Mengenangmu - Sequel Anugerah Terindah Yang Pernah Kumiliki

268 27 7
                                    

Title : Mengenangmu – Sequel Anugerah Terindah Yang Pernah Kumiliki

Pairing : WonKyu, Siblings!MinSu, a bit KrisHo

Disclaimer : All casts are belong to their self and God, Kerispatih and their label company

Inspired : Mengenangmu by Kerispatih

Warning : Un-betaed, GS, AU, Character death, a bit angst, OOC

Summary : Biarlah aku menyimpang semua ingatan tentangmu sampai aku bisa bertemu kembali denganmu. Akan aku bawa cinta ini sampai kapanpun.

( 。・_・。)(。・_・。 )

Selangkah demi selangkah aku berjalan mendaki menuju ujung bukit kecil ini. Angin semilir yang cukup dingin yang dengan setia membelai rambut panjangku, tidak menyurutkan niatku untuk berjalan menanjak mencapai tujuanku. Hanya sekitar sepuluh menit dari tempat aku memarkirkan mobilku, aku sudah berada di atas bukit yang mengarah kepada sebuah danau buatan yang indah.

Aku berjalan lagi ke satu tempat yang sudah menjadi tujuan utamaku selama lima tahun ini. Begitu sampai, aku langsung memandang ke satu titik dimana satu makam terpampang jelas di depan mataku. Kemudian aku meletakan rangkaian bunga yang sejak tadi ada ditanganku tepat di depan nisan yang bertuliskan nama seseorang. Seseorang yang sudah menjadi pendamping hidupku sampai Tuhan memutuskan bahwa sudah tiba saatnya dia berada disamping-Nya.

Rest in Peace

Choi Siwon

Our beloved husband, father, and best friend

Your memories will always be in our heart

"Yeobo. Apa kabar?" tanyaku memasang senyum terindahku dan sambil memposisikan diriku di samping nisan suamiku, Siwon. Aku membelai sayang nisan itu seakan aku membelai rambut suamiku saat dia masih hidup.

Siwon memang telah berpulang ke samping Tuhan setelah dua bulan pasca operasi untuk kanker otaknya. Awalnya Siwon masih baik-baik saja. Dia bahkan masih bersendu gurau dengan kedua anak kami, Minho dan Suho. Dia juga masih sempat menggodaku yang terus marah melihat kedekatan Kris dan Suho.

Dua bulan itu merupakan dua bulan yang paling membahagiakan sekaligus paling menyakitkan karena biarpun Siwon masoh bersama kami tetapi ternyata waktu adalah waktu yang diberikan Tuhan untuk kami bisa melihat dan merasakan kehangatan seorang Choi Siwon.

Masih jelas diingatanku, jeritan kesakitan dari Siwon saat kepalanya mendadak sakit. Tuhan tahu benar benar betapa hatiku hancur melihat suamiku yang terus merintih kesakitan dan akhirnya harus diberikan obat bius agar dia bisa sedikit tenang. Waktu itu aku masih bisa bernafas lega karena tidak perlu lagi mendengar dan menyaksikan kesakitan Siwon.

Namun, rasa lega itu berganti duka ketika pagi harinya aku mencoba membangunkan Siwon, suamiku itu tidak bergeming sama sekali. Panik, ketakutan, cemas, semua mendera hatiku saat aku sama sekali tidak bisa merasakan denyut nadi, detak jantung dan deru nefasnya. Butuh waktu tiga puluh menit bagiku untuk menyadari bahwa Tuhan lebih menyayangi Siwon dan lebih memilih agar dia berada disisi-Nya daripada Siwon terus menderita di dunia ini.

Kepergian Siwon merupakan pukulan telak bagiku dan kedua buah hatiku. Pria itu adalah segalanya untuk kami dan Tuhan mengambilnya begitu saja. Tak ada kata selamat tinggal, tidak ada wejangan dari Siwon sebelum dia pergi, atau apa saja yang bisa membuatku melepas kepargiannya dengan lapang dada. Apa saja. Tapi tidak, Siwon pergi mendadak di saat aku hanya pulang ke rumah sebentar untuk mengambil pakaian ganti. Dia meninggalkanku, meninggalkan kami semua yang mencintainya.

"Sayang, apa kau baik-baik saja disana? Apa malaikat Tuhan memperlakukanmu dengan lembut? Semoga saja ya sayang. Jika tidak, saat aku menemanimu nanti, aku akan menghajar mereka satu per satu. Kau tenang saja." Candaku sambil tertawa kecil karena membayangkan bagaimana Siwon yang kewalahan menahanku untuk tidak menghajar malaikat-malaikat yang usil kepadanya.

Aku tertawa beberapa saat sampai aku kembali terdiam. Aku masih saja mengusap nisan Siwon mencoba merasakan kehadirannya. Padahal aku tahu itu tidak mungkin. Aku tahu, kami sudah berbeda dunia. Dia sudah damai disana. Siwonku sudah tidak kesakitan lagi. Penderitaannya berakhir. Tak ada lagi orang yang akan merendahkan dirinya karena kekurangannya, tidak ada lagi kemoterapi dan obat-obatan yang terlampau keras sampai membuat lambungnya tak kuat. Siwon tak perlu lagi menyembunyikan wajah menahan sakitnya jika sedang bersamuku. Dia benar-benar sudah terlepas dari itu semua. Dia sudah bebas.

Tapi, sialan! Kenapa sampai sekarang aku tidak bisa melepaskan dirimu sayang. Kenapa kau selalu saja terbayang dibenakku. Aku benar-benar bukan apa-apa tanpamu. Apa yang harus kulakukan agar rasa kehilangan ini, rasa pedih ini, sirna dalam hatiku.

Airmataku tak pernah habis jika aku mengingat semua hal tentang Siwon. Setelah lima tahun atau bahkan berpuluh-puluh tahun setelahnya, hanya Siwon yang akan selalu mengisi relung hatiku. Tak ada yang bisa menggantikan tempatnya. Dan airmata ini menjadi saksi bahwa aku tak mungkin bisa jika dia tidak ada.

Apa yang harus aku lakukan Tuhan? Aku ingin sekali merelakan dirinya untuk pergi karena aku tahu itulah yang terbaik untuk Siwon. Tapi rasanya sakit, sakit sampai aku tak bisa bertahan lagi.

Aku mengambil nafas panjang lalu memenjamkan mataku yang sudah basah sejak tadi karena airmata. Selalu seperti ini. Selalu saja seperti ini jika aku berziarah ke makam Siwon pada ulang tahunnya. Ketegaranku yang aku tunjukkan saat didepan orang lain akan luluh begitu aku di dekat makamnya. Aku memang masih belum bisa melepasnya tapi demi Siwon, demi dirinya aku akan berusaha sekuat tenaga untuk bisa merelakannya meski itu membutuhkan waktu yang lama.

Aku kembali membuka mataku lalu menatap nisan Siwon sebelum berdiri. Aku mengusap kedua pipiku lalu kembali mencoba memberikan Siwon senyum terbaikku meski dia tidak bisa melihatnya lagi.

"Yeobo, sayangku, kuda gagahku, apa kau merindukanku seperti aku merindukanmu? Aku harap begitu. Tidak ada satu hari pun aku tak merindukanmu Siwonnie." Ucapku sedikit terisak.

"Siwonnie... Tunggu aku ya sayang. Tunggu aku sampai aku bisa bersamamu lagi. Maafkan aku jika kau menunggu terlalu lama, tapi aku mohon kau jangan bosan ya." Lanjutku lagi. Sekuat tenaga aku menahan agar airmataku tak kembali keluar. Meski Siwon tidak dapat melihatku seperti ini tapi aku masih ingat, dia sangat membenci wajah sedihku apalagi jika aku sampai menangis.

Siwon, mungkin aku akan kesulitan untuk merelakan kepergianmu tapi aku yakin aku bisa untuk terus mengenangmu dalam hatiku. Mengenangmu sampai ajal menjemputku. Jika saat itu tiba, kita akan mengulang lagi kisah cinta kita karena satu-satunya yang tidak berubah dari hidupku dan juga diriku adalah perasaan cintaku kepadamu. Hanya kau sayang. Hanya kau.

"Aku mencintaimu Siwonnie. Selalu dan selamanya." Dengan ucapan terakhir itu, aku berbalik dan meninggalkan makam Siwon. Tahun depan aku pasti ke tempat ini lagi dan mungkin aku akan mengulangi hal yang sama. Bersedih, merutuki takdir yang memisahkan aku dan Siwon, menangis, lalu kembali tegar untuk menghadapi hidup. Ya, selalu sama. Seperti rasa cintaku kepadanya.

Aku terus melangkah sampai aku merasakan angin lembut yang membelai pipiku. Aku sedikit merasa aneh karena angin itu sangat hangat. Seperti kehangatan seseorang.

"Siwonnie?"

Aku juga mencintaimu baby Kyu. Selalu dan selamanya. Ingatlah itu.

END

Sweet And SourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang