"Karin!" teriak Rafan sambil menghampiriku. Wajahnya berkeringat dan masih memakai baju basket, kemudian duduk dibangku kosong sampingku.
"Ih, lo bau banget sih! Jauh- jauh sana dari gue!" ucapku sambil menutup hidungku dengan tangan kiri, sedangkan tangan kananku sibuk memainkan Hp.
" Elah, gue wangi ya walaupun keringetan gini." ucapnya sambil mencium lengan kanan dan kirinya.
" Wangi dari Hongkong? Yang namanya keringat itu bau, sumber penyakit. Udah, jauh- jauh sana dari gue! Gue nggak mau sakit karena keringat lo yang penuh kuman itu!"
"Eh, gue bukan sumber.penyakit ya. Lo nggak percaya? Sini deh!" ucapnya sambil menarik tanganku yang menutup hidung kemudian memelukku erat.
"Ih, apaan sih. Lo bau tau!" ucapku sambil mencoba melepas pelukannya. Namun nihil, tidak bisa.
"Benerkan wangi buktinya aja lo betah gue peluk."
Hahaha, sejak kapan ya bahasa kita jadi lo- gue? Kamu tau nggak, kamu meluk aku itu dosa loh. Kitakan belum muhrim. Aku juga dosa sih, nggak ngehalangin kamu. Namanya juga tiba- tiba, mana aku tau. Tapi, ah sudahlah nggak jadi. Suasananya tiba- tiba jadi akward gini. Semoga kita tetap jadi teman yang selamanya, walaupun nggak ada yang abadi. Pasti ada perpisahan disetiap pertemuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Do You Love Me ? [END]
Short StorySejak waktu aku mengungkapkan perasaanku padamu, dirimu begitu berubah dan perlahan menjauh. Aku bertanya- tanya. Apakah salah perasaanku ini? Kau terlihat begitu membenciku. Mungkin tidak secara langsung semua itu kau tunjukkan padaku. Tapi aku cuk...