Berdebat =07=

10 6 4
                                    

Malam ini Lutfi sedang berdiri di atas balkon kamar, menikmati hembusan angin yang masuk ke celah-celah kulitnya, malam ini angin memang cukup kencang, rambutnya yang hitampun berantakan tak karuan.

Bukannya merasa dingin, Lutfi malah terus berdiri di sana, dengan posisi tangan yang dimasukkan kedalam saku celana jeans selutut yang ia pakai dan matanya menatap langit yang gelap dan terlihat agak mendung, ya kemungkinan besar malam ini akan turun hujan.

Lutfi menghembuskan nafasnya dengan pelan, lalu ia menarik sedikit bibirnya untuk tersenyum. Kalau mengingat kejadian sore tadi membuat ia tersenyum sendiri ketika mengingatnya.

Ia baru tau bahwa ternyata Kanya adalah kakak kelasnya, ya memang si mereka hanya beda satu tahun saja, tapi tetap saja Lutfi menganggap bahwa ini lucu, di mana Kanya lebih tua darinya dan Lutfi merasa bahwa ia sudah songong dengan Kanya karena memanggilnya tanpa memakai embel-embel 'Kak'.

Lutfi mengetahui ini karena Kanya yang memberi tahunya, ketika ia mengantar Kanya pulang tadi ia banyak bertanya tentang Kanya, dan Kanya pun dengan senang hati mau menjawab pertanyaannya.

Ketika mendengar jawaban Kanya yang ternyata adalah 'Kakak kelasnya' Lutfi sempat bilang ke Kanya bahwa ia akan memanggil Kanya dengan sebutan 'kak' mulai hari ini, namun, Kanya menolaknya. Kanya merasa tidak pantas kalau namanya disebut dengan panggilan 'kak', lagipula Kanya pun merasa geli jika ada yang memanggilnya seperti itu.

"Kanya, Kanya, kak Kanya? Hemm ... Lucu juga," gumam Lutfi sambil terkekeh.

"Gue adik kelasnya dan dia kakak kelasnya, hahaha cukup menarik," Lutfi pun berjalan ke pinggiran balkon dan menatap kebawah rumahnya.

"Coba aja rumah kita deketan, pasti bakal lebih seru," lanjutnya sambil melihat-lihat rumah yang berdekatan dengan rumahnya, berharap Kanya tinggal di sana dan mereka bertetanggaan.

Namun, Lutfi tau bahwa Kanya berbeda komplek dengannya dan tidak mungkin juga mereka bertetanggaan.

Lutfi pun merenggangkan tangannya sebentar lalu ia ingin membalikkan badannya berniat ingin masuk kedalam kamar, namun, saat ia baru saja menoleh sedikit tiba-tiba saja Ervin datang mengagetkannya.

"DUAAARRRRR!!!"

"Astaga!!! Anjing lo bangs---" ucapnya tertahan karena Ervin dengan cepat langsung membekap mulut Lutfi dengan tangannya.

"Eitts, gak boleh ngomong kasar," Lutfi pun menggeram kesal dan langsung menyingkirkan tangan Ervin dari mulutnya.

"Kalo gue jantungan gimana kak Ervin yang terhormat?!" ucapnya dengan menekankan setiap katanya membuat Ervin tertawa.

"Hahaha ... Kalo lo jantungan tinggal gue bawa ke rumah sakit, gitu aja ribet." Jawab Ervin enteng.

"Enak banget ya mulut lo kalo ngomong, terus kalo gue mati gimana? Hah?! Lo mau tanggung jawab?!" Kesel Lutfi yang bener-benar sudah mencapai di ubun-ubun, ingin sekali rasanya ia menendang kakaknya yang gesrek itu dari sini sampai ke dunia lain, agar hidupnya tenang tanpa adanya Ervin yang selalu mengagetkannya, kalau seperti ini terus Lutfi bisa menjamin bahwa ia bisa mati berdiri akibat ulah Ervin.

"Kalo lo mati? Hemmm gampang ko, tinggal gue kubur tuh di belakang rumah, ntar letak makam lo gue deketin deh di samping makam kucing kita yang kemarin mati, biar lo berdua jadi Couple dead, hahaha ...." ucap Ervin disertai gelak tawanya yang membahana.

Sedangkan Lutfi memandang kesal ke arah Ervin yang sedang tertawa, kalau dilhat-lihat Ervin ini seperti orang yang baru bisa merasakan tertawa, begitu lepas tertawanya, terlihat tanpa ada beban, bahkan tanpa adanya rasa bersalah kepada adiknya sekalipun. Benar-benar lepas, berbeda dengan Lutfi yang sedang menahan amarahnya, untung Ervin itu kakaknya kalau bukan mungkin Lutfi sudah memusnahkannya.

Setelah puas tertawa kemudian Ervin pun memberhentikan tawanya dan melihat ke arah Lutfi yang sedang mengepalkan tangannya kuat-kuat.

"Puas? Hah? Udah puas Lo ketawanya?!" Gentak Lutfi dengan sengit, membuat Ervin merasa sedikit takut jika sudah melihat adiknya seperti ini.

"Hehe, sabar Lut sabar, gue cuma bercanda ko, tenangin diri lo, tarik napas dalam-dalam terus keluarin. Jangan marah-marah mulu ntar cepet keriput loh," ujar Ervin yang sekarang malah cengengesan tak jelas.

"Kan gak lucu kalo lo masih muda tapi udah keriputan, ntar di sangkanya lo itu kakek-kakek berondong tau gak? Mangkanya jangan marah-marah mulu yaa, sabarin aja, banyak-banyak istighfar."

"Kan kalo ntar lo keriputan, cewek-cewek gak ada yang mau deketin Lo la---------"

"BACOT!"

"Gi."

Tanpa basa-basi lagi Lutfi pun langsung beranjak pergi, ia benar-benar sudah muak dengan tingkah laku Ervin yang menyebalkan itu.

Sedangkan Ervin langsung cengo di tempat, lalu tak lama setelah kepergian Lutfi, ia pun melanjutkan ketawanya lagi, tanpa merasa bersalah ia pun bersorak gembira.

"Yess, hahaha ... seru anjir, bakalan tidur nyenyak deh gue malem ini. Kalo udah bikin si Lutfi kesel tuh yaa, bahagia banget rasanya. Eh tapi kasian juga si, ah bodoamat lah ntar juga dia baik sendiri," pikir Ervin, tak lama setelah itu ia pun beranjak pergi dan masuk ke dalam kamar Lutfi.

------------









Ngeselin banget Ervin Arrrrggghh! 😂😂😂😂😂😂




Jangan lupa bahagia 🤗🤗🤗



#EyaEyoIye💋

Unconditional Love (UL) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang