(1) Tetangga Baru

119 40 59
                                    

"Keren banget gayanya!"

"Rambutnya duh nggak nahan!"

"Lengannya kekar banget woy!"

"Dadanya pelukable banget cah!"

Suara teriakan-teriakan itu membahana meriah di sekitar lapangan basket. Dan pelakunya tak lain adalah cewek-cewek.

"Hadeh, malah pada salfok ya?" komentar Maya di tengah riuhnya penonton.

"Namanya juga cewek May, nggak cuma cowok aja sekarang yang lihat bening dikit belok."

"Hahaa... Eh, jangan bilang lo nggak tertarik Cha?"

"Kagum aja, anak baru udah bisa lawan senior. Tapi Echa tebak dia juga dari sekolah yang bagus dulunya."

"Iya sih, palingan dari sekolah unggulan."

Pertandingan one by one itu bukan tanpa alasan. Tadi pagi di parkiran terjadi keributan antara geng kakak senior dengan anak baru itu, tapi sebelum keributan menjadi besar untung saja Pak Andi segera datang dan langsung melerai mereka. Keributan pun berhenti namun malah berakhir dengan tantangan duel one by one dari si senior.

Kebanyakan siswa tidak tahu apa yang sebenarnya mereka ributkan, tapi ya karena mungkin takdir manusia yang memang sudah ahli dalam hal duga-menduga, maka banyak sekali tersebar berita hoax mengapa mereka sampai tanding begini.

"Kalian juga nonton beginian?"

Echa dan Maya kompak menoleh ke belakang ketika sebuah suara mengejutkan mereka.

"Kenapa emangnya?" tanya Maya duluan.

"Nggak guna lah,"

"Bayu dari mana emangnya?" selak Echa sebelum terjadi perdebatan antara Maya dan Bayu.

"Rapat OSIS tadi Cha, ayo balik kelas udah mau bel masuk." ajak Bayu sambil merangkul pundak Echa.

"Padahal sekelas sama gue tapi ngajaknya Echa," Maya mencebikkan bibirnya kesal kemudian melangkah duluan sambil menghentak-hentakkan kakinya ke tanah.

Bayu dan Echa saling pandang sebentar kemudian tertawa bersama.

"Sini sama gue, lo kalo marah terus cepet tua lah May!" goda Bayu sambil merangkul pundak Maya dengan tangan kirinya dan Echa di tangan kanannya.

"Bodo amatlah," timpal Maya cuek namun kedua pipinya sudah merah merona.

*****

"Assalamu'alaikum Ma! Echa pulang!" salam Echa ketika baru saja memasuki rumahnya.

"Wa'alaikumussalam Cha," jawab mama Echa dari dalam dengan sedikit berteriak.

Echa tersenyum sumringah ketika mencium bau roti panggang, dengan semangat ia langsung menuju dapur.

Echa langsung menyalami tangan mamanya, "Kok banyak banget Ma buat rotinya?"

Mama Echa tersenyum lembut sambil tangannya bergerak memindahkan roti yang sudah matang ke wadah tupperware besar. "Buat sahabat mama, Cha."

Seperti teringat sesuatu, Echa langsung menepuk dahinya pelan. "Ada tetangga baru ya Ma?"

"Iya, itu sahabat Mama sayang."

"Punya dedek bayi nggak Ma?"

Tangan Mama Echa terhenti seketika, lalu berusaha tersenyum meski malah menampilkan senyum getir, "Iya, nggak dedek bayi tapi soalnya udah kelas 1 SD."

Sepertinya Echa tidak menyadari perubahan raut wajah Mamanya, masih dengan semangat ia bertanya, "Cowok apa cewek?"

"Cewek,"

"Ah, Echa jadi pengen main Ma," rengek Echa.

Mamanya menggeleng pelan, "Jangan sekarang dulu lah Cha, mereka masih beres-beres."

Echa mengerucutkan bibirnya, kecewa.

"Eh, tapi katanya Bu Diana juga punya anak cowok lho," ucap Mama Echa semangat.

Echa mengernyitkan keningnya bingung, "Siapa? Echa kenal?"

"Emang belum kenalan? Padahal satu sekolahan sama kamu lho Cha,"

Otak Echa berpikir cepat, melesat kembali ke aktivitas di sekolah tadi, begitu terpikir suatu hal kedua bola mata Echa kontan membulat. "Si ganteng?" ucap Echa tanpa sadar, sedangkan Mamanya terkekeh geli.

*****

Happy reading 😊
Tinggalkan jejak ya kawan.

Salam kenal dari penulis amatir akhir 2017.

Around YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang