benturan yang sangat keras, hingga menyebabkan saudara Fasha mengalami...," sang dokter kembali menghela nafas, "Amnesia"

Degg!

"Amnesia dok?" ulang jua masih tak percaya

"Iya, Fasha hanya bisa mengingat keluarga dan orang terdekat nya saja" lanjut sang dokter

"Apa kami bisa melihatnya dok?" tanya mungga yang diangguki oleh sang dokter

"Terimakasih dok" ucap Amri

"Sama-sama, kalau begitu saya permisi" pamit sang dokter, lalu pergi

"Ini semua gara-gara gw Ay, aca kayak gini karena gw." tangis dini

"Lo gak boleh nyalahin diri lo din, ini semua udah takdir"tenang aya

"Yaudah, sekarang kita liat kondisi aca" ajak amri yang diangguki oleh semuanya

💔💔💔

Kini Aca sudah di pindahkan ke ruang rawat, ditemani oleh Mungga, Aya, Dini, Diat, dan Diva. Sedangkan Amri dan jua sudah pamit terlebih dahulu

"Kok Aca belum sadar yah?" tanya aya polos

"Kita doain aja semoga dia cepat sadar" ujar diat

"Ca, bangun dong gak capek apa tidur terus? Kasian nih yang lain pada nungguin lo" ujar dini yang duduk di sebelah Kasur aca

"Din, udah dong jangan nangis terus, gak tega gw liatnya" ujar Diva lirih

Namun dini tak menghiraukan ucapan diva, "Ca, ayuk bangun gue kangen sama lo maafin gue yah karena gue lo jadi kayak gini" lirih dini

Namun setelah dini mengucapkan kata-kata itu, jari Aca bergerak

"Yat, div, Jari Aca bergerak" seru dini senang

"Iya, mung cepetan panggil dokter" titah aya

Mungga pun segera memanggil dokter, tak butuh waktu lama Dokter pun datang ke kamar rawat inap Aca.

Aca diperiksa oleh dokter

"Syukurlah kondisi Fasha sudah membaik dan sebentar lagi ia akan segera siuman" jelas dokter, membuat semuanya bahagia

"saya permisi dulu" pamit dokter lalu pergi

"Engh, gue dimana?" erang Aca yang sudah siuman

"Ya allah ca, akhirnya lo sadar juga" seru diva

"Div, yat, mung, mereka siapa?" tanya Aca bingung

Semua orang yang berada di dalam ruangan aca seketika kaget, mereka tidak mengira bahwa aca benar-benar lupa terhadap beberapa orang disana, terutama dini.

Ada rasa sakit dihati dini saat mengetahui bahwa Aca tidak mengingat dirinya. Tidak ingin ada yang melihatnya menangis, dini pun pergi keluar ruangan menuju taman yang ada di rumah sakit.

Disana Dini menangis dengan sangat kencang, sungguh hati nya merasa sakit melihat aca yang benar-benar tidak ingat pada dirinya.

"Din, sabar yah gue yakin cepat atau lambat aca akan inget lagi sama lo" Ujar Diva

Dini menatap Diva dengan lirih, "Kalau dia gak inget sama gue lagi gimana div?"

Diva menghela nafas lelah, "Gue yakin Aca akan inget sama lo, sekarang lebih baik lo pulang dulu yah? Tenangin diri lo, lo juga harus Jaga kesehatan din"

"Iyaudah gue balik dulu ya"

"biar dianter sama diat ya? Please" Ujar diva memohon

Dini hanya mengangguk pasrah sebagai jawaban. Diat berjalan terlebih dahulu menuju mobil di ikuti oleh Dini dibelakang nya dengan kepala menduduk.

Diat memasuki mobil, begitupula dengan Dini. Diat melajukan mobil nya menuju rumah Dini dengan kecepatan sedang. Di dalam mobil terjadi keheningan, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.

Dini memilih melihat jalanan lewat kaca mobil. Mobil Diat melewati jalanan dimana kecelakaan itu terjadi. Tanpa disadari Dini, air mata kembali menetes membasahi pipi mulus milik nya. Diat yang mendengar suara sesenggukan dari arah sampingnya pun menoleh, diat mengernyitkan dahi bingung, namun beberapa detik kemudian Diat mengerti alasan Dini kembali menangis.

"Eh Din sorry ya, gue ga maksud buat bikin lu sedih lagi" Diat menggaruk leher nya yang tak gatal.

Dini menyeka air mata nya, "Gpp kok yat bukan salah lo juga" Dini memaksakan senyum nya.

Diat mengangguk tak enak, kemudian kembali fokus menyetir. Setelah beberapa menit kemudian, mobil Diat telah sampai di depan pagar rumah milik Dini.

Dini keluar dari mobil Diat setelah mengucapkan terimakasih. Setelah mobil Diat sudah meninggalkan pekarangan rumah Dini, barulah Dini masuk kedalam rumahnya dan langsung pergi ke kamarnya tanpa menghiraukan panggilan dari mama nya.

🌻🌻🌻

Tbc.

Hayyy gayseee mmohon maaf ya author baru updat setelah bertahun-tahun ber abad-abad tidak update dan menggantungkan cerita ini :v

"Tau lu thor, udah tau di gantung ga enak"

'Hehehehe author yang jelek ini minta maaf ya :v'

Udah segitu aja deh, maaf ya kalau banyak typo dan kalau part ini ga dapet feel nya dan juga gaje. Tapi untuk di part berikutnya semoga aja bisa lebih baik, amin :)

Hehehe doain semoga bisa update lancar ya, sayang kalian💚💚

Jangan lupa vote + coment ok💖💖💖

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 07, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Love BadBoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang