Awal dari semuanya

25 2 5
                                    

Sebelum aku menceritakan lebih jauh lagi, aku ingin mengingatkan pada kalian, jika ada diantara kalian yang tidak suka adegan  kekerasan yang berdarah-darah kalian bisa melompati bagian-bagian yang menceritakan adegan kekerasan dalam ceritaku, sebisa mungkin aku akan berusaha untuk membuat kalian nyaman saat kalian membaca tulisanku tanpa harus membaca bagian yang mengerikan, walaupun aku tidak berjanji.

***

Semua bermula di tahun 2013, saat itu di Bandung sedang musim hujan di pertengahan bulan September, sepulang dari sekolah seperti biasanya aku langsung pulang ke rumahku di jalan  buahbatu ditemani hujan gerimis yang berlangsung sejak tadi malam tanpa henti ditemani dengan seorang teman atau lebih tepatnya orang yang sudah ku anggap sebagai sahabatku sendiri.

Nissa, itulah namanya. Atau lebih tepatnya begitulah aku memanggilnya. Dia sudah kuanggap seperti sahabatku karna kami sudah saling mengenal sejak kami kecil, dia adalah orang yang paling mengenal tentang sifatku yang cuek, tomboy, dan seenaknya, tapi dia menerima semua sifatku dengan senang hati seolah-olah itu tidaklah masalah untuknya. Dia juga paling tau tentang bagaimana sifat keluargaku kepadaku, tentang mereka yang selalu mencampakkanku, tentang mereka yang selalu memperlakukanku dengan kasar tanpa kasih sayang hanya karna aku terlahir sebagai seorang perempuan. Sangatlah berbeda sekali dengan cara mereka memperlakukan adikku yang selalu dimanjakan oleh mereka.

***

Sesampainya dirumah seperti biasanya aku langsung masuk ke kamarku untuk mengerjakan tugas sekolah yang diberikan oleh guruku tanpa menghiraukan mereka yang sedang bercengkrama ria di ruang keluarga di rumah ini. Ukuran kamarku sendiri tak lebih dari 2x2 meter persegi dengan sebuah kasur tempatku tidur dan sebuah lemari untuk menyimpan pakaianku. Cukup kecil bukan.? Ya, aku tau, tapi setidaknya disinilah aku bisa mendapatkan sedikit kenyamanan atas diriku sendiri sendiri. Tak banyak hal yang bisa kuceritakan tentang kamarku Karena memang tak ada yang bisa diceritakan.

***
(Jika kalian tidak suka dengan adegan kekerasan kalian boleh lewati bagian ini.)

Makan malam, itu yang sedang kulakukan disini, di ruang makan bersama dengan mereka yang harus kusebut keluargaku. Disamping kiriku kini sedang berada adikku, Ayahku berada dihadapanku, disampingnya ada ibuku, dan juga abangku di bangku yang berada di sebelah kananku yang baru saja selesai dengan acara makan malamnya kemudian pergi ke kamarnya yang berada disamping kamarku tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Semuanya berjalan dengan tenang, atau setidaknya sampai ayahku berkata.

"Kamu bikin ulah lagi.?!" Tanya ayahku padaku yang terdengar seperti sebuah tuduhan, sedangkan aku hanya diam sambil tetap meneruskan acara makan malamku dengan tenang.

"Kalo ayah nanya sama kamu jawab.!" Bentak ayahku sambil menggerbrak meja makan.

"Aku selesai." Ucapku sambil berdiri dan membereskan piringku kemudian berjalan ke arah dapur tanpa menghiraukan ucapan ayahku yang terus membentakku bahkan puncaknya terjadi saat aku akan kekamarku yang kebetulan memang harus melewati kembali ruang makan, ayahku berdiri disana berniat menghadangku kemudian...

*plak.!!!* *bruk.!!!*

Akupun hanya bisa diam tersungkur tak percaya dengan apa yang dilakukan oleh ayahku. Ya, ayahku menamparku. Atau itu lebih cocok disebut sebuah pukulan jika dilihat dari tanganya yang mengepal keras.

"Itu pantes kamu dapetin dasar anak sialan.! Karna  kamu gabisa ngehargain orangtua.!" Ucap ayahku. Aku hanya bisa diam menahan rasa sakit di pipi sebelah kiriku yang kini berdarah kemudian berlari ke kamarku sambil menangis.

***

Dikamarku, aku hanya bisa diam diatas kasur sambil menangis menahan rasa sakit dipipiku akibat ditampar oleh ayahku.
'Apa salahku.?' Fikirku dalam hati kemudian aku meruntuki kebodohanku. "Ah iya, ayahku pernah berkata bahwa kesalahan terbesarku adalah terlahir sebagai seorang perempuan."

Revenge - awal dari semuanya.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang